c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

10 Februari 2025

17:28 WIB

Pengamat: Cuaca Kondusif Jadi Kunci Produksi Beras Berjalan Normal

Faktor cuaca menjadi kunci yang mempengaruhi panen padi yang kemudian berdampak, pada ketersediaan stok dan harga beras di pasaran

<p>Pengamat: Cuaca Kondusif Jadi Kunci Produksi Beras Berjalan Normal</p>
<p>Pengamat: Cuaca Kondusif Jadi Kunci Produksi Beras Berjalan Normal</p>

Petani menunjukkan hasil panen padi di kawasan persawahan Desa Niaso, Muaro Jambi, Jambi, Selasa (12 /11/2024). AntaraFoto/Wahdi Septiawan

JAKARTA - Pengamat ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan, cuaca yang kondusif menjadi faktor kunci produksi beras berjalan dalam kondisi normal.

"Produksi beras tampaknya mengalami kondisi normal kembali pascakondisi El Nino yang berkepanjangan," ujar Nailul Huda seperti dilansir Antara di Jakarta, Senin (10/1).

El Nino adalah fenomena ketika suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature /SST) di Samudera Pasifik meningkat di atas normal. Kondisi itu menyebabkan awan lebih banyak di bagian tengah Samudera Pasifik sehingga hujan lebih sedikit, di sebagian besar wilayah Indonesia.

Faktor cuaca memang menjadi kunci yang mempengaruhi panen padi yang kemudian berdampak, pada ketersediaan stok dan harga beras di pasaran.

"Tahun kemarin memang terjadi musim kemarau berkepanjangan dan pergeseran musim panen di kuartal pertama. Yang tadinya musim panen terjadi di Maret, namun bergeser ke April-Mei. Akibatnya stok sangat tidak stabil dan membuat harga menjadi sangat tidak menentu," jelasnya.

Nailul mengatakan, faktor cuaca yang tidak dalam kondisi ekstrem pada saat ini akan membuat produksi beras dalam kondisi stabil.

"Tahun ini nampaknya musim panen raya akan terjadi serentak di bulan Maret. Cuaca juga tidak ada kondisi yang sangat ekstrem sehingga produksi beras nampaknya tidak ada gangguan berarti. Produksi beras di musim panen raya akan stabil," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras secara nasional pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 52,32%.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), potensi produksi beras Januari-Maret 2025 diperkirakan mencapai 8,67 juta ton, meningkat tajam sebesar 52,32 % dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.

Peningkatan itu sejalan dengan meluasnya potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 2,83 juta hektare. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 970.330 hektare atau 52,08% dibandingkan dengan luas panen pada Januari-Maret 2024 yang hanya sebesar 1,86 juta hektare.

Amalia juga menyampaikan rata-rata harga beras di tingkat petani, penggilingan, grosir, dan eceran. Rata-rata harga beras di penggilingan pada bulan Januari 2025 turun sebesar 4,30 % dibandingkan tahun sebelumnya.

"Harga beras ini turun 4,30% secara tahunan alias year on year (yoy),” ujarnya.

Sejumlah anggota Bintara Pembinaan Desa (Babinsa) membantu petani memanen padi di persawahan desa Ka ranggedong, Ngadirejo, Temanggung, Jateng, Kamis (28/12). Antara Foto/Anis Efizudin 

Perbaikan Infrastruktur
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan, capaian itu merupakan hasil dari upaya sinergis berbagai pihak, dalam meningkatkan produktivitas pertanian nasional.

"Peningkatan produksi ini tidak terlepas dari perbaikan infrastruktur irigasi termasuk pompanisasi, ketersediaan pupuk bersubsidi yang memadai, serta implementasi teknologi pertanian modern yang lebih efisien," kata Mentan.

Mentan juga mengapresiasi pencapaian itu sebagai bukti nyata efektivitas berbagai program strategis yang dijalankan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. 

Menurutnya, peningkatan produksi beras itu menunjukkan keberhasilan langkah-langkah strategis Kementerian Pertanian dalam mendorong produktivitas. Pihaknya akan terus bekerja keras memastikan ketersediaan pangan nasional terjaga dengan baik.

Lebih lanjut, Mentan menegaskan, keberhasilan itu juga dicapai melalui implementasi berbagai program unggulan, seperti optimasi lahan rawa, pompanisasi, perluasan areal tanam, serta mekanisasi pertanian.

"Program-program ini terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas lahan dan efisiensi usaha tani, sehingga berdampak langsung pada peningkatan hasil panen dan ketersediaan beras nasional," ujarnya pula.

Dia juga mengatakan, pompanisasi merupakan salah satu program andalan yang berperan penting dalam meningkatkan produktivitas pertanian.

Melalui program itu, Kementerian Pertanian memfasilitasi penggunaan pompa air untuk mengatasi keterbatasan irigasi, khususnya di lahan-lahan tadah hujan dan daerah yang mengalami kekeringan. Dengan sistem pompanisasi, petani dapat mengairi lahan mereka secara lebih efektif, meningkatkan indeks pertanaman, dan memperluas masa tanam sepanjang tahun.

"Kami optimistis, dengan dukungan penuh Bapak Presiden Prabowo, berbagai pihak terkait dan kebijakan yang tepat, Indonesia mampu mencapai swasembada pangan secepatnya dan menghentikan impor beras selamanya di masa mendatang," tuturnya.

Mentan melanjutkan, peningkatan signifikan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam menjaga stabilitas harga beras di pasar domestik serta meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.

Pada kesempatan ini, kata Mentan, BPS juga mencatat nilai tukar petani (NTP) mencapai 123,68 pada Januari 2025. NTP ini meningkat 0,73% dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 122,78.

“Komoditas yang mempengaruhi harga yang diterima petani nasional adalah cabai rawit, cabai merah, kakao atau coklat biji, dan gabah,” kata Mentan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar