26 Juli 2024
15:32 WIB
OJK: 80% Pelajar Indonesia Sudah Punya Rekening Bank
Per kuartal I/2024, program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) telah menjangkau sebanyak 57,05 juta rekening dengan total nominal sebesar Rp32,84 triliun.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Kepala Eksekutif PEPK Friderica Widyasari Dewi di Serang, Banten, Jumat (26/7). Validnews/Fitriana Monica Sari
BANTEN - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa saat ini sudah sebanyak 80% dari total pelajar Indonesia punya rekening. Hal ini mampu dicapai berkat pelaksanaan program-program yang dicanangkan oleh OJK.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, per kuartal I/2024, program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) telah menjangkau sebanyak 57,05 juta rekening atau 80% dari total pelajar, dengan total nominal sebesar Rp32,84 triliun.
Rinciannya, terdiri dari Tabungan Anak yang menjangkau 7,5 juta anak dengan total nominal Rp23,6 triliun. Kemudian, Simpanan Pelajar (SimPEL) menjangkau 49,6 juta pelajar dengan total nominal Rp9,6 triliun.
Pelajar yang telah memiliki rekening SimPEL terdiri dari siswa sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) sederajat.
"Jadi, kita punya Kejar (satu rekening satu pelajar). Nah, saat ini angkanya sudah 80% dari total pelajar Indonesia, atau sekitar 57 juta. Ini yang untuk anak SD sampai SMA," kata perempuan yang akrab disapa Kiki di Serang, Banten, Jumat (26/7).
Selanjutnya, OJK juga memiliki Program Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMUDA), di mana per kuartal IV/2023, telah menjangkau sebanyak 1,34 juta rekening dengan total nominal Rp4,99 triliun.
Adapun, program siMUDA ini menyasar tingkat yang lebih tinggi, yakni mahasiswa dan pelajar.
Selain SimPEL, lanjut dia, OJK juga punya program Tuntas (satu rekening satu disabilitas). Sayangnya, Kiki tidak menyampaikan rinciannya.
"Jadi, kita target juga saudara-saudara kita, anak-anak pelajar yang difabel juga kita masukkan program kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK). Kita dorong untuk membukakan rekening juga buat rekan-rekan kita, saudara-saudara kita, anak-anak kita yang difabel," jelasnya.
Ke depan, OJK juga akan akan membuat program nasional Gencar (Gerakan Nasional Cerdas Keuangan) dengan target kenaikan sebesar 3% setiap tahun.
Nantinya, OJK akan menyampaikan capaian-capaian selama satu tahun tentang literasi dan edukasi.
Selain itu, dalam mendorong peningkatan edukasi dan literasi keuangan, OJK juga mewajibkan seluruh pelaku jasa keuangan untuk dapat ikut berkontribusi.
"Dari bapak/ibu DPR, komisi XI sudah membantu dengan Undang-Undang P2SK, di mana seluruh pelaku usaha jasa keuangan diwajibkan untuk melakukan edukasi literasi, dan ini menjadi program antara OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan lain-lain untuk sama-sama menggerakkan literasi dan inklusi di Indonesia," pungkasnya.
Edukasi Keuangan Murid SD di Banten
Kiki mengatakan, pelajar merupakan salah satu dari 10 segmen sasaran prioritas dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLIK). Artinya, anak-anak dan pelajar menjadi salah satu program prioritas OJK.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2024, OJK terus memperkuat edukasi keuangan bagi murid sekolah dasar (SD). Teranyar, OJK memberi edukasi bagi ratusan murid SD di Provinsi Banten.
Hal tersebut dilakukan agar anak-anak tidak terpengaruh dengan pinjaman online (pinjol) ilegal, judi online, atau paylater yang tidak bertanggung jawab penggunaannya di kemudian hari.
"Ini adalah salah satu upaya kita memberikan edukasi kepada anak-anak, menggunakan bahasa yang sangat sederhana, supaya anak-anak paham," katanya.
OJK menekankan pada pentingnya menabung sejak dini. Sebab, jika anak tidak diberi edukasi sejak dini, dikhawatirkan ke depan mereka dapat terjerat dampak negatif dari pemakaian uang yang salah.
"Kalau dari kecil udah nggak diajarin menabung, besar pasak daripada tiang, nanti orang akhirnya utang sana-sini, akhirnya terjerat dengan pinjol ilegal, keikut-ikut main judi online, dan lain-lain. Ini salah satu upaya kita untuk sama-sama memberantas yang seperti itu dari mulai edukasi sejak dini," ujarnya.
Masih dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi XI DPR Marinus Gea mendukung dan mendorong program OJK tersebut untuk dilakukan di semua tempat dan bisa menjangkau seluruh anak Indonesia, tak terkecuali bagi wilayah yang sulit terjangkau.
"Kita bicara untuk generasi 2045 itu adalah mereka yang sekarang belajar di tingkat SD, SMP dan mereka yang akan menggantikan posisi kita nanti," tutur Marinus.
Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM Setda Provinsi Banten M. Agus Setiawan menambahkan, tabungan pelajar tersebut selain melatih para siswa, juga memberikan dampak baik pada kegiatan perekonomian bagi daerah.
"Ini sudah dilaksanakan sejak dini, sehingga paling tidak nanti mereka juga termotivasi untuk memahami tentang pengelolaan keuangan. Mungkin nanti ke bursa efek, saham, investasi, dan lain sebagainya," kata dia.
Sekadar informasi, pembukaan buku tabungan SimPel siswa SD se-Provinsi Banten didukung oleh Bank Banten dan Bank BJB.
Hingga kuartal I/2024, terdapat 57,05 juta rekening pelajar atau 85,58% dari total pelajar di Indonesia telah memiliki rekening tabungan. Selain itu, total nilai simpanan pada Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) yang terdiri dari Simpanan Pelajar (SimPel) dan Tabungan Anak mencapai Rp32,83 triliun.