c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

19 Juni 2021

16:56 WIB

Operasikan SUTT Rengat-Tembilahan, PLN Klaim Hemat Rp121,73 Miliar

Jaringan transmisi itu sendiri dibangun menggunakan investasi sebesar Rp812 miliar

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Fin Harini

Operasikan SUTT Rengat-Tembilahan, PLN Klaim Hemat Rp121,73 Miliar
Operasikan SUTT Rengat-Tembilahan, PLN Klaim Hemat Rp121,73 Miliar
Pekerja melakukan perbaikan kabel Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) di Penjaringan, Jakarta, Rabu (3/7/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww

JAKARTA – PLN telah mengoperasikan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 150 kilo volt (kV) Rengat - Tembilahan di Provinsi Riau, yang diklaim mampu menghemat biaya produksi listrik hingga Rp121,73 miliar per tahun.

General Manager PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng) Alland Asqolani meyakini, kehadiran jaringan transmisi tersebut akan memperkuat pasokan listrik Sumatera serta menekan penggunaan BBM.

“Keberadaan transmisi ini dapat menurunkan biaya pokok produksi dari rata rata Rp2.691 per kilowatt hour (kWh), menjadi pemanfaatan transfer price menggunakan evakuasi dari GI Tembilahan dengan penghematan Rp121,73 miliar per tahun,” ungkap Alland secara tertulis, Sabtu (19/6).

Dijelaskan jaringan transmisi yang menggunakan investasi senilai Rp812 miliar ini membentang sepanjang 223,46 kilometer sirkuit (kms), dengan 379 tower di 31 desa dan 8 kecamatan. SUTT 150 KV ini akan menyambungkan sistem kelistrikan Interkoneksi Sumatera hingga Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir.

Menurut Alland, rampungnya pembangunan SUTT 150 kV Rengat-Tembilahan menjadi bukti semangat PLN dalam membangun infrastruktur kelistrikan di Tanah Air tidak surut meski dalam kondisi pandemi covid-19.

“Pembangunan Tower 150 kV ini termasuk dalam Proyek Strategis Nasional yang akan meningkatkan keandalan listrik sehingga meningkatkan iklim investasi di Provinsi Riau,” akunya.

Pembangunan jaringan transmisi menjadi salah satu upaya PLN dalam meningkatkan rasio elektrifikasi Indonesia. Pasalnya Kementerian ESDM mencatat hingga Maret 2021, rasio elektrifikasi baru mencapai 99,28% dari yang sebelumnya ditargetkan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia 100% pada 2020.

Pemerintah mencatat, hingga akhir Kuartal I 2021, masih ada 542.124 rumah tangga yang belum teraliri listrik. Kemudian 433 desa masih gelap gulita dengan rasio desa berlistrik di tingkat nasional diklaim mencapai 99,59% pada periode sama.

“Masih ada rumah tangga yang belum berlistrik dan atau sudah berlistrik namun menyala kurang dari 12 jam,” jelas Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, Jumat (18/6). 

Di samping itu, 5.231 desa yang berlistrik swadaya bukan dari PLN dengan kualitas yang kurang memadai. Kemudian, terdapat 5.200 unit Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang masih dioperasikan oleh PLN yang direncanakan akan dikonversi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).

PLN telah meluncurkan program Konversi PLTD ke pembangkit baru yang berbasis EBT sejak 2 November 2020 lalu.

Sekitar 5.200 unit mesin PLTD yang terpasang di wilayah Indonesia, tersebar di 2.130 lokasi dengan potensi untuk dikonversi ke pembangkit berbasis EBT sebesar ±2 GW. Program Konversi PLTD ini akan dilakukan secara bertahap.

Pada tahap pertama, PLN akan melakukan konversi terhadap PLTD di 200 lokasi dengan kapasitas 225 Megawatt (MW). Konversi tahap awal ini dilakukan dengan memilih mesin PLTD yang telah berusia lebih dari 15 tahun dengan mempertimbangkan kajian studi yang telah dilakukan oleh PLN. Sementara, pada tahap kedua dan ketiga, PLN akan melakukan konversi PLTD dengan total kapasitas masing-masing 500 MW dan 1.300 MW. 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar