c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

EKONOMI

20 September 2021

15:40 WIB

Pemerintah Minta Pengusaha Mebel Jaga Keberlanjutan Hutan

Pada kuartal I/2020 lalu mengalami kontraksi yang cukup besar yaitu -7,28%, sementara di kuartal I/2021 tumbuh 8,04%.

Penulis: Rheza Alfian

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Pemerintah Minta Pengusaha Mebel Jaga Keberlanjutan Hutan
Pemerintah Minta Pengusaha Mebel Jaga Keberlanjutan Hutan
Perajin menyelesaikan pembuatan mebel di kawasan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha.

JAKARTA – Pemerintah meminta para pelaku industri mebel Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, peningkatan daya saing industri mebel bukan hanya pada kualitas produk, tetapi juga pada proses produksi yang berkelanjutan.

“Kita harus berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan yang rendah karbon dan yang inklusif,” katanya dalam Pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) Virtual Showroom, Jakarta, Senin (20/9).

Ia menjelaskan, dalam proses penyediaan bahan baku, industri harus menjaga keberlanjutan hutan. Ia juga menambahkan, proses produksinya pun harus rendah karbon serta manfaat ekonominya bisa dirasakan oleh masyarakat lapis bawah.

Semangat tersebut, sambungnya, harus dipegang teguh para pelaku usaha karena skema pembiayaan dan pasar pun akan semakin mempersyaratkan semangat pembangunan berkelanjutan.

“Saya berharap pameran Indonesia International Furniture Expo Virtual Forum 2021 menjadi momentum kebangkitan industri mebel dan kerajinan Indonesia yang merujuk pada semangat pembangunan berkelanjutan,” imbuh Jokowi.

Presiden juga berharap, IFEX pada tahun ini menjadi arena yang strategis bagi para produsen di hulu sampai hilir serta untuk para calon pembeli baik nasional maupun internasional.

Terlebih lagi, ia mengatakan yang terpenting yakni tercipta transaksi pasar dunia yang saat ini sudah tidak tersekat-sekat lagi.

“Pameran berskala internasional sangat diperlukan dan Indonesia bisa jadi arena yang tepat karena Indonesia kaya di bahan baku kaya di karya seni dan sangat besar kemampuan pasarnya,” katanya. 

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan produk mebel dan kerajinan Indonesia merupakan salah satu ekspor andalan yang sudah diakui kualitasnya dan sudah mendominasi pasar global mulai dari Amerika Serikat (AS), Timur Tengah, hingga Jepang.

Selama periode bulan Januari hingga bulan Agustus 2021 saja, nilai ekspor produk mebel Indonesia berhasil mencatatkan kenaikan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 29% dengan nilai US$1,88 miliar.

Pada periode yang sama juga, nilai ekspor kerajinan dalam negeri juga tumbuh 23% atau setara US$5,8 miliar.

Oleh karena itu, Lutfi berharap perhelatan IFEX Virtual Showroom dapat mendorong pemulihan di sektor ekonomi sekaligus mempromosikan produk mebel dan kerajinan Indonesia ke pasar global.

“Saya juga mengundang para pelaku usaha mebel dan kerajinan untuk ikut menyukseskan Trade Expo Indonesia ke-36 yang akan dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober hingga tanggal 20 Desember 2021 secara virtual,” ucapnya.

Terus Tumbuh
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan, penyelenggaraan IFEX telah terbukti membawa dampak positif terhadap industri furnitur Indonesia sehingga pasar furnitur dalam negeri bisa terus berkembang.

Meski demikian, ia mengatakan kondisi pasar global masih dipengaruhi ketidakpastian akibat pandemi covid-19. Dampaknya terhadap sektor industri pun menjadi terhambatnya global value chain yang selama ini menjadi motor perdagangan internasional.

“Menurut data Markit, PMI Indonesia tercatat sebesar 43,7 poin pada agustus 2021 angka ini mencerminkan bahwa aktivitas manufaktur Indonesia masih terkontraksi meski demikian skor PMI Indonesia sudah meningkat dibandingkan bulan sebelumnya pada bulan Juli yang sebesar 40,1,” ujarnya.

Agus menuturkan, industri agro merupakan sub-sektor industri pengolahan non-migas yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Pengolahan Non-migas yang pada kuartal I/2021 mencapai 50,78%.

Kontribusi masing-masing jenis industri dalam sub-sektor industri agro adalah industri makanan minuman sebesar 37,98%, industri pengolahan tembakau 4,91%, industri kertas dan barang kertas 3,83%, industri kayu dan barang dari kayu, rotam dan furnitur 2,60%.

“Secara khusus, industri furnitur masa pandemi covid-19 mengalami pertumbuhan. Pada kuartal I/2020 lalu mengalami kontraksi yang cukup besar yaitu -7,28%, sementara di kuartal I/2021 tumbuh 8,04%,” kata Agus.

Lebih lanjut, ia mengatakan pandemi saat ini menuntut para pelaku industri untuk melakukan inovasi-inovasi cerdas dan efektif sehingga industri furnitur dan kerajinan bisa terus bertahan dan berkembang.

Selama pandemi pun, industri furnitur dan kerajinan terbukti memiliki tingkat ketahanan atau resiliensi yang tinggi. Agus bilang, salah satu faktornya adalah reorganisasi signifikan belanja rumah tangga masyarakat, yaitu peralihan dari hiburan, pariwisata, dan transportasi ke sektor lain seperti produk teknologi, kebutuhan menata, dan renovasi rumah.

Ia menambahkan, kebutuhan belanja daring selama pagebluk pun juga mendukung peningkatan penjualan furnitur dan ekspor.

“Hal ini terlihat dari kinerja ekspor tahun 2020 produk furnitur yang mengalami peningkatan dengan nilai US$1,91 miliar atau meningkat 7,6% dari tahun 2019 yaitu senilai US$1,77 miliar,” ucapnya.

Lebih lanjut, Agus mengatakan peluang pasar furnitur dan kerajinan yang terus tumbuh harus didukung dengan penyediaan faktor-faktor produksi utama, yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja.

Bahan baku furnitur dan kerajinan Indonesia, katanya, cukup melimpah terutama yang berasal dari hutan produksi yang memiliki luas sekitar 68,8 juta hektare.

Selain itu, iklim tropis Indonesia juga dinilai sangat menguntungkan karena berbagai jenis pohon dapat tumbuh dengan cepat.

“Kemudian Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia di mana daerah penghasil rotan di Indonesia berada di berbagai pulau terutama di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pemerintah khususnya Kementerian Perindustrian juga akan terus memberikan fasilitas kemudahan iklim berusaha.

Instrumen-instrumen kebijakan pemerintah dalam rangka mengembangkan industri furnitur dan kerajinan antara lain fasilitas di pusat logistik bahan baku, program revitalisasi mesin atau peralatan fasilitas politeknik fortnite, dan program pengembangan desain furnitur.

Kemudian, insentif tax holiday atau tax allowance, reduction tax untuk R&D dan vokasi penerapan SNI dan SKKNI program TKDN serta fasilitasi keikutsertaan pada pameran nasional maupun internasional.

“Ketersediaan bahan baku yang melimpah sebagai komparatif advante didukung dengan kemudahan iklim berusaha pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja diharapkan dapat mewujudkan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi berdaya saing global dan berwawasan lingkungan,” ucapnya.

Ia juga bilang berharap industri furnitur dan kerajinan terus melakukan inovasi dan selalu melakukan eksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global

Menurutnya, inovasi yang akan meningkatkan nilai tambah dan juga daya saing suatu produk tak terkecuali untuk produk furnitur terutama karena industri furnitur dan kerajinan erat sekali kaitannya dengan lifestyle atau gaya hidup.

“Di samping itu saya jug turut mengimbau agar kita semakin meningkatkan pembinaan produk furnitur dan kerajinan produksi dalam negeri,” kata Agus.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER