17 Juli 2025
19:55 WIB
Pertamina Bakal Sesuaikan Kontrak Short Term Untuk Shifting Impor Ke AS
Pertamina bakal menyesuaikan kontrak jangka pendek pengadaan minyak mentah dan LPG untuk dialihkan ke AS. Rencana peralihan impor ini bagian dari kesepakatan tarif dagang RI-AS.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
JAKARTA - VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengungkapkan, perseroan bakal menyesuaikan kontrak-kontrak jangka pendek (short term) dalam rencana peralihan impor energi sebagai bagian dari kesepakatan tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, Presiden AS Donald Trump dan Presiden RI Prabowo Subianto telah mencapai kata sepakat untuk menurunkan tarif impor terhadap produk-produk asal Indonesia dari 32% menjadi 19%.
Salah satu timbal baliknya, Indonesia akan mengalihkan impor Liquified Petroleum Gas (LPG) dan minyak mentah yang selama ini diambil dari sejumlah negara, supaya lebih banyak didatangkan dari Negeri Paman Sam.
"Mungkin kontrak jangka pendek, itu yang akan kita sesuaikan," terang Fadjar kepada awak media, Jakarta, Kamis (17/7).
Baca Juga: Prabowo-Trump Sepakat Tarif, Pertamina Siap Alihkan Impor Energi
Fadjar juga menerangkan, PT Pertamina Patra Niaga selaku Subholding Commercial and Trading Pertamina selama ini memiliki tender pengadaan dalam periode waktu tertentu. Artinya, pengadaan bukan dilakukan secara tahunan.
Misalnya, tender minyak mentah dan LPG yang dilakukan Pertamina saat ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan September-Oktober 2025.
"Misalnya untuk pengadaan stok Juli-Agustus, kita buka tender di beberapa bulan sebelumnya. Sekarang lagi diadakan misalnya bulan September-Oktober, ada jangka panjang dan jangka pendek," jelas dia.
Khusus kontrak jangka pendek, punya durasi selama dua bulan. Sehingga, pengalihan bisa dilakukan dari kontrak-kontrak pengadaan berjangka pendek tersebut.
Baca Juga: Dirut Pertamina Tegaskan Shifting Impor Minyak Jadi Senjata Negosiasi Tarif Trump
Dengan begitu, Fadjar meyakini tidak akan ada permasalahan dengan negara atau perusahaan yang terdampak shifting impor Indonesia sebagai bagian dari kesepakatan dengan Amerika Serikat.
"Selama dengan pihak tertentu kontraknya sudah selesai, ya sudah kan. Nanti untuk pengadaan berikutnya bisa ikut tender lagi. Sepertinya no issue sih," katanya.
Namun demikian, dia menegaskan, tidak secara keseluruhan impor energi, terutama minyak mentah dan LPG, dialihkan ke Amerika Serikat. Sehingga, pihaknya akan tetap terbuka untuk tender pengadaan kedua komoditas tersebut.
"Sepertinya tidak sih (peralihan keseluruhan), kan juga masih ada kontrak sebagian dengan sumber lain," tandas Fadjar.