15 Mei 2024
18:12 WIB
Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Masih Kecil, Pengamat Ungkap Alasannya
Pengamat menguraikan beberapa kemungkinan alasan masyarakat belum tertarik membeli kendaraan listrik. Apa saja?
Penulis: Fitriana Monica Sari
Sejumlah pengunjung melihat koleksi mobil listrik yang dipamerkan dalam Indonesian International Motor Show (IIMS) 2024 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (15/2/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan hingga saat ini penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik masih sangat kecil. Bahkan, porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik masih jauh dari angka 1% dari total piutang pembiayaan.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu turut menyoroti porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik yang masih sangat kecil.
Menurutnya, hal itu bisa menunjukkan bahwa masih banyak konsumen dari segmentasi menengah bawah, yang notabene merupakan kelompok pembeli kendaraan terbanyak di Indonesia, yakni segmen kendaraan LCGC berharga Rp300 juta ke bawah, belum tertarik untuk membeli kendaraan listrik.
Yannes pun menguraikan beberapa kemungkinan alasan masyarakat belum tertarik membeli kendaraan listrik. Mulai dari harganya yang masih belum terjangkau hingga jarak tempuhnya yang masih terbatas.
"Misalnya harganya yang masih belum terjangkau daya beli segmentasi ini, dan untuk harga sekian varian desainnya masih sangat terbatas, ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang masih terbatas, dan kekhawatiran tentang jarak tempuh EV kelas bawah yang juga terbatas," jelas dia kepada Validnews, Rabu (15/5).
Meskipun begitu, dia menilai proyeksi ke depan kendaraan listrik akan terus meningkat. Pasalnya, di samping pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik, seperti pemberian insentif pajak, penggenjotan pembangunan infrastruktur pengisian daya, dan pengembangan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri, juga teknologi baterai kendaraan listrik terus berkembang.
Dengan demikian, harga kendaraan listrik diproyeksikan akan semakin murah dan jarak tempuh kendaraan semakin jauh.
Menurut Yannes, peningkatan serapan pasar kelas menengah (middle class) konsumen akan lebih besar lagi jika didukung dengan adanya pemberian insentif yang lebih besar lagi oleh pemerintah.
Selain itu, lanjut dia, dimasifkannya edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup yang bebas polusi dengan memakai EV.
Kemudian, pengembangan infrastruktur pengisian daya yang semakin banyak, serta dukungan yang lebih kencang dari PLN untuk menggariskan tambah daya demi keperluan home charging EV.
Tak hanya itu saja, Yunnus juga menyarankan untuk segera dikembangkannya penelitian dan pengembangan teknologi terkait EV di dalam negeri.
Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Rendah
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik masih sangat kecil.
"Saat ini, porsi penyaluran pembiayaan untuk kendaraan listrik masih sangat kecil di kisaran 0,01% dari total piutang pembiayaan," kata Agusman kepada media, Selasa (14/5).
Meski porsi masih terbilang kecil, dia memperkirakan pembiayaan kendaraan listrik berpotensi untuk terus tumbuh ke depannya.
"Itu dilihat dari perkembangan kendaraan listrik yang cukup pesat serta kuatnya dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem EV," ujarnya.
Menurut Agusman, pembiayaan EV ke depan diperkirakan akan terus meningkat dan dapat berkontribusi dalam mendorong percepatan terbentuknya ekosistem green financing di Indonesia.
Sementara itu, OJK menerangkan bahwa penjualan kendaraan baru di awal tahun juga menurun.
Kendati demikian, walaupun pada kuartal I/2024 terdapat penurunan penjualan kendaraan baru, outstanding piutang pembiayaan pada perusahaan 0embiayaan untuk pembiayaan kendaraan bermotor baru terus tumbuh positif sebesar 14,19% YoY dan 3,75% ytd.
Untuk itu, OJK akan tetap memonitor dampak penurunan penjualan kendaraan bermotor ini kepada kinerja industri pembiayaan dan meminta perusahaan untuk melakukan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.
Sekadar informasi, OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan multifinance sebesar Rp488,52 triliun pada Maret 2024, atau tumbuh 12,17% secara tahunan (Year on Year/yoy).
Pertumbuhan Maret 2024 terbilang menguat jika dibandingkan Februari 2024. Adapun, pada Februari 2024, tumbuh sebesar 11,73% YoY dengan nilai Rp478,69 triliun.