c

Selamat

Rabu, 12 November 2025

EKONOMI

03 Mei 2024

19:12 WIB

OJK: Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Di Tengah Gejolak Geopolitik 

Hal itu didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang manageable, serta kinerja sektor keuangan yang relatif baik.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p dir="ltr" id="isPasted">OJK: Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Di Tengah Gejolak Geopolitik&nbsp;</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">OJK: Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Di Tengah Gejolak Geopolitik&nbsp;</p>

Ketua Komisioner OJK Mahendra Siregar, Menkeu Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam jumpa pers KSSK di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (30/1). ValidNewsID/ Aurora KM Simanjuntak

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) nasional terjaga baik di tengah meningkatnya ketidakpastian dan gejolak geopolitik global.

Hal itu didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang manageable, serta kinerja sektor keuangan yang relatif baik. 

"Kinerja industri perbankan Indonesia per Maret 2024 tetap terjaga stabil didukung dengan tingkat permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang tinggi sebesar 26%," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024 secara daring, Jumat (3/5).

Kemudian di sisi intermediasi, lanjut dia, kredit tumbuh 12,4% secara tahunan (year on year/yoy) atau Rp7.244 triliun dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 12,3%.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh menjadi 7,44% atau sebesar Rp8.061 triliun, dengan giro yang menjadi kontributor terbesar yang tumbuh 9,37%. 

Likuiditas perbankan pada Maret 2024 pun turut terjaga baik. Rasio Alat Likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 121,05% dan 27,18%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%. 

"Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL neto dan NPL gross perbankan masing-masing tercatat sebesar 0,77% dan 2,25%," ungkapnya. 

Baca Juga: OJK Minta Jangan Lebih-lebihkan Ketidakpastian Ekonomi 2024

Seiring dengan pemulihan pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah kredit restrukturisasi covid-19 per Maret 2024 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp228,03 triliun. Begitu pula dengan jumlah nasabah yang turun menjadi sebanyak 859 ribu nasabah.

Terkait pasar saham domestik, Mahendra menyampaikan bahwa pasar saham domestik cukup kuat di kuartal I/2024. Per 28 Maret 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 7.288,81 atau tumbuh sebesar 0,22% ytd dengan investor nonresiden membukukan net buy sebesar Rp26,28 triliun ytd. 

Selanjutnya, nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp11.692 triliun atau tumbuh sebesar 0,15% ytd. 

Pada periode yang sama, penghimpunan dana oleh korporasi melalui pasar modal relatif solid. Tercatat, nilai penawaran umum sebesar Rp48,04 triliun termasuk oleh 15 emiten baru. 

Dalam perkembangannya, hingga 26 April 2024, nilai penawaran umum tercatat sebesar Rp75,52 triliun. 

Namun demikian, OJK mencermati pengaruh dan peningkatan tekanan di pasar keuangan global terhadap kinerja pasar modal domestik, khususnya terkait aksi jual non-residen di pasar saham yang sampai dengan tanggal 26 April 2024 mengakibatkan akumulasi pembelian saham non-residen turun, sehingga tercatat secara ytd netbuy sebesar Rp7,62 triliun.

Sementara itu, per 26 April 2024, IHSG ditutup pada posisi 7.036,08 atau terkoreksi sebesar 3,25% ytd.

Asuransi dan Fintech 
Di sisi lain, Sektor Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP) menunjukkan peningkatan. Mahendra mengungkapkan, sektor perasuransian mencatatkan akumulasi pendapatan premi di Maret 2024 yang cukup baik, yakni mencapai Rp87,53 triliun atau tumbuh 11,49%. 

Secara umum, permodalan di industri asuransi pada Maret 2024 menguat, dengan risk based capital (RBC) untuk industri asuransi jiwa dan asuransi umum dan reasuransi pada Maret 2024 masing-masing sebesar 448,76% dan 335,97%, jauh di atas ambang batas 120%.

Di sisi industri dana pensiun, aset dana pensiun sukarela per Maret 2024 tumbuh 6,84% yoy dengan nilai aset sebesar Rp374,02i triliun.

Sementara pada perusahaan penjaminan, pertumbuhan outsanding penjaminan tercatat tumbuh 20,79% yoy dengan nilai mencapai Rp415,4 triliun pada Maret 2024.

Baca Juga: OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan RI Tetap Kokoh

Mahendra melanjutkan, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) juga menunjukkan perkembangan yang positif. 

Tercatat, piutang pembiayaan pada perusahaan pembiayaan tumbuh di level yang tinggi, yakni sebesar 12,17% yoy pada Maret 2024. Hal itu didukung oleh pembiayaan investasi dan modal kerja, yang masing-masing meningkat sebesar 13,05% yoy dan 11,62% yoy.

Profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio non-performing financing (NPF) net tercatat sebesar 0,7% dan NPF gross sebesar 2,45%. 

Gearing ratio perusahaan pembiayaan masih pada level yang memadai, yang tercatat sebesar 2,3 kali. 

Sementara itu, outstanding pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending pada Maret 2024 tercatat mencapai 21,85% dengan nominal sebesar Rp62,17 triliun dengan penyaluran kepada sektor produktif sebesar Rp7,65 triliun atau 33,61% dari total pembiayaan P2P lending

"Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga di posisi 2,94%," pungkas Mahendra.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar