29 Desember 2022
12:45 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi APINDO Ajib Hamdani mengatakan, memasuki tahun baru pada 2023, Indonesia akan menghadapi beberapa tantangan dan peluang.
Sebelumnya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, pertumbuhan ekonomi ditargetkan kisaran 4,5-5,3% oleh Bank Indonesia.
"Kalau kita lihat dan potret kondisi di lapangan, ada kondisi yang menjadi tantangan ekonomi dan ada kondisi yang menjadi peluang dan keunggulan bagi perekonomian Indonesia," kata Ajib dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (29/12).
Dalam konteks ekonomi, tahun 2023 disebut akan memasuki fase perfect storm, yaitu suatu kondisi krisis terkait ekonomi dan keuangan secara sekaligus dan belum diketahui secara jelas dampak dan skala yang akan terjadi. Bahkan beberapa negara dihadapkan dengan tantangan resesi ekonomi.
"Pada prinsipnya, perfect storm ini berupa tantangan ekonomi terkait dengan 5C, yaitu Covid-19, Conflict, Climate Change, Commodity Price, serta Cost of Living. Kondisi ini tercermin diantaranya pandemi yang berkepanjangan sejak awal tahun 2020, meninggalkan scaring effect yang masih belum selesai," kata Ajib.
Dari sisi tantangan ekonomi, dia melihat ada dua hal yang perlu dicermati, yakni dari sisi pemerintah maupun dunia usaha. Dari sisi pemerintah, ada dua hal yang perlu dimitigasi dengan baik. Pertama adalah kondisi ruang fiskal yang terbatas untuk bisa mengagregasi pertumbuhan ekonomi.
AJIB menjelaskan pemerintah sudah tidak bisa menggunakan instrumen Undang-undang Nomor 2 tahun 2020 tentang Sistem Stabilitas Keuangan Menghadapi Pandemi, sehingga pemerintah harus kembali menyusun struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maksimal defisit 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Pemerintah harus lebih prudent dalam mengalokasikan belanja dan jeli membuat target penerimaan negara," ujarnya.
Baca Juga: Menkeu Kembali Ingatkan Potensi Krisis 2023
Kedua, dia menuturkan pemerintah harus hati-hati mengelola kondisi sosial masyarakat, karena tahun 2023 sudah mulai berjalan agenda politik. Sehingga dibutuhkan stabilitas sosial maupun politik, yang menjadi prasyarat agar investasi bisa mengalir dengan lancar.
Pandangan Ajib, target investasi tahun 2023 sebesar Rp1.400 triliun adalah target yang cukup menantang ketika Indonesia memasuki tahapan politik menjelang pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres).
Sementara itu, tantangan di sisi dunia usaha dan masyarakat, dia menyebutkan paling tidak ada empat hal yang perlu dimitigasi dengan baik agar ekonomi bisa berjalan baik pada 2023 nanti. Pertama, adanya pelemahan daya beli masyarakat.
Diketahui sampai dengan Desember 2022 ini, pemerintah masih bisa mengintervensi dan menjaga daya beli masyarakat melalui program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dialokasikan melalui APBN.
"Program ini cenderung tidak bisa dilanjutkan oleh pemerintah, sehingga akan membuat kontraksi dalam kemampuan daya beli masyarakat. Padahal daya beli inilah yang menjadi kekuatan konsumsi masyarakat, dan yang menjadi penopang signifikan PDB Indonesia," terangnya.
Tantangan kedua adalah potensi inflasi yang naik dibandingkan kondisi tahun 2022. Inflasi ini, kata Ajib secara substantif mengurangi kesejahteraan masyarakat. Tantangan ketiga adalah pengangguran yang jumlahnya akan semakin naik.
Sementara itu, tantangan keempat adalah kenaikan suku bunga yang cukup tinggi sebagai akibat kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh BI.
"Dari sisi produksi, akan mengatrol cost of fund yang menjadi bagian penting Harga Pokok Penjualan (HPP). Sedangkan dari sisi masyarakat, akan menambah beban untuk kredit konsumsi," imbuhnya.
Potensi Ekonomi 2023
Dari sisi potensi ekonomi, Ajib menyebutkan paling tidak ada tiga hal yang mendorong optimisme ekonomi menyambut tahun 2023. Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Data Badan Pusat Statistik(BPS) pada akhir tahun 2021 menunjukkan jumlah penduduk mencapai 273.879.750 jiwa. Bahkan diperkirakan sudah melebihi 275 juta jiwa pada akhir tahun 2022 ini.
"Dalam sebuah ekosistem ekonomi, jumlah penduduk adalah market atau demand. Dengan demand yang besar, maka konsumsi akan terjaga dengan baik," ujarnya.
Potensi yang kedua adalah melimpahnya sumber daya alam dan komoditas. Menurutnya pemerintah sudah melakukan langkah tepat dengan melakukan program transformasi ekonomi dengan melakukan downstream atau hilirisasi, yang bisa meningkatkan nilai tambah.
Baca Juga: Cermat Miliki Properti Di Era Bunga Tinggi
Potensi ketiga adalah kekuatan UMKM yang menjadi penyangga utama pertumbuhan ekonomi. Dia menegaskan bahwa UMKM adalah sektor usaha yang mempunyai resiliensi atau daya bangkit yang cepat.
Jika pemerintah bisa memberikan daya angkut maksimal di sektor UMKM ini, Ajib menilai pertumbuhan ekonomi akan tetap terjaga bahkan bisa terakselerasi dengan lebih cepat.
"Dengan membandingkan sisi permasalahan atau tantangan yang ada, dengan sisi potensi ekonominya, Indonesia masih mempunyai banyak keuntungan memasuki tahun 2023. Ketika kondisi global mendapatkan efek negatif pasca pandemi, Indonesia justru bisa bangkit lebih cepat. Indonesia mempunyai potensi yang jauh lebih besar daripada tantangan yang ada. Narasi resesi akan terpinggirkan dengan optimisme ekonomi," tandasnya.