28 November 2024
16:53 WIB
Pemerintah Genjot Paket 3B, Agar Sebaran Turis Di Bali Lebih Merata
Melalui paket wisata tersebut, pemerintah mempromosikan bagian wilayah Bali yang memiliki daya tarik wisata tetapi belum banyak dikunjungi wisatawan
Sejumlah wisatawan mengamati ikan lumba-lumba yang muncul di kawasan perairan Pantai Lovina, Singara ja, Bali, Minggu (4/11/2018). Antara Foto/Fikri Yusuf
JAKARTA - Pemerintah menyiapkan paket wisata Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara atau 3B, dalam upaya untuk meratakan sebaran turis di Pulau Bali, yang hingga saat ini dinilai masih terkonsentrasi di wilayah Bali Selatan.
Hal ini juga merupakan respons dari masuknya Bali dalam Fodor’s No List 2025 atau daftar tempat wisata yang dinilai tidak layak dikunjungi karena sudah kelebihan beban pariwisata.
"Sebenarnya Bali itu tidak kelebihan turis, Bali itu memang ada masalah di distribusi wisatawan yang saat ini berpusat di Bali Selatan ya," kata Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Oleh karena itu, Ni Luh mengatakan, Kementerian Pariwisata bersama pemerintah daerah, menyiapkan paket wisata 3B untuk memperkenalkan lebih banyak daerah tujuan wisata di Bali kepada wisatawan. Melalui paket wisata tersebut, pemerintah mempromosikan bagian wilayah Bali yang memiliki daya tarik wisata tetapi belum banyak dikunjungi wisatawan.
"Jadi, para turis bisa kita distribusikan lewat Jawa, Banyuwangi, itu langsung ke Bali Barat dan Bali Utara," kata Ni Luh.
Ni Luh menekankan, Bali masih layak dikunjungi turis. Menurut dia, masuknya Bali dalam Fodor’s No List 2025 tidak akan banyak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata. "Bali masih sangat layak dikunjungi, Bali masih luar biasa. Saya rasa itu tidak akan berpengaruh," ujarnya.
Dia menyampaikan, Bali merupakan salah satu provinsi yang menerima banyak penghargaan di bidang pariwisata pada 2024. Termasuk penghargaan Desa Wisata Terbaik dari UN Tourism pada 2024 untuk Desa Wisata Jatiluwih.
Untuk diketahui, Fodor’s Travel memasukkan Bali dalam daftar tujuan wisata yang layak dihindari, karena menilai perkembangan cepat industri pariwisata di pulau itu telah menimbulkan tekanan besar terhadap lingkungannya.
Publikasi wisata itu antara lain menyoroti pantai-pantai di Bali yang dulunya bersih seperti Kuta dan Seminyak kini sudah penuh dengan tumpukan sampah.
Menurut Fodor’s Travel, pembangunan yang cepat dan tidak terkendali yang didorong oleh pariwisata yang berlebihan, telah menimbulkan dampak negatif pada habitat alami Bali, mengikis warisan lingkungan dan budaya, dan menciptakan "kiamat plastik".
Bali Utara-Bali Barat
Sebelumnya, Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana juga mengungkapkan, padatnya wisatawan di sejumlah destinasi favorit di Bali bukan karena jumlah wisatawan yang berlebih.
Hal ini lebih karena penyebaran wisatawan yang belum merata dan menumpuk di Bali bagian selatan. Sementara itu, Bali bagian utara maupun bagian barat memiliki banyak potensi wisata yang masih belum banyak digali untuk wisatawan.

Widiyanti mengatakan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyadari tantangan yang dihadapi Bali terkait kurang meratanya persebaran wisatawan seperti yang disoroti dalam daftar No. List 2025 oleh Fodor's. Oleh karena itu, Kemenpar terus berupaya mendorong pemerataan wisatawan di Bali.
“Kementerian Pariwisata tidak tinggal diam. Pada September 2024, Kemenparekraf berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan stakeholder terkait meluncurkan paket wisata 3B yakni Banyuwangi-Bali Barat-Bali Utara yang diharapkan semakin memperkaya pilihan tujuan berwisata wisatawan,” tuturnya.
Paket wisata yang ditawarkan meliputi seluruh daya tarik yang ada di masing-masing daerah, mulai dari alam, budaya, produk wisata buatan, desa wisata, dan lainnya Seperti Desa Wisata Pemuteran, Desa Wisata Les, Lovina, hingga Pemuteran di Bali Utara.
Di Kabupaten Jembrana ada Taman Nasional Bali Barat dengan daya tarik burung jalak Bali. Sementara di Banyuwangi terdapat banyak destinasi seperti Desa Wisata Kemiren, G-Land, Alas Purwo, serta yang tidak kalah menarik adalah Kawah Ijen.
Kemenpar juga telah mengajak komunitas berdiskusi soal pengembangan wisata di Bali Utara dan sejumlah wartawan nasional maupun asing, untuk meliput langsung sejumlah destinasi di Kabupaten Buleleng, Bali Utara.
“Dengan berbagai langkah ini, kami optimistis dapat mengurangi ketimpangan wisata dan mengembangkan pariwisata Bali yang lebih berkelanjutan serta memberikan manfaat bagi masyarakat setempat,” ucap Widiyanti.
Tidak Pengaruhi Kunjungan
Sementara itu, Manajer Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih I Ketut Purna di Kabupaten Tabanan, Minggu (24/11) menyatakan, kajian Fodor's Travel yang menempatkan Pulau Bali masuk daftar tempat tujuan atau destinasi wisata yang tak layak dikunjungi pada tahun 2025, tidak mempengaruhi kunjungan pariwisata ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih Tabanan, Bali.
"Kunjungan wisatawan ke DTW Jatiluwih tidak ada pengaruh sama sekali. Hal ini dilihat dari data kunjungan Sabtu 23 November kemarin, dalam satu hari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tercatat 409 orang dan wisatawan domestik (wisdom) 502 orang," tuturnya.
Ketut Purna mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali di tahun 2023 yang menyebutkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada tahun 2023 mencapai 5.273.258 orang. Angka ini naik 144,61% dibandingkan tahun 2022 yang hanya 2.155.747 kunjungan.
Secara kumulatif, jumlah turis asing yang berkunjung ke Bali pada Januari-Agustus 2024 sudah mencapai 4.155.540 orang. Angka tersebut naik 21,55% dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang berada di angka 3.418.667 orang.
Lebih lanjut, Ketut Purna mengatakan, untuk menghindari adanya penumpukan wisatawan di wilayah Bali bagian selatan, maka diperlukan upaya dari berbagai pihak dan para pemangku kepentingan. Di antaranya dengan mengenalkan wisatawan dengan daerah Bali utara, timur, dan barat, agar tidak menumpuk di selatan.
"Termasuk Ketika Fodor memasukkan Bali dalam daftar permasalahan overtourism, hal tersebut bisa teratasi dengan memaksimalkan lagi upaya mempromosikan potensi pariwisata di Bali," serunya.
Ketut Purna menambahkan, agar Pulau Bali tetap memiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara, ia mengajak seluruh elemen menjaga budaya Bali agar tidak hilang ditelan zaman.
"Memang Pulau Bali jika dibandingkan negara lain, keindahan alam tidak ada yang menandingi. Ayo kita bekerja sama siapapun itu untuk menjaga budaya Bali agar tetap lestari," katanya.

Dia meyakini wisatawan mancanegara datang ke Bali bukan sekedar melihat alam, tetapi yang utama adalah kebudayaan Bali. Dengan menjaga budaya Bali, Ketut Purna yakin dalam kondisi apapun pariwisata di daerah ini tetap akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bali.
Sebelumnya, UNWTO atau UN Tourism mengumumkan 55 desa wisata dengan predikat baik atau Best Tourism Villages yang diterima langsung oleh I Ketut Purna di Kolombia pada Jumat (15/11).
Desa Jatiluwih terpilih dari total 260 desa wisata lain yang berasal dari 60 negara anggota UN Tourism. UN Tourism menyebutkan 55 desa wisata dengan predikat baik itu dinilai berdasarkan sembilan indikator.
Antara lain, sumber daya alam dan budaya, promosi dan konservasi budaya, keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan, integrasi rantai nilai dan pembangunan pariwisata, tata kelola dan prioritas pariwisata, konektivitas dan infrastruktur serta keselamatan, keamanan dan kesehatan.
Selain Desa Jatiluwih, Desa Wukirsari Kapanewon Imogiri di Bantul, DI Yogyakarta juga meraih penghargaan serupa. Dan setelah mendapat predikat Desa Wisata Terbaik dari PBB, DTW Jatiluwih juga berhasil menerima Sertidewi (Sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan) dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Sertifikat ini diserahkan pada Forum Kolaborasi Mitra Strategi ADWI 2024.
Ketut Purna menjelaskan penghargaan itu merupakan pengakuan atas dedikasi Desa Jatiluwih dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai upaya desa dalam menjaga kelestarian alam, melestarikan nilai-nilai budaya lokal, serta memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan.