14 November 2024
18:30 WIB
Paylater Perbankan Diramal Bisa Lampaui Pinjol
Pengamat memproyeksikan outstanding BNPL perbankan ke depan bisa melampaui pinjaman daring di fintech P2P Lending.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Ilustrasi Paylater. Shutterstock/dok
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan piutang pembiayaan dengan skema buy now pay later (BNPL) atau paylater oleh perbankan pada September 2024 masih rendah. Pasalnya, oustanding paylater perbankan per September 2024 masih berada di bawah angka Rp20 triliun.
"Per September 2024, outstanding paylater (BNPL) tercatat masih rendah, yaitu sebesar Rp19,82 triliun," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (KEPP) OJK Dian Ediana Rae dalam jawaban tertulis, Kamis (14/11).
OJK merekapitulasi porsi produk kredit BNPL perbankan masih sebesar 0,26%. Namun demikian, Dian menyebut, pertumbuhan paylater perbankan sangat signifikan selama setahun terakhir.
Per September 2024, baki debet kredit BNPL tumbuh 46,42% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp19,81 triliun, dengan total jumlah rekening 19,82 juta.
Angka tersebut naik dibandingkan pertumbuhan pada Agustus 2024 yang sebesar 40,68%, dengan jumlah rekening 18,95 juta.
Begitu pula dengan risiko paylater yang masih terjaga dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 3,98%.
Jika ditelisik lebih dalam, memang pertumbuhan outstanding BNPL perbankan masih sangat jauh jika dibandingkan pertumbuhan outstanding pembiayaan pada industri fintech peer to peer (P2P) lending pada September 2024 yang telah mencapai Rp74,48 triliun.
Angka tersebut tercatat naik sebesar 33,73% secara tahunan (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar Rp55,70 triliun.
Capaian pada September 2024 juga naik dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu Agustus 2024 yang sebesar Rp72,03 triliun. Artinya, masyarakat yang melakukan pinjaman melalui fintech P2P lending terus meningkat pesat.
Kendati demikian, tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga stabil, di mana masih di posisi 2,38% sama seperti Agustus 2024.
Punya Potensi Besar
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengamini bahwa BNPL perbankan saat ini masih relatif rendah dibandingkan dengan pinjaman daring di fintech P2P lending.
Meski begitu, menurutnya, peningkatan atau pertumbuhan BNPL perbankan luar biasa tinggi. Bahkan, dia memproyeksikan outstanding BNPL perbankan ke depan bisa melampaui pinjaman online di fintech P2P lending.
"BNPL perbankan maupun perusahaan pembiayaan/multifinance tumbuh hingga 100% secara YoY di September 2024. Jika konsisten tumbuh di atas 50% saja, saya rasa outstanding BNPL perbankan bisa lebih dari pinjaman daring," ujar Huda kepada Validnews, Kamis (14/11).
Terlebih, OJK akan mengeluarkan aturan mengenai BNPL. Hal ini diyakini dapat membuat perbankan akan lebih firm untuk mengeluarkan produk BNPL-nya.
Adapun saat ini, perbankan masih mengandalkan kredit korporasi dan kartu kredit untuk kredit konsumtifnya.
Berdasarkan pantauan Validnews, terdapat beberapa bank yang yang memiliki layanan paylater, baik itu bank milik negara maupun bank swasta. Beberapa di antaranya adalah Bank Mandiri, Bank BTPN, Bank CIMB Niaga, Bank DBS Indonesia, Allo Bank, dan BCA.
Ke depan, diproyeksikan jumlah bank yang menawarkan paylater akan terus bertambah. Bank lain yang siap menghadirkan layanan serupa pada tahun 2024 tersebut, antara lain BNI, BTN, hingga CIMB Niaga.
Di sisi lain, sejumlah perbankan telah melaporkan kinerja bisnis BNPL pada kuartal III/2024. Bank Mandiri, misalnya, menyampaikan bahwa Livin’ Paylater mengalami tren positif. Sejak diluncurkan, transaksi Livin’ Paylater sudah meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan dengan nilai transaksi bulanan pada awal 2024.
Begitu pula dengan pengguna Livin’ Paylater yang terus melonjak, dengan pertumbuhan hingga kuartal III/2024 sebesar 60% dari kuartal sebelumnya.
Sementara itu, jumlah outstanding kredit paylater BCA mencapai lebih dari Rp300 miliar pada kuartal III/2024, dengan pertumbuhan 169% year-to-date (ytd).