03 November 2023
12:58 WIB
Editor: Rikando Somba
JAKARTA-Dampak pemilihan umum (pemilu) terhadap perekonomian akan cukup signifikan. Alokasi belanja menjelang Pemilu sudah terlihat sejak kuartal II-2023, yang menyebabkan tumbuhnya sektor pemerintahan dan administrasi publik hingga 8,15% year on year (yoy) dibandingkan hanya 2,09% (yoy) pada kuartal I-2023.
Berdasar ini, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5,0- 5,1% (yoy) pada akhir 2023, salah satunya ditopang belanja menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
“Pemilu yang akan diselenggarakan dalam beberapa bulan mendatang, akan berdampak terhadap aktivitas ekonomi sektoral, karena meningkatkan aktivitas sektor administrasi publik akibat peningkatan belanja sosial, serta penyelesaian proyek infrastruktur dan strategis nasional,” ujar Riefky dalam kajian Indonesia Economic Outlook 2024 berjudul “Transisi Politik di tengah era "Higher-for-Longer" di Jakarta, Jumat (3/11).
Ia menyebut berbagai data perekonomian Indonesia hingga kuartal III-2023 telah menunjukkan capaian yang positif, sehingga akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional di sisa 2023.
Dia juga mencatat, sektor konstruksi juga tumbuh signifikan dari hanya 0,32% (yoy) pada kuartal I-2023 menjadi 5,23% (yoy) pada kuartal II-2023.
“Periode menjelang pemilu juga akan mendorong konsumsi domestik, perdagangan secara umum, serta belanja untuk komunikasi, media, dan periklanan,” ujar Riefky.
Riefky juga menyitir soal realisasi investasi yang meningkat 7,0% (yoy) menjadi Rp374,4 triliun dan neraca perdagangan tercatat surplus US$ 3,42 miliar pada kuartal III-2023. Selain itu, data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) terakhir per Oktober 2023 masih terjaga di level 2,56 persen (yoy), atau berada di kisaran target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3 plus minus 1%.
Dari beragam kondisi ini, dia memproyeksikan penyaluran kredit akan tumbuh lebih tinggi pada akhir 2023. Optmismenya didasarkan data, bahwa per September 2023 kredit telah tumbuh 8,96% (yoy), serta dana pihak ketiga (DPK) telah tumbuh 6,54% (yoy).
Di sisi lain, dia tak menafikan ada ancaman perlambatan permintaan global ditambah kebijakan moneter ‘higher-for-longer’ bank sentral di dunia yang akhirnya mendorong arus modal keluar dari berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Ini menyebabkan depresiasi pada nilai tukar rupiah. Tak dinafikan, ini berpotensi melemahkan sektor manufaktur pada sisa 2023, mengingat ekspor Indonesia sangat bergantung pada harga komoditas global, serta profil impor Indonesia yang didominasi oleh bahan baku dan barang modal.
Tetap Terjaga
Di kesempatan berbeda, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tahun 2023 menyatakan bahwa sistem keuangan Indonesia pada triwulan III-2023 masih tetap terjaga. Sama seperti Riefky, KSSK optmis, ini terjadi meski di tengah ketidakstabilan perekonomian global. Kesimpulan tersebut merupakan hasil dari rapat koordinasi KSSK ke-4 tahun 2023.
"Stabilitas sistem keuangan atau disebut SSK untuk triwulan III-2023 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global," kata Ketua KSSK yang juga Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, di Jakarta, Jumat.
Dikutip dari Antara, Sri Mulyani mengatakan perkembangan ekonomi Indonesia didukung oleh sistem keuangan domestik yang resilien, serta merupakan hasil sinergi dari KSSK.
Dia menegaskan, ekonomi Indonesia ke depan diprakirakan masih akan tumbuh dan tetap terjaga. Sektor konsumsi dan wisata diperkirakan akan tumbuh kuat sejalan dengan meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). Dengan itu pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 diproyeksikan mencapai 5,1 persen.
"Percepatan belanja APBN diharapkan dapat mendorong konsumsi pemerintahan dan menjaga daya beli masyarakat. Investasi bangunan dan nonbangunan memasuki tren peningkatan seiring dengan kemajuan penyelesaian proyek strategis nasional," katanya menjelaskan.
Namun, Menkeu juga menyampaikan bahwa kondisi ketidakpastian ekonomi global masih perlu diwaspadai. Dia menyitir proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan pertumbuhan global pada 2023 mencapai 3%, serta melambat pada 2024 menjadi 2,9%.
"Pertumbuhan ekonomi global melambat dengan adanya ketidakpastian yang meningkat tinggi, di sertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang makin melebar," kata Sri Mulyani.
Di level global Sri Mulyani mengungkapkan bahwa kini ekonomi Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu yang terbesar, mulai menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Pertumbuhan itu ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa. Sementara itu, perekonomian China saat ini justru menunjukkan perlambatan, karena dipengaruhi perlemahan konsumsi dan krisis di sektor properti.
Dia juga menambahkan, bahwa tekanan inflasi juga diperkirakan masih berlanjut. Kenaikan harga energi dan pangan akibat eskalasi konflik geopolitik, terjadinya fragmentasi ekonomi, serta terjadinya fenomena El Nino menjadi pemicunya.