c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

05 Agustus 2025

10:45 WIB

OJK: Tarif 19% AS Untung, Ekspor Tekstil-Furnitur RI Jadi Kompetitif

OJK menilai kesepakatan tarif AS 19% memberi posisi yang cukup positif bagi perdagangan RI. Terdapat enam produk ekspor utama RI ke AS yang memiliki total nilai dagang mendekati US$14 miliar.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>OJK: Tarif 19% AS Untung, Ekspor Tekstil-Furnitur RI Jadi Kompetitif</p>
<p>OJK: Tarif 19% AS Untung, Ekspor Tekstil-Furnitur RI Jadi Kompetitif</p>
Foto aerial lanskap Kota Ambon dengan markah kota berupa Gong Perdamaian dan Pelabuhan peti kemas Yos Sudarso, di Ambon, Maluku, Senin (17/10/2022). Antara Foto/FB Anggoro/aww.

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menilai, kesepakatan tarif antara AS dengan Indonesia memberikan posisi yang cukup positif bagi perdagangan. Hal ini terutama terlihat dari tarif 19% yang dikenakan pada produk ekspor Indonesia yang menjadi lebih kompetitif.

"Hal itu kita perlu melihatnya dibandingkan dengan ekspor dari negara-negara yang menghasilkan produk serupa ke Amerika Serikat juga," kata Mahendra dalam konferensi pers RDKB Juli di Jakarta, Senin (4/8).

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Strategi Lanjutan Negosiasi Tarif Resiprokal AS

Lebih lanjut, Mahendra merinci, enam produk ekspor utama Indonesia ke AS memiliki nilai hampir $14 miliar. Jumlah tersebut menyumbang 52% dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

Keenam produk ekspor utama tersebut meliputi, mesin dan peralatan elektronik (HS Code 85); lemak dan minyak hewani, nabati, atau mikrobial (HS 15); karet dan produknya (HS 40); alas kaki (HS 64); pakaian dan aksesoris (HS 62); serta furnitur (HS 94).

Lebih detail, ekspor Indonesia ke AS untuk peralatan elektronik dan suku cadang bisa mencapai US$4,83 miliar. Meski terbilang besar, nilai ekspor ini masih berada di posisi paling bawah dibandingkan negara lain. 

Ekspor RI atas produk elektronik-suku cadang masih tertinggal ketimbang China, Vietnam, Taipei, Malaysia, Thailand, Korea, Jepang, India, Jerman, Kanada, Israel, sampai Filipina, yang beberapa di antaranya mendapatkan tarif impor lebih rendah, sama, dan lebih tinggi daripada Indonesia.

Bahkan hingga kini China masih belum sepakat dengan AS terkait penerapan tarif impor. Meski demikian, regulator berharap, industri nasional tetap mengupayakan peningkatan ekspor yang tetap dipercaya masih potensial.

"Jadi sebenarnya ruang untuk meningkatkan dari apa yang ekspor kita untuk barang-barang listrik ini atau peralatan elektrik dan machinery serta suku cadangnya itu terbuka luas jika disandingkan dengan apa yang dialami oleh negara lain," terang dia.

Baca Juga: AS Rilis Tarif Baru, Banyak yang Lebih Rendah dari RI

Mahendra melanjutkan, sektor lainnya, yakni ekspor alas kaki memiliki nilai US$2,64 miliar atau setara 9% dari ekspor Indonesia ke AS. Indonesia sendiri menduduki posisi ketiga di bawah China dan Vietnam yang memiliki tarif lebih tinggi dari Indonesia. 

Sedangkan, Indonesia menempati posisi kedua eksportir minyak nabati ke AS, di bawah Kanada. Namun, OJK belum memiliki detail apakah produk Kanada adalah minyak kanola atau jagung. 

OJK juga masih mencari tahu apakah Kanada bisa bebas tarif atau justru dikenai tarif 35% jika tidak termasuk dalam persetujuan dagang Meksiko-Kanada-Amerika (MCA).

"Kalau dibandingkan dengan yang lain, kita lihat ruang untuk meningkatkan ekspor dari besaran yang ada di 2024 ke tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan produk-produk lainnya itu juga besar. Ini terus terjadi dengan produk lain yang ada di dalam enam tertinggi ekspor kita ini ke AS," ujar Mahendra.

Baca Juga: OJK: Penurunan Tarif AS Picu Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi

Mahendra juga meyakini, ekspor produk garmen, karet dan produk karet, serta furnitur Indonesia ke AS masih terbuka lebar berkaca dengan ruang peningkatan yang tersedia maupun kebijakan tarif AS yang lebih kompetitif dibanding negara lain. 

Di bawah koordinasi pemerintah, OJK mendukung upaya lebih lanjut Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Dengan demikian, Indonesia tetap memanfaatkan peningkatan ekspor di tengah kondisi yang serba disruptif.

"Utamanya adalah bagaimana kita bisa memperbaiki dan memperkuat terus iklim berusaha dan iklim investasi di Indonesia," tutur dia.

Ke depan, Mahendra menambahkan, OJK akan melihat penyaluran kredit untuk mendukung sektor-sektor unggulan yang melakukan ekspor ke AS. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar