11 Mei 2024
17:38 WIB
Pemerintah Klaim Manufaktur RI Ekspansif Di Tengah Perlambatan Global
PMI manufaktur Indonesia masih di atas 52,9. Atinya Kondisi manufaktur Indonesia dinilai masih lebih baik dari negara lain, seperti China (51,4) maupun Malaysia (49,0)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam doorstop setelah Seminar Ekonomi di Sekolah Kolese Kanisius, Jakarta, Sabtu (11/5/2024). Antara/ Muhammad Heriyanto.
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, sektor manufaktur Indonesia masih cenderung berada di level ekspansif di tengah melambatnya aktivitas manufaktur global.
"PMI manufaktur Indonesia masih di atas 52,9, artinya kita masih lebih baik dari negara lain, seperti China (51,4) maupun Malaysia (49,0)," ujar Airlangga dalam Seminar Ekonomi di Sekolah Kolese Kanisius, Jakarta, Sabtu (11/5).
Seiring dengan itu, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih berada di level 5,11% year on year (yoy) pada kuartal I 2024, atau lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang berada di level 5,03% (yoy).
"Sebesar 5,11% (yoy) relatif tertinggi, karena pertama kita ada Lebaran, kedua kita ada Pemilu (Pemilihan Umum). Jadi, biar bagaimanapun Pemilu meningkatkan konsumsi domestik," ujar Airlangga.
Kemudian, lanjutnya, dari sisi ketenagakerjaan, jumlah penduduk bekerja bertambah sebanyak 3,5 juta orang menjadi 142,18 juta orang, sedangkan jumlah pengangguran berkurang hampir 800 ribu orang dibandingkan akhir tahun 2023 menjadi 7,2 juta orang.
“Pekerja formal (presentase) berada di angka 40,8%, atau lebih tinggi daripada Februari 2023,” ucap Airlangga.
Dalam kesempatan ini, Airlangga mengatakan, situasi geopolitik di tingkat global masih menunjukkan tren yang belum membaik sampai saat ini. "Geopolitik perang Ukraina belum selesai, sementara kita lihat di Timur Tengah Hamas- Israel, ditambah lagi pertempuran Iran dan Israel," imbuhnya.
Selain itu, menurutnya, kondisi pertumbuhan ekonomi di Eropa juga cenderung masih rendah di tengah transisi periode pasca pandemi covid-19. "Prancis sebentar lagi Pemilu, kemungkinan juga kanan. Jerman juga ekonominya tidak baik-baik saja, ini yang harus kita waspadai," tuturnya.
Negara Maju
Sebelumnya, Direktur Asian Development Bank (ADB) untuk Indonesia Jiro Tominaga mengatakan, penguatan industri manufaktur merupakan salah satu upaya penting untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045.
"Memperkuat industri manufaktur juga menjadi penting," kata Jiro seperti dilansir Antara saat ditemui di sela-sela rangkaian kegiatan Pertemuan Tahunan ADB Ke-57 di Tbilisi, Georgia, Senin.
Penguatan dan kemajuan industri manufaktur diharapkan akan berkontribusi, dalam upaya Indonesia meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7% per tahun untuk menjadi negara maju. Selain itu, menurut Jiro, keberlanjutan reformasi ekonomi juga terus dilakukan terutama dalam hal peningkatan daya saing dan lingkungan bisnis.
Kemudian, ekonomi hijau dan investasi hijau juga harus semakin dikembangkan, karena tidak hanya dapat menambah produktivitas tetapi juga meningkatkan lapangan kerja atau kesempatan kerja Pembangunan infrastruktur pun perlu terus dilanjutkan.
Beragam upaya tersebut akan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berjangka panjang, dibarengi dengan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca untuk keberlanjutan dan kemajuan pembangunan. Ia pun menekankan pentingnya memastikan ekonomi tumbuh dan pada saat bersamaan terjadi pengurangan emisi gas rumah kaca.
Tumbuh Impresif
Untuk diketahui, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, industri manufaktur berperan mengatrol kinerja ekonomi pada 2022, karena mampu tumbuh impresif di angka 5,01% sepanjang 2022 atau lebih tinggi dibanding capaian pada 2021 sebesar 3,67%.
Agus menegaskan, pemerintah tetap antisipatif dan menyiapkan berbagai kebijakan strategis untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu fokus adalah mengembangkan sektor industri manufaktur agar lebih produktif dan inovatif.
"Dalam jangka pendek misalnya, kebijakan untuk memperkuat konsumsi domestik akan dipacu melalui permintaan dari sektor industri dengan mendorong penggunaan produk dalam negeri. Sedangkan, jangka menengah dan panjangnya, pemerintah melanjutkan transformasi ekonomi untuk meningkatkan daya saing dan investasi di sektor industri, termasuk juga menyiapkan SDM industri yang kompeten,” bebernya.
Untuk diketahui, pemerintah memfokuskan industri hilirisasi komoditas menjadi tiga kelompok, yakni industri berbasis agro seperti industri oleokimia, industri berbasis bahan tambang mineral seperti industri smelter mineral dan logam, serta industri berbasis migas dan batubara seperti proyek coal to methanol.
Sementara itu, realisasi investasi industri manufaktur pada 2022 mencapai Rp497,7 triliun. peningkatan investasi di sektor industri juga akan mendongkrak serapan tenaga kerja. Pada tahun 2022, total serapan tenaga kerja diperkirakan mencapai 19,11 juta orang, sedangkan pada 2023 sebanyak 19,2-20,2 juta orang.
“Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk memperkuat hilirisasi di sektor industri manufaktur,” ujar Menperin