13 Oktober 2025
08:38 WIB
Pasar Cermati Data Penanaman Modal Asing, IHSG Diprediksi Variatif
Sentimen IHSG akan berasal dari pelaku pasar yang mencermati data PMA Indonesia periode kuartal III/2025, serta perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Penulis: Fin Harini
Pengunjung berjalan di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (23/9/2025). Validnews/Hasta Adhistra
JAKARTA - Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak variatif pada perdagangan Senin (13/10), dengan sentimen akan berasal dari tingkat domestik sekaligus global.
Sentimen akan berasal dari pelaku pasar yang mencermati data Penanaman Modal Asing (PMA) Indonesia periode kuartal III/2025, serta perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Perkembangan terbaru dari perang dagang AS dan China diperkirakan akan menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek jika ancaman tarif Trump tersebut hanya bagian dari strateginya. Sehingga, diperkirakan IHSG bergerak pada kisaran 8.100-8.300 sepanjang pekan ini," ujar Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Senin (13/10), dikutip dari Antara.
Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati data PMA atau Foreign Direct Investment (FDI) periode kuartal III/2025 pada Rabu (15/10).
Baca Juga: Tensi Perang Dagang Naik, China Ancam Balik AS
Pada kuartal II/2025, realisasi investasi tercatat senilai Rp477,7 triliun, meliputi PMA sebesar Rp202,2 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp 275,5 triliun.
Adapun, penyerapan tenaga kerja yang terjadi dari hasil investasi yang masuk pada kuartal II/2025 mencapai 665.764 orang.
Dari mancanegara, Presiden AS Donald Trump akan mengenakan tarif tambahan 100% untuk impor dari China, serta kontrol ekspor untuk perangkat lunak penting buatan AS, mulai 1 November 2025. Hal itu setelah China memperketat pembatasan ekspor mineral tanah jarang.
Trump juga mengatakan, tidak ada alasan untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping seperti yang direncanakan sebelumnya.
Perang dagang yang memanas antara dua negara dapat memicu gangguan rantai pasokan signifikan, terutama bagi industri teknologi, kendaraan listrik, serta pertahanan.
Sementara itu, pelaku pasar akan mencermati earning season kuartal III/2025 di bursa Wall Street, AS, dengan saham-saham perbankan mulai merilis laporan keuangan.
Di sisi lain, shutdown (penutupan) pemerintah AS memasuki pekan ketiga, sehingga rilis beberapa data ekonomi AS masih akan tertunda.
Baca Juga: Membara! IHSG Pecah Rekor Tertinggi 8.257,85, Transaksi Harian Tembus Rp28 T
Dari kawasan Eropa, pelaku pasar akan mencermati produksi industri Euro Area, inflasi, indeks sentimen ZEW Jerman, serta data pasar tenaga kerja dan PDB Inggris.
Pada perdagangan Jumat (10/10) pekan kemarin, bursa saham Eropa ditutup kompak melemah, di antaranya Euro Stoxx 50 melemah 1,68%, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,86%, indeks DAX Jerman melemah 1,50%, serta indeks CAC Prancis melemah 1,53%.
Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup kompak melemah pada perdagangan Jumat (10/10), di antaranya Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,90% ditutup di level 46.479,60, indeks S&P 500 melemah 2,71% ke level 6.552,51, indeks Nasdaq Composite melemah 3,49% dan ditutup di level 24.221,75.