c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

14 Maret 2023

10:40 WIB

Penutupan SVB Berpotensi Ganggu Operasional Startup Global

Ada potensi startup global banyak yang terganggu, atau bahkan harus melakukan rasionalisasi, PHK, dan lain-lain akibat penutupan Silicon Valley Bank (SVB).

Penutupan SVB Berpotensi Ganggu Operasional <i>Startup</i> Global
Penutupan SVB Berpotensi Ganggu Operasional <i>Startup</i> Global
Ilustrasi logo Bank Silicon Valley pada layar ponsel dan monitor. Shutterstock/Poetra.RH

JAKARTA - Penutupan Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) dinilai berpotensi mengganggu operasional banyak startup global yang mendapatkan pembiayaan dari bank tersebut.

Oleh karena itu, Ekonom sekaligus Executive Director Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, kasus tersebut dapat menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di startup

"Ada potensi startup global banyak yang terganggu, atau bahkan harus melakukan rasionalisasi, PHK, dan lain-lain," kata Piter di Jakarta, Senin (13/3), seperti dilansir Antara.

Startup global terdampak langsung dari bangkrutnya SVB karena menyangkut pembiayaan dan penempatan dana. Untuk penempatan dana, masih tertutupi oleh pernyataan pemerintah AS yang menjamin semua dana kembali. Tetapi, lanjut Piter, startup global yang selama ini mendapatkan pembiayaan dari SVB harus mencari sumber pendanaan lain.

"Upaya mencari sumber pendanaan lain ini, kalau tidak berhasil akan mempengaruhi operasi startup," tuturnya.

Piter menilai tidak ada hubungan langsung antara kejatuhan SVB dengan startup lokal di Indonesia.

"Saya tidak melihat hubungan langsung antara SVB dengan startup lokal karena setahu saya tidak ada startup lokal yang mendapatkan pembiayaan langsung dari SVB," ujarnya.

Baca Juga: Silicon Valley Bank Kolaps, Nasabah Startup Beralih Ke Bank Besar?

Dia menuturkan startup lokal sudah lebih dulu melakukan konsolidasi karena terputusnya pembiayaan dari investor global pada tahun 2021-2022.

Meskipun tidak ada dampak langsung, namun menurut Piter, tentu ada dampak tidak langsung karena bangkrutnya SVB akan berdampak kepada industri startup global yang sedikit banyak memiliki keterkaitan.

Sementara itu, ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah peristiwa kejatuhan SVB merupakan dampak dari kenaikan suku bunga yang agresif, disertai dengan pengetatan likuiditas di sistem keuangan.

Oleh karenanya, dia menilai langkah Bank Indonesia (BI) sudah sangat tepat tidak menaikkan suku bunga secara signifikan dan memastikan likuiditas masih mencukupi di sistem keuangan di dalam negeri.

Di sisi lain, peristiwa penutupan SVB kemungkinan akan berpengaruh kepada arah suku bunga di AS ke depan, yang dapat menyebabkan kemungkinan Bank Sentral AS atau The Fed tidak agresif menaikkan suku bunga.

Kesulitan Pendanaan
Pengamat Ekonomi Digital dari Institut of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda menyebutkan perusahaan rintisan atau startup di Indonesia berpotensi semakin sulit mendapatkan pendanaan setelah ditutup.

“Saya rasa dampaknya adalah semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan dari luar negeri. Hal tersebut juga akan semakin berat mengingat porsi pendanaan dari AS ke startup digital kita cukup besar,” katanya.

Untuk itu, sumber pendanaan dari dalam negeri untuk startup perlu ditingkatkan lagi guna mengantisipasi dampak tutupnya SVB yang merupakan bank AS yang berfokus pada pendanaan startup.

Apalagi, India juga sudah lebih dahulu memberikan perhatian untuk mengantisipasi pelemahan pendanaan startup.

Dia mengatakan, penutupan SVB juga berpotensi membuat lembaga pembiayaan yang melantai di bursa terkena sentimen negatif.

Sebelumnya, Regulator Perbankan California menutup SVB Financial untuk melindungi simpanan nasabah dalam kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan AS. Krisis modal di SVB telah menekan saham bank-bank secara global.

SVB telah mencoba, tetapi gagal untuk menopang neracanya melalui penjualan saham yang diusulkan pada Rabu (8/3/2023) malam.

“Ada dua dugaan yang saling terkait dari kasus SVB ini. Pertama adalah tingkat suku bunga AS yang meningkat tajam dan kedua pengelolaan dana yang buruk,” kata Nailul.

Nasabah meminta dana untuk mereka untuk ditempatkan ke bank dengan suku bunga lebih tinggi. Di sisi lain, kinerja startup yang mempunyai utang ke SVB juga sedang menurun.

“Kemudian uang SVB di pemerintah pun tenor jangka panjang. Maka kelimpungan SVB mencari dana untuk menutupi likuiditasnya,” katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar