02 November 2022
20:03 WIB
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis, usaha ritel tetap bisa tumbuh pada tahun 2023, di tengah ancaman resesi global. Sejumlah indikator memang memperkuat optimisme tersebut
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey di Jakarta, Rabu (2/11), misalnya mengatakan optimisme itu didasari oleh kinerja ekonomi Indonesia yang masih tumbuh 5,44% pada kuartal II 2022 dan inflasi Oktober 2022 sebesar 5,71%, yang turun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,95 %.
"Artinya, dengan kondisi yang sudah berfluktuasi di global, Indonesia bisa menurunkan inflasi. Ketika kita melihat laporan inflasi kemarin bisa turun jadi 5,71%, ada optimisme dari sektor hilir, yakni ritel, melihat ke tahun depan," tuturnya.
Roy menyatakan, pelaku usaha ritel menilai kondisi Indonesia berada dalam tingkat moderat, jauh dari kondisi dunia yang sedang mengalami krisis.
"Harapan kita tahun depan masih baik, tapi tetap waspada karena peperangan belum selesai, krisis dunia belum selesai. Jadi tetap waspada, efisien, efektif, mencermati akan ekspansi atau investasi, jangan sembarang ekspansi atau investasi," tuturnya.
Meski negitu, Roy mengaku kondisi yang membaik itu tetap harus diwaspadai. Pasalnya, gejolak global tidak bisa diprediksi ke depan.
Ia pun mengingatkan ada dua hal yang harus jadi perhatian pemerintah untuk bisa menjaga optimisme dunia usaha. Keduanya adalah ketersediaan barang kebutuhan pokok dan penting (bapokting) serta terjaganya daya beli atau konsumsi masyarakat.
"Dua indikator ini kita harapkan dapat terus terjaga melalui peran pemerintah untuk terus juga memberi bantuan/subsidi kepada masyarakat terutama masyarakat marjinal," katanya.
Menurut Roy, masyarakat marjinal perlu tetap mendapatkan bantuan yang berkelanjutan, mulai dari bantuan langsung tunai, program keluarga harapan, hingga subsidi upah.
Bantuan-bantuan sosial seperti itu, lanjutnya, diharapkan bisa menjaga daya beli masyarakat.
"Ketika konsumsi terjaga, ketersediaan barang terjaga, maka dunia boleh krisis, tapi Indonesia masih bisa optimis," serunya.
Roy menilai pelaku usaha ritel menilai kondisi Indonesia berada dalam tingkat moderat, jauh dari kondisi dunia yang sedang mengalami krisis.
"Harapan kita tahun depan masih baik, tapi tetap waspada karena peperangan belum selesai, krisis dunia belum selesai. Jadi tetap waspada, efisien, efektif, mencermati akan ekspansi atau investasi, jangan sembarang ekspansi atau investasi," tuturnya.
Saling Berkolaborasi
Terpisah, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengharapkan seluruh masyarakat Indonesia saling bekerja sama dalam mendorong kinerja perdagangan, khususnya saat menghadapi tantangan global saat ini. Menurut Mendag, perbaikan kinerja perdagangan baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri, akan menopang kinerja perbankan dan begitu juga sebaliknya.
“Untuk terus mendorong kinerja perdagangan Indonesia, kata kuncinya adalah kerja sama. Tantangan berat bagi perekonomian semua negara di dunia dapat dihadapi dengan kerja sama antara seluruh pihak. Tanpa kolaborasi kita akan mengalami kendala," kata Mendag, Rabu.
Ia menjelaskan, Dana Moneter Internasional (IMF) telah merilis revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 sebesar 3,2% dan akan melambat menjadi 2,7% pada 2023. Inflasi global juga diperkirakan mencapai 8,8% akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan. Namun demikian inflasi diperkirakan menurun dan mencapai 6,5% pada 2023.
“Di tengah tantangan global, kita patut bersyukur karena ekonomi Indonesia tumbuh 5,44% year on year (yoy) pada kuartal II 2022. Neraca Perdagangan Indonesia juga surplus selama 29 bulan berturut-turut. Pada Januari-September 2022, surplus mencapai US$39,87 miliar,” tuturnya.
Di dalam negeri, lanjutnya, harga barang kebutuhan pokok terpantau stabil di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Untuk minyak goreng curah yang menjadi tugas khusus dari Presiden RI, saat ini harganya sudah di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu Rp13.800 per liter. Selain itu, Minyakita juga sudah tersedia di 34 provinsi termasuk Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat,” imbuhnya.