c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

31 Mei 2023

12:42 WIB

Peluang Online Grocery Pasca Pandemi, Ini Kata CEO Titipku

Meski kembalinya aktivitas masyarakat bisa menjadi ancaman bagi usaha online grocery yang menjamur selama pandemi, Titipku menilai masih ada peluang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Fin Harini

Peluang <i>Online Grocery</i> Pasca Pandemi, Ini Kata CEO Titipku
Peluang <i>Online Grocery</i> Pasca Pandemi, Ini Kata CEO Titipku
Ilustrasi Jatiper Titipku. Pedagang sayur di Pasar Sambilegi. Dok/Titipku

JAKARTA - CEO Titipku Henri Suhardja mengatakan, kembalinya aktivitas masyarakat di satu sisi bisa dipandang sebagai ancaman bagi usaha online grocery yang menjamur selama pandemi.

“Tak bisa dipungkiri bahwa ada masyarakat yang belanja langsung ke pasar. Namun, saya melihat bahwa di 2023 ini sudah ada tiga kelompok konsumen,” ungkap pria yang akrab disapa Henri tersebut dalam pernyataan tertulis, Rabu (31/5).

Dia sendiri membagi masyarakat yang suka berbelanja menjadi tiga kelompok. Pertama adalah kelompok yang kembali belanja langsung ke pasar. Kedua, adalah kelompok yang tetap belanja daring karena sudah merasakan kemudahannya.

Baca Juga: Transaksi di Pasar Tradisional Capai US$108 Miliar per Tahun

Kelompok ketiga adalah kelompok keluarga baru atau pekerja baru yang memilih belanja daring guna bisa fokus ke kerjaan atau newborn baby mereka.

"Jadi, tetap akan ada yang belanja grocery secara daring,” tambah Henri.

Melihat pola konsumen ini, Henri merasa yakin dan optimis online grocery tetap potensial dan akan terus berkembang, baik di ranah nasional maupun global. Ditambah, Henri juga meyakini tentang adanya regenerasi konsumen yang lebih fasih digital.

Online grocery ini akan terus meningkat karena saat ini masyarakat kita didominasi ilenial yang sudah fasih digital, dan ke depannya akan didominasi Gen Z yang memang menjadi digital native. Generasi ini lah yang akan punya pikiran ‘kalau bisa belanja online ya belanja online aja’,” ucap dia.

Adaptasi Bisnis Model untuk Mempertahankan Bisnis
Salah satu syarat agar bisnis model tidak tergerus bisnis baru yang bermunculan adalah kemauan untuk beradaptasi. Itulah yang membuat banyaknya usaha yang berpindah dari bisnis model B2C ke B2B maupun mengadaptasi model bisnis omnichannel O2O (online to offline).

Henri juga mengakui bahwa usaha Titipku juga beradaptasi dengan melebarkan sayap bisnis ke B2B2C model. 

Dia menuturkan Titipku tidak hanya fokus ke pemenuhan kebutuhan konsumen rumahan, tetapi juga fokus ke pemenuhan kebutuhan produk dagangan para pedagang di pasar maupun ke pemenuhan kebutuhan bahan pangan usaha hotel, restoran, dan kafe atau usaha horeka.

“Bedanya, Titipku tidak menggunakan sistem warehouse seperti kebanyakan usaha B2B ataupun O2O. Warehouse Titipku ya para pedagang pasar dan supplier produk bahan pokok itu sendiri,” ungkap Henri.

Dia menekankan agar semua pihak dan stakeholder terkait bisa fokus pada kualitas produk. Online grocery ini adalah kebutuhan pokok yang harus terjamin kualitas dan kesegarannya.

"Kesegaran Ini harus menjadi value utama yang usaha tawarkan ke konsumen, baik konsumen rumahan, pedagang eceran, maupun usaha horeka," sebutnya.

Baca Juga: Titipku Buka Lini Bisnis Baru Untuk Pasok Produk Segar Bagi Horeka

Di akhir, Henri mencoba menyimpulkan adanya empat hal yang bisa membuat usaha online grocery menang di hati konsumen. Pertama adalah kenyamanan. Dalam hal ini, Titipku menawarkan ke konsumen berbelanja di pasar tanpa perlu ke pasarnya langsung agar praktis.

Yang kedua adalah kualitas produk yang menjadi poin utama online grocery. Ketiga, adalah kualitas pelayanan yang baik dan aman. Terakhir, adalah harga yang dibayar sebanding dengan yang didapat.

“Pelanggan yang biasa belanja online grocery pasti sudah tahu bahwa harga produk berbeda dengan pasar. Namun, harga ini sebanding dengan kepraktisan belanja maupun kesegaran produk yang didapat,” tambah Henri.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar