24 Juni 2025
12:56 WIB
Pengalihan Rute Kapal Pertamina Ke Oman Dan India Berpotensi Tingkatkan Ongkir
Ada potensi pembengkakkan biaya PT Pertamina yang ingin mengalihkan rute pengiriman minyak mentah lewat Oman dan India. Jarak tempuh hingga biaya asuransi jadi penyebab naiknya biaya pengiriman.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Salah satu kapal tanker gas raksasa (Very Large Gas Carrier/VLGC), yakni Pertamina Gas Dahlia milik Pertamina International Shipping (PIS). Antara/HO-PIS
JAKARTA - Pengamat Maritim dar Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center Marcellus Hakeng Jayawibawa menyebut ada potensi pembengkakkan biaya dari rencana PT Pertamina yang ingin mengalihkan rute pengiriman minyak mentah, sebagai imbas dari rencana penutupan Selat Hormuz oleh Pemerintah Iran.
"Pengalihan rute hampir pasti akan membengkakkan biaya pengiriman. Pertamina harus mempertimbangkan sejumlah variabel dan tentunya ketika hal tersebut terjadi, terdapat penambahan biaya yang pastinya akan menjadi beban masyarakat," ujar Marcellus kepada Validnews di Jakarta, Selasa (24/6).
Baca Juga: Meraba Arah Harga BBM RI Di Tengah Potensi Iran Tutup Selat Hormuz
Dia menjelaskan, pembengkakkan biaya pengiriman salah satunya tak lepas dari faktor jarak tempuh logistik minyak mentah yang lebih jauh. Praktis, lebih banyak bahan bakar yang diperlukan untuk mengirim minyak mentah ke Indonesia.
Di samping itu, terdapat pula faktor waktu tempuh dan sewa kapal jika dibanding rute pengiriman sebelumnya, yakni Selat Hormuz. Faktor tersebut, sambungnya, menjadi alasan kuat biaya pengiriman minyak mentah bakal membengkak.
"Kemudian, biaya asuransi meningkat di jalur-jalur yang dinilai berisiko tinggi, terutama Laut Merah yang saat ini juga tak stabil akibat konflik Yaman," urainya.
Walau demikian, Marcellus menyebut, pembengkakkan biaya pengiriman bukan berarti bisa terjadi secara signifikan dan tak terkendali. Dia meyakini, PT Pertamina telah melakukan persiapan yang amat matang untuk pengalihan rute tersebut.
"Bukan berarti biaya akan melonjak tak terkendali, perusahaan sebesar Pertamina pastinya telah menyiapkan skenario kontingensi dan bisa melakukan negosiasi kontrak jangka panjang dengan operator pelayaran," imbuhnya.
PT Pertamina sendiri terus menyiapkan rute alternatif pengiriman minyak mentah untuk mengantisipasi penutupan Selat Hormuz di Timur Tengah sebagai imbas memanasnya tensi antara Iran dan Israel.
VP Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso kepada awak media mengungkapkan, kapal-kapal kelolaan Pertamina akan mengalihkan rute pelayaran ke Oman dan India yang dinilai lebih aman.
"Pertamina telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengamankan kapal kita, mengalihkan rute kapal ke jalur aman antara lain melalui Oman dan India untuk menjaga keberlangsungan rantai pasok," ucap Fadjar, Senin (23/6).
Baca Juga: Jalur Oman Dan India Jadi Andalan Pertamina Jika Selat Hormuz Ditutup
Mengenai rencana pengalihan rute itu, Marcellus secara teknis menjelaskan opsi paling memungkinkan adalah dengan mengalihkan pengiriman dari sisi timur Arab Saudi ke sisi barat.
Arab Saudi disebutnya sudah memiliki pelabuhan ekspor besar di Yanbu, Laut Merah. Pelabuhan tersebut bisa dikoneksikan ke jaringan pipa dari ladang minyak yang berada di sisi timur.
Dia mengakui, ada opsi pengiriman dilakukan terlebih dahulu lewat jalur darat menuju Oman. Sayangnya, kapasitas ataupun kesiapan infrastruktur di Oman masih belum mumpuni seperti di Yanbu, Laut Merah.
"Infrastruktur pipa dan transportasi darat di Oman tidak dirancang untuk volume besar ekspor Saudi. Maka, strategi terbaik adalah menghindari Selat Hormuz lewat jalur barat Saudi menuju Laut Merah dan Terusan Suez, meskipun jalur ini pun padat dan mahal," tandas Marcellus.