c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

23 Oktober 2025

11:08 WIB

Pakar Dorong Industri Tambang Kulik Potensi Mineral Sekunder

Pakar desak Indonesia segera tiru Eropa dan Australia yang sudah mulai mengeksplorasi mineral-mineral sekunder. Pelaku industri dan pemerintah sudah tak bisa lagi hanya terfokus pada komoditas primer.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p>Pakar Dorong Industri Tambang Kulik Potensi Mineral Sekunder</p>
<p>Pakar Dorong Industri Tambang Kulik Potensi Mineral Sekunder</p>

Ilustrasi - PT Timah Tbk mengintensifkan eksplorasi di izin usaha pertambangan (IUP) perusahaan untuk menambah sumber daya dan cadangan timah yang berkelanjutan. Antara/HO/Humas PT Timah

BANDUNG - Sekretaris Jenderal Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) Andy Yahya Al Hakim menilai, industri pertambangan saat ini sudah harus melakukan terobosan baru dengan mengoptimalkan potensi sumber daya mineral sekunder.

Dalam gelaran Kolokium dan Diseminasi Perkembangan Ilmu Kebumian (Geologi Nusantara/GeoNusa 2025), dia menekankan, saat ini pelaku industri dan pemerintah sudah tidak bisa lagi hanya terfokus pada satu sumber daya mineral primer karena ada potensi mineral lain yang terkandung di dalam komoditas primer tersebut.

"Kita tidak bisa lagi fokus terhadap satu komoditas, tapi kita juga harus ingat bahwa ada komoditas ikutan yang kemudian masuk dan bisa terbawa dengan komoditas utamanya," ucap Andy di Kantor Badan Geologi, Bandung, Selasa (22/10).

Sebagai contoh, di dalam sumber daya timah, terdapat mineral ikutan yang bisa dimanfaatkan, mulai dari monasit, zirkon, pasir kuarsa, dan lain sebagainya.

"Akan ada mineral ikutan timah ini juga yang kita klasifikasikan sebagai mineral logam tanah jarang (LTJ)," katanya.

Industri pertambangan di beberapa negara Eropa dan Australia, sambungnya, sudah memikirkan hal tersebut. Pelaku industri di beberapa negara sudah tak lagi fokus pada proses penambangan konvensional, melainkan juga beralih untuk memproduksi mineral sekunder atau ikutan.

Jadi menurutnya, industri tambang di Indonesia sudah harus beralih dari bisnis konvensional mereka, yakni mengeksplorasi, menambang, dan melakukan reklamasi pascatambang. Di luar itu, terdapat kegiatan untuk mencari sumber daya mineral sekunder yang mulai dilakukan di Benua Biru dan Australia.

"Tidak cukup mulai dari eksplorasi, menambang, reklamasi, kemudian selesai. Tapi, dunia sudah mulai berpindah, ada proses yang kita sebut sebagai re-mining, reprocessing, reuse, dan refining," sambung dia.

Andy tak menampik, mineral bukan merupakan komoditas terbarukan dan sewaktu-waktu bakal habis seiring dengan masifnya produksi. Karena itu, harus ada terobosan untuk mengulik potensi mineral ikutan atau mineral sekunder guna dimanfaatkan pada masa yang akan datang.

"Ini jadi kunci bisa mendapatkan mineral kritis dan strategis di masa mendatang karena sumber daya primer itu sudah habis, maka kita harus mencari sekundernya," jabarnya.

Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu juga mengatakan potensi mineral kritis dan strategis bukan hanya berasal dari endapan natural, tetapi juga endapan hasil pemurnian mineral.

Artinya, ada potensi kandungan mineral ikutan dari proses refining atau pengolahan sumber daya mineral primer. Sebagai contoh, ada potensi mineral kritis dari tailing, slag, hingga residu nikel.

"Kita temukan mineral kritis dan strategis dari tailing, slag, dari nickel residue, dan kalau kita lihat, maka kita harus merubah target eksplorasi kita," tutur Andy.

Jika mengulik potensi mineral sekunder dari endapan natural, lanjutnya, pemerintah dan pelaku industri bisa melakukan sampling dan analisa mineraologi, geokimia, dan lain sebagainya.

"Tapi untuk endapan yang sifatnya lebih kompleks, kita harus melakukan lebih lagi karena ini terbentuk secara heterogen. Jadi untuk by product dari proses metalurgi ini akan lebih kompleks, sehingga kita harus melakukan strategi yang berbeda ketika kita lakukan eksplorasi antara yang primer dan sumber yang sekunder," pungkas Andy.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar