c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

06 Agustus 2025

12:58 WIB

PCO Jelaskan Jeda Waktu PMI-PMTB, Ungkit Investasi Kuartal II

PCO menjelaskan pertumbuhan ekonomi 5,12% di kuartal II tak hanya dipengaruhi konsumsi dan industri pengolahan, tetapi juga investasi PMTB. Terdapat fenomena jeda waktu antara PMTB dan PMI Manufaktur.

Editor: Khairul Kahfi

<p>PCO Jelaskan Jeda Waktu PMI-PMTB, Ungkit Investasi Kuartal II</p>
<p>PCO Jelaskan Jeda Waktu PMI-PMTB, Ungkit Investasi Kuartal II</p>

Ekonom senior dan Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal, Jakarta, Rabu (6/8/2025). Antara/HO-PCO

JAKARTA - Ekonom senior dan Tenaga Ahli Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Fithra Faisal menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2025 yang tercatat sebesar 5,12% tidak hanya dipengaruhi konsumsi dan industri pengolahan, tetapi juga investasi melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Dia juga menekankan, pentingnya memahami hubungan antara PMTB dan Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur, serta fenomena jeda waktu atau lag di antara keduanya.

“PMTB (kuartal II) tumbuh 6,99% (yoy). Ini signifikan, karena di kuartal I cuma 2,12%. Banyak yang membandingkan dengan PMI Manufacturing, tapi ini harus dilihat cara menghitung dan timeline-nya,” jelas Fithra melansir Antara, Jakarta, Rabu (6/8).

Baca Juga: Tepis Tudingan Manipulasi Data Pertumbuhan Ekonomi, Menko Airlangga: Mana Ada

Dia menjelaskan, PMI Manufaktur merupakan indikator awal berbasis survei yang mengukur optimisme pelaku usaha, sementara PMTB merupakan realisasi investasi.

“PMI itu survei untuk menentukan mood pembelian yang dilakukan kepada para purchasing manager. Beda dengan PMTB yang betul-betul actual. Memang PMI sebagai indikator utama,” ujarnya.

Namun, Fithra menegaskan, adanya jeda waktu antara optimisme PMI dan realisasi PMTB. Dia mencontohkan, sentimen bisnis PMI Manufaktur di kuartal I/2025 cenderung ekspansi, bahkan mencapai puncaknya di Februari disebabkan persiapan menjelang lebaran. 

Namun, optimisme atas aktivitas manufaktur tersebut tidak langsung tecermin dalam angka investasi (PMTB) di kuartal yang sama. Realisasi PMTB yang tinggi baru terlihat di kuartal II/2025, setelah optimisme dan persiapan di kuartal I selesai.

“Kalau kita bandingkan timeline-nya, ada lag. Contohnya di kuartal I, PMI Manufacturing selalu di atas 50 (ekspansi), bahkan Februari 53 karena antisipasi jelang Lebaran. Tapi itu baru terefleksi di perhitungan kuartal II. Makanya, aktivitas PMTB di kuartal II lumayan (tinggi),” jelasnya.

Baca Juga: Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II RI Tertinggi Ke-2 Di G20

Dia menilai, kondisi itu juga yang menjelaskan mengapa kontraksi PMI di kuartal II tidak serta-merta menurunkan kontribusi PMTB. Karena itu, dengan skema yang sama, pelemahan PMI Manufaktur di kuartal II kemungkinan baru terlihat pada realisasi PMTB di kuartal III nanti.

“Banyak yang meragukan kok ini enggak tally (cocok). Bukannya enggak tally, memang ada lag-nya. Biasanya ini akan terbawa ke kuartal ketiga. Jadi kemungkinan di kuartal ketiga PMTB-nya tidak akan setinggi kuartal II,” jelasnya.

Sektor Paling Berpengaruh Di PMTB Kuartal II
Lebih lanjut, Fithra menjelaskan bahwa komponen paling signifikan dalam pertumbuhan PMTB berasal dari sektor bangunan yang menyumbang sekitar 74%, dengan pertumbuhan sebesar 4,89%.

Namun, ia menyoroti bahwa lonjakan paling mencolok justru terjadi pada belanja mesin yang tumbuh 25,3%, serta peningkatan belanja modal pemerintah yang mencapai 30,37%.

“Ini karena ada industri strategis seperti PAL, Pindad yang beli alat-alat mesin,” paparnya.

Baca Juga: Ekonomi Kuartal II/2025 Tumbuh 5,12%, Ekonom: Agak Membingungkan

Fithra menambahkan bahwa dampak belanja modal pemerintah terhadap investasi sudah mulai terlihat secara nyata.

Ia mencatat bahwa secara urutan waktu, kontribusi belanja mesin biasanya berada di kisaran 9-10%, sehingga lonjakan pada kuartal II dinilai cukup signifikan dan sejalan dengan peningkatan aktivitas di lapangan. Dia pun menekankan pada efektivitas belanja pemerintah.

“Hikmahnya, kalau investasi tepat sasaran dengan efek pengganda yang kuat, itu bisa mendorong ekonomi. Enggak mesti spending yang besar sekali, tapi tepat guna,” katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar