07 Februari 2024
11:12 WIB
JAKARTA - Pertamina akan menggarap proyek eksplorasi migas di Malaysia yakni di lapangan SK510 yang diperkirakan mempunyai potensi cadangan hidrokarbon dalam jumlah besar (big fish). Proyek ini digarap dengan kolaborasi bersama Petronas, perusahaan energi negeri jiran.
"Ukurannya termasuk big fish di Malaysia. Kaya akan minyak dan gas. Bagian dalam ada gas dan yang dangkal minyak," kata Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng pada acara Media Gathering PHE di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (7/2).
Dari perkiraan awal, lanjut Muharram, cadangan di Blok SK 510 tersebut diperkirakan mencapai 6,6 trillion cubic feet (TCF) gas. Potensi cadangan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk transisi energi ke gas. "Kita kan harapannya transisi energi ke gas," ujar Muharram.
Ekspansi Pertamina ke Malaysia ini dilakukan melalui PT Pertamina Malaysia Eksplorasi Produksi (PMEP) yang bersama mitra, berhasil memenangkan lelang blok migas eksplorasi SK510 pada Januari tahun ini.
Pemegang participating interest (PI) dalam Blok SK510 terdiri atas Petronas Carigali Sdn. Bhd. yang berlaku sebagai operator dengan PI sebesar 40%, PMEP dan Inpex Malaysia E&P SK510 Sdn. Bhd masing-masing memiliki PI sebesar 25%, dan Petroleum Sarawak Exploration & Production Sdn. Bhd memiliki 10% PI yang tersisa.
Blok SK510 mencakup area kerja seluas 1.864 km2 yang berlokasi di lepas pantai Sarawak, Malaysia yang masuk dalam portofolio pengelolaan aset hulu PHE, selaku Subholding Upstream Pertamina.
Muharram menegaskan, eksplorasi cadangan minyak dan gas harus terus dilakukan demi menjaga ketahanan energi nasional. PHE sendiri, lanjutnya, akan terus melakukan eksplorasi cadangan migas secara masif dan agresif.
Menurut dia, persoalan migas bukan persoalan ekonomi semata, tapi bagian dari strategi keberlanjutan suatu bangsa. Sebab jika mengacu perang Rusia-Ukraina, terlihat bagaimana rentannya Eropa saat pasokan gas dari Rusia disetop.
Dari kaca mata Indonesia, kebutuhan akan energi fosil minyak bumi pada 2050 diperkirakan masih tinggi, mencapai 24% atau 240 mega ton oil ekuivalen (MTOE), dari estimasi kebutuhan energi nasional sebesar 1.000 MTOE. Dari jumlah itu pangsa kebutuhan energi fosil masih mencapai 23% pada 2030 dan 31% pada 2050.
Potensi Cadangan Migas
Untuk diketahui, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) membidik potensi cadangan migas raksasa pada tahun 2024, melalui strategi eksplorasi migas yang masif dan agresif demi memperkuat ketahanan energi nasional. Muharram memaparkan sejumlah strategi PHE tahun ini di antaranya adalah menggali setiap potensi penemuan sumber daya migas baru, terutama cadangan migas besar (big fish).
Strategi itu ditujukan untuk mengoptimalkan aset dan menjaga laju produksi migas saat ini. Temuan sumber daya migas di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, menurut Muharram, menunjukkan optimisme Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas yang besar.
Untuk itu, lanjut Muharram, PHE mengejar setiap potensi termasuk melakukan pemboran di area eksplorasi yang sudah ada atau near field exploration, namun dengan konsep eksplorasi dan teknologi baru. Upaya tersebut telah menunjukkan hasil signifikan. Terbukti pada akhir 2023 ditemukan potensi cadangan migas dari sumur East Pondok Aren (EPN)-001 di wilayah kerja PEP Tambun Field, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan sumur East Akasia Cinta (EAC)-001 di wilayah kerja PEP Jatibarang Field, Indramayu, Jawa Barat.
"Temuan cadangan migas baru di Kabupaten Bekasi dan Indramayu, Jawa Barat tersebut bahkan sempat viral beberapa waktu lalu," ujar Muharram.
Muharram mengatakan, PHE juga secara aktif melakukan eksplorasi di daerah yang lebih sulit (emerging area) untuk meraih peluang mendapatkan sumber daya big fish, meskipun tentunya juga memiliki risiko dan biaya investasi tinggi. Saat ini, PHE juga telah mendapatkan blok eksplorasi baru, yaitu East Natuna, Bunga dan Peri Mahakam serta dalam proses untuk mendapatkan blok-blok baru lainnya.
"Terakhir Januari 2024, Pertamina berhasil memenangkan lelang blok eksplorasi SK510 di Malaysia bersama dengan Petronas," serunya.
Pertamina juga mulai mempersiapkan untuk melakukan pengeboran di perairan laut dalam (deep water) di Natuna, Masela dan Mahakam. Menurut Muharram, kompetensi sumber daya manusia (SDM) PHE saat ini sudah sangat siap untuk melakukan pengeboran laut dalam.
Inovasi Teknologi
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menuturkan, penerapan inovasi teknologi yang membuat mampu meningkatkan produksi minyak Pertamina melalui Sub Holding Upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dinilai sebagai hal yang sangat positif.
“Bagus Pertamina ini. Peningkatan produksi minyak melalui berbagai upaya-upaya inovasi teknologi memang seharusnya dilakukan,” cetusnya.
Pertamina, lanjutnya, juga terlihat terus berupaya meningkatkan lifting, tidak hanya melakukan pengeboran sumur-sumur baru, peremajaan pipa, dan reaktivasi sumur idle, tapi PHE juga melakukan studi analisis untuk mengetahui kondisi sumur-sumur tersebut.
Berbagai upaya tersebut, tambahnya, juga dilakukan melalui inovasi teknologi sehingga peningkatan produksi Pertamina pun pada akhirnya dibarengi dengan proses yang lebih ramah lingkungan (green industry).
Menurut Faisal, kinerja positif Pertamina diharapkan bisa mengimbangi permintaan minyak yang akhir-akhir ini juga naik. Untuk itu, BUMN tersebut diharapkan terus meningkatkan kinerja agar produksi semakin tinggi demi memperkuat ketahanan energi.
"Produksi harus ditingkatkan. Inovasi dan efisiensi harus dilakukan, sambil terus menyiapkan transisi energi," ujarnya.
Co-Founder dan Dewan Pakar Institute of Sosial Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto juga mengapresiasi kinerja Pertamina. Menurut dia, kemampuan Pertamina meningkatkan produksi minyak akan menopang perekonomian Indonesia, terutama dalam membantu menstabilkan rupiah. Peran ini dinilai penting, terlebih saat ini ketika nilai tukar mata uang dalam negeri mengalami pelemahan.
"Jangan lupa dengan Pertamina bisa meningkatkan produksi minyak domestik, artinya besaran impor minyak juga berkurang. Artinya juga, terjadi penghematan devisa sehingga bisa membantu Bank Indonesia dan pemerintah agar kurs rupiah tidak terlalu melemah terhadap dolar AS,” katanya.
Apalagi, lanjutnya, cadangan devisa saat ini menurun dibanding tahun sebelumnya. Jumlahnya sekitar US$133 miliar. “Itu kan luar biasa. Jadi secara tidak langsung, kinerja Pertamina dalam konteks peningkatan volume produksi migas membantu BI dalam menstabilisasi rupiah," ujar Ryan Kiryanto.
Sebelumnya Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan produksi minyak yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menunjukkan peningkatan.
"Kalau saya melihat justru di PHE itu membaik, punya Pertamina membaik, karena di OSES (PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra) itu yang sudah aging mulai diganti dengan pipa-pipa baru, sudah mulai jadi dan sudah mulai naik lagi,” tandasnya.