c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

17 September 2025

13:09 WIB

Pemprov Kaltim Fasilitasi Perlindungan Kopi Liberika Prangat Baru

Perlindungan indikasi geografis Kopi Liberika Prangat Baru dapat mengangkat identitas dan reputasi daerah, mendukung produsen lokal, termasuk untuk melestarikan budaya, tradisional.

Editor: Rikando Somba

<p>Pemprov Kaltim Fasilitasi Perlindungan Kopi Liberika Prangat Baru</p>
<p>Pemprov Kaltim Fasilitasi Perlindungan Kopi Liberika Prangat Baru</p>

Pekerja Kampung Kopi Luwak memegang bijih kopi Liberika Prangat Baru yang hendak dipanen di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur  . ANTARA/Muzdaffar Fauzan. 

SAMARINDA- Pemerintah Provinsi (Pemprov)  Kalimantan Timur (Kaltim) memfasilitasi pekebun Kabupaten Kutai Kartanegara untuk memperoleh perlindungan indikasi geografis "Kopi Liberika Prangat Baru", guna melindungi produk lokal dari pemalsuan, meningkatkan nilai jual, menjamin kualitas dan keaslian produk. Selama ini, Dinas Perkebunan Kaltim telah melakukan tahapan indikasi geografis Kopi Liberika Prangat Baru, seperti sosialisasi, kemudian telah dibentuk MPIG Kopi Prangat Baru.

"Perlindungan indikasi geografis juga dapat mengangkat identitas dan reputasi daerah, mendukung produsen lokal, termasuk untuk melestarikan budaya, pengetahuan tradisional, dan sumber daya alam yang menjadi ciri khas produk lokal," ujar Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim Taufiq Kurrahman di Samarinda, Rabu (17/9).

Untuk keperluan ini, Taufiq mendampingi sejumlah pekebun yang tergabung dalam Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar), melakukan pertemuan dengan bupati setempat. Tujuannya, antara lain memohon dukungan bupati setempat dalam penetapan Surat Keputusan (SK) tentang Perlindungan Indikasi Geografis "Kopi Liberika Prangat Baru" yang merupakan bagian dari persyaratan memperoleh sertifikasi indikasi geografis.

Permohonan lain yang diajukan kepada bupati adalah dukungan pendanaan perolehan sertifikasi, termasuk dukungan pembinaan indikasi geografis "Gula Aren Tuna Tuha", dan perlindungan indikasi geografis "Lada Malonan Kutai Kartanegara", karena produk-produk tersebut memiliki diri khas tersendiri.

Mereka juga  membuat dokumen deskripsi indikasi geografis antara lain melakukan pengujian sample produk dan tanah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember di Jawa Timur, kemudian membuat uraian singkat sejarah kopi prangat, adat istiadat dan budaya, rekomendasi bupati tentang indikasi geografis kopi, dan sejumlah prasyarat lainnya.

"Hasilnya, pada 15 Juli 2025 terbentuk nama Indikasi Geografis Kopi Liberika Prangat Baru sekaligus terbentuk kelompok MPIG Kopi Prangat Baru dengan ketua terpilih Bapak Holili. Terbentuk pula dokumen indikasi geografis, logo indikasi geografis Liberika Prangat Baru dan Logi MPIG Kopi Prangat Baru," katanya.

Dikutip dari Antara, Bupati Kukar Aulia Rahman Basri menyatakan siap mendukung, memfasilitasi sarana dan prasarana yang diperlukan MPIG Kopi Prangat Baru, karena hal ini bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat, terutama pekebun.


Produksi Kopi Kuningan
Terkait kopi, Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mencatat jumlah produksi kopi di daerahnya sejak Januari hingga September 2025 telah mencapai 1.217 ton dari hasil panen para petani setempat.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan Wahyu Hidayah di Kuningan, Senin, mengatakan sebagian besar petani dapat menjual hasil panennya dengan harga kompetitif.

Ia merinci produksi kopi tersebut terdiri dari hasil panen arabika mencapai 63,61 ton, serta robusta sebesar 1.154,38 ton. Panen ini didominasi oleh hasil panen di wilayah dekat kaki Gunung Ciremai yang dikenal sebagai sentra perkebunan kopi.

"Potensi lahan kami masih cukup luas dan permintaan kopi dari berbagai daerah cukup banyak, sehingga produksi berpeluang bertambah," katanya.

Wahyu menjelaskan produksi kopi di Kuningan berasal dari kebun rakyat yang dikelola secara mandiri maupun kelompok tani. Sebagian besar hasil panen dijual dalam bentuk biji kering maupun produk jadi. Selain pasar domestik, kata dia, kopi Kuningan juga sudah menembus pasar ekspor meski jumlahnya masih terbatas. 

Ia menuturkan kopi arabika dari Kuningan umumnya ditanam di lereng Gunung Ciremai dengan cita rasa khas, sementara robusta banyak dihasilkan di wilayah dataran lebih rendah.

Ia berharap produksi kopi tahun ini bisa menjadi momentum bagi petani, untuk memperkuat branding kopi Kuningan agar lebih dikenal secara luas.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar