c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

25 Maret 2025

13:00 WIB

OJK: Sinergi Pelaku Perbankan Daerah Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan 2025 berada di kisaran 9-11%, didukung dengan penghimpunan DPK yang meningkat di level 6-8%.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">OJK: Sinergi Pelaku Perbankan Daerah Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">OJK: Sinergi Pelaku Perbankan Daerah Dorong Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan</p>
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam kegiatan Dialog Bersama Industri Perbankan di wilayah Solo Raya yang diselenggarakan di Kantor OJK Solo, Jumat (21/3). Dok OJK

SURAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan serta penguatan peran perbankan daerah, termasuk perbankan syariah, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menekankan, pentingnya perbankan daerah untuk lebih berperan agar bisa berkorelasi positif dengan kondisi perekonomian nasional dan perekonomian daerah. 

Dia menilai, perbankan daerah perlu terus meningkatan kinerja dan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing, sehingga secara agregat akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional.

"Kami mengharapkan sinergi antar pihak-pihak terkait di daerah, yakni Bank Indonesia, OJK, dan lembaga terkait lainnya dapat terus ditingkatkan," kata Dian dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (25/3).

Baca Juga: OJK: Naik Hampir 10%, Total Aset Perbankan Syariah Capai Rp980 T

Menurutnya, sesuai dengan undang-undang, saat ini OJK memiliki peran untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah melalui penciptaan dan pengembangan sumber-sumber ekonomi baru di daerah. 

Selanjutnya, OJK telah menerbitkan Roadmap Penguatan Bank Pembangunan Daerah 2024-2027 serta Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri BPR BPRS 2024-2027 untuk mendukung peran perbankan daerah.

Sebelumnya, pada Pertemuan Industri Tahunan Jasa Keuangan 2025 yang lalu, OJK telah memproyeksikan pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan pada 2025 berada di kisaran 9-11%, didukung dengan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meningkat di level 6-8%. 

"Proyeksi ini merefleksikan prospek positif pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik yang masih terus berlanjut," ucapnya. 

Untuk itu, OJK berharap, perbankan nasional dapat berperan aktif untuk menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan, dengan penyediaan pembiayaan bagi pertumbuhan kegiatan perekonomian nasional.

OJK mencatat, industri perbankan nasional dalam kondisi stabil dengan pertumbuhan aset Bank Umum sebesar 6,34% (yoy) pada Januari 2025 menjadi Rp12.410,7 triliun. 

Kinerja intermediasi perbankan juga tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Pertumbuhan kredit tetap melanjutkan double digit growth sebesar 10,27% (yoy) menjadi Rp7.782,2 triliun. 

Di sisi lain, DPK perbankan tercatat tumbuh sebesar 5,51% (yoy) menjadi Rp8.879,3 triliun. Perbankan syariah juga menunjukkan perkembangan yang baik. 

Berdasarkan data hingga Januari 2025, total aset tercatat tumbuh 9,17% (yoy) menjadi sebesar Rp948,2 triliun dengan market share tercatat senilai 7,5%. 

Baca Juga: OJK Ramal Kredit Bank Tumbuh Positif Tahun Ini

Dari sisi intermediasi, total penyaluran pembiayaan tercatat sebesar Rp639,1 triliun, atau tumbuh 9,77% (yoy). Sementara, DPK yang berhasil dihimpun mencapai sebesar Rp737,4 triliun, atau tumbuh 9,85% (yoy).

Di sisi lain, kinerja industri BPR/S juga relatif stabil. Fungsi intermediasi industri BPR/S tetap baik, dengan kredit/pembiayaan yang masih tumbuh 5,41% (yoy) menjadi Rp166,4 triliun serta DPK meningkat sebanyak 8,70% (yoy) menjadi Rp166,5 triliun per Desember 2024.

Searah dengan pertumbuhan di tingkat nasional, pelaku industri perbankan di wilayah Solo Raya juga mampu mencatatkan pertumbuhan yang berkelanjutan. 

Total Aset Perbankan Solo Raya meningkat 2,29% (yoy) menjadi Rp119,53 triliun, di tengah kontraksi penyaluran kredit/pembiayaan yang sebesar Rp2,8 triliun atau turun 2,64% (yoy) menjadi Rp103,6 triliun. Namun begitu, penghimpunan DPK mampu mencetak kenaikan sebesar 3,1% (yoy) menjadi Rp97,8 triliun. 

"Perolehan ini merepresentasikan adanya ruang perbaikan untuk pemulihan pembiayaan di tengah pengetatan kondisi likuiditas," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar