c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

13 Maret 2023

08:38 WIB

Pemerintah Genjot Kinerja Industri Furnitur Dan Kerajinan

Industri furnitur merupakan salah satu sektor padat karya dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 ribu perusahaan

Pemerintah Genjot Kinerja Industri Furnitur Dan Kerajinan
Pemerintah Genjot Kinerja Industri Furnitur Dan Kerajinan
Salah satu stan UMKM pada pameran internasional JIFFINA 2023 di Jogja Expo Center, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 11-14 Maret 2023. Antara/Humas Pemkab Bantul

JAKARTA - Kementerian Perindustrian memacu kinerja industri furnitur dan kerajinan agar bisa lebih berdaya saing global, sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Keunggulan komparatif berbasis sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menjadi modal memangkan persaingan di industri mebel, kerajinan, dan homedecor.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika lewat keterangannya diterima di Jakarta, Minggu (12/3) menuturkan, produk Indonesia punya keunggulan yang kuat, dengan menghasilkan produk furnitur dan kerajinan yang unik dan berkualitas.
 
"Corak dan desain dari produk-produknya pun beragam karena para pengrajin kita memiliki keterampilan yang kreatif, inovatif, dan tidak mudah disaingi negara lain,” ujarnya.
 
Putu menyampaikan hal itu pada pembukaan Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2023 di Yogyakarta. Kemenperin pun memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan JIFFINA yang tahun ini telah digelar untuk ketujuh kalinya. Kegiatan ini terbukti membawa efek positif terhadap pengembangan industri furnitur di Indonesia.
 
“Semoga pameran JIFFINA 2023 ini dapat berlangsung dengan sukses serta memberikan manfaat bagi perkembangan industri furnitur dan kerajinan nasional,” tutur Putu.
 
Pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai US$3,5 miliar. Sebagai subsektor industri agro, industri furnitur memberikan kontribusi hingga 1,30% dengan nilai kinerja ekspornya sebesar US$2,5 miliar sepanjang tahun lalu. 

Pemerintah sendiri menargetkan ekspor dari industri furnitur tumbuh menembus US$5 miliar pada 2024.
 
Seperti diketahui, industri furnitur merupakan salah satu sektor padat karya dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 ribu perusahaan. Data terakhir pada Desember 2022 mencatatkan utilisasi industri furnitur berada di angka 74,16%.

Putu menegaskan, pihaknya telah memiliki dua strategi agar kinerja industri furnitur nasional semakin berdaya saing global. Antara lain melalui pengoptimalan pasar domestik dan memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional.
 
Menurut dia, strategi pertama dapat secara efektif dilakukan mengingat konsumen furnitur dalam negeri terutama untuk kelas menengah terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality.
 
“Kemudian konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk ber-TKDN  (Tingkat Komponen Dalam.Negeri) juga sedang gencar digalakkan oleh pemerintah,” jelasnya.
 
Hal itu yang juga dapat menjadi kesempatan pelaku industri furnitur kita meningkatkan pasarnya di dalam negeri. Pemerintah juga memfasilitasi melalui penyelenggaraan business matching untuk mempertemukan para pelaku industri dengan para pengguna produk dalam negeri, seperti dari instansi pemerintah dan BUMN.
 
"Industri furnitur menjadi salah satu sektor andalan untuk mendukung kantor-kantor pemerintah dan sekolah,” paparnya.
 
Untuk strategi kedua, lanjut Putu, merupakan bentuk keniscayaan dikarenakan pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi.
 
“Di sisi lain, pasar nontradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah, di mana pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil,” imbuhnya.



JIFFINA 2023
Sejalan dengan tema JIFFINA 2023, yakni “The Power of Eco-lifestyle for Global Market”, diharapkan membuat environmental awareness dari konsumen furnitur meningkat. 

Hal ini diharapkan mendorong pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan dalam produksinya sehingga bisa lebih efisien, ramah lingkungan, namun tetap dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan untuk masyarakat.
 
“Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa,” ujar Putu.

Dalam gelaran IFEX 2023, Ditjen Industri Agro berkesempatan mengisi satu booth yang menampilkan karya-karya kolaborasi tersebut. Pada 2022, program tersebut mempertemukan desainer Eugenio Hendro yang berkolaborasi dengan CV Dijawa Abadi, Felix Sidharta dengan CV Decorus, Bayu Ramadhan dengan CV Equator Jingga, Cynthia Margareth dengan PT Kobeks, serta Hans Handoko dengan CV Raisa House Indonesia.

Cynthia Margareth, salah satu desainer yang tergabung dalam MadeCon, menyampaikan hasil yang didapat dari keikutsertaannya dalam program kolaborasi ini. Salah satunya adalah mendapat pengalaman bekerja bersama para pelaku industri furnitur.

“Kadang desainer banyak di kantor atau bertemu klien atau travelling. Namun, di program ini, kami bisa ke pabrik langsung, bertemu pengrajin, melihat sudut pandang owner dan buyer. Jadi lebih ada pengetahuan baru, pembelajaran baru, sehingga hasil karyanya jadi one of time,” tutur Cynthia.

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menaksir total nilai transaksi perdagangan secara on the spot selama empat hari penyelenggaraan pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023 mencapai US$250 juta atau memenuhi target. 

"Total transaksi yang kami targetkan tampaknya tercapai di US$250 juta," ujar Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur dalam konferensi pers IFEX 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu. 

Dia meyakini nilai transaksi setelah pameran akan mencapai US$750 juta, sehingga total transaksi bisa menyentuh angka US$1 miliar.

"Rata-rata tiga sampai empat bulan ke depan, sehingga saya mengatakan sampai akhir semester ini akan tercapai mungkin di angka US$1 miliar kurang lebih," kata Sobur.

Sementara itu, Dyandra Promosindo selaku promotor acara menilai penyelenggaraan pameran IFEX 2023 berlangsung sukses, terlihat dari banyaknya pengunjung dan para pembeli yang hadir, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
 
"Sampai hari ini teregister sudah 115 negara yang sudah meregisterasi kehadirannya dari 12.118 buyer yang sudah masuk sampai jam 15.00 WIB hari ini dan akan terus bertambah dalam dua sampai tiga jam ke depan," ujar Presiden Direktur Dyandra Promosindo Daswar Marpaung.
 
Para pembeli dari luar negeri tersebut didominasi dari negara-negara seperti Australia, India, Amerika Serikat, Perancis, China, Belanda, Singapura, Jepang, Malaysia, dan Spanyol. Daswar mengatakan, produk-produk yang diminati selama pameran adalah produk living dan kerajinan tangan.

Dukungan Kebijakan
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan kebijakan dukungan Kemenperin. Di antaranya jaminan pasokan bahan baku dan bahan penolong, peningkatan kemampuan teknologi dan kapasitas SDM, insentif perpajakan, pengembangan desain, serta fasilitasi keikutsertaan dalam pameran.
 
“Hal ini juga untuk mengurangi ketergantungan akan produk impor yang mencapai US$495,7 juta pada 2022,” ujar Agus (11/3).

Menghadapi tantangan dan kendala pada industri furnitur, lanjut Agus, subsektor tersebut harus memanfaatkan momentum pasar dalam negeri yang ekspansif sebagai peluang penguasaan pasar dalam negeri. 

Agus mengungkapkan Kemenperin memiliki dua strategi dalam upaya meningkatkan daya saing industri furnitur di kancah internasional.
 
Pertama, upaya pengalihan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik. Strategi ini dapat dilakukan secara efektif mengingat konsumen furnitur dalam negeri, terutama kelas menengah, terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality.

Hal ini juga didukung dengan konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai dengan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Hal ini memberikan kesempatan bagi pelaku industri furnitur dalam meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri.
 
Strategi selanjutnya adalah perluasan tujuan ekspor ke pasar non-tradisional. Menurutnya, di saat pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi, pasar non-tradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah yang pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil.
 
Selain itu, untuk mendukung penyediaan tenaga kerja terampil, Kemenperin mencetak sumber daya manusia (SDM) terbaik di industri furnitur melalui pendirian Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, Jawa Tengah.
 
Sedangkan di lini teknologi, Kemenperin telah dan sedang melaksanakan program restrukturisasi mesin/peralatan industri pengolahan kayu, salah satunya untuk industri furnitur kayu.
 
Output dari program ini adalah terfasilitasinya perusahaan dalam mendapatkan potongan harga berupa penggantian (reimburse) sebagian dari harga pembelian mesin dan/atau peralatan. Pada tahun 2023, Kemenperin kembali mengadakan program tersebut untuk semakin meningkatkan produktivitas dan daya saing industri furnitur.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar