24 Juni 2024
16:47 WIB
OJK Minta Generasi Muda Jangan YOLO, FOMO, FOPO Dalam Keuangan
Ketiga fenomena ini berujung dapat merugikan generasi muda, seperti menjadi korban penipuan hingga terjerat utang.
Penulis: Fitriana Monica Sari
ilustrasi. OJK menggelar kegiatan edukasi keuangan kepada 300 pelajar SD di Bogor yang bertema “Ayo Menabung agar Anak Indonesia Bangkit Bergerak, Maju Serentak, Selamanya Berdampak”, Selasa (25/7). Dok. OJK
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta generasi muda agar tidak sembarangan mengikuti fenomena yang terjadi. Mulai dari YOLO (you only live once), FOMO (fear missing out), hingga FOPO (fear of the other people opinion).
Hal itu disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (PEPK) OJK Friderica Widyasari Dewi dalam pembukaan Kick Off Indonesia Sharia Financial Olympiad (ISFO) 2024 di Jakarta, Senin (24/6).
"Dalam pembukaan Kick Off Indonesia Sharia Financial Olympiad (ISFO) 2024, harus kita arahkan agar adik-adik kita ini jangan terjerat fenomena FPMO, YOLO, dan FOPO karena ini sangat kontekstual," kata perempuan yang akrab disapa Kiki.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dari masing-masing fenomena yang terjadi pada generasi muda tersebut. Untuk YOLO (you only live once), artinya fokus pada kesenangan semata. Menurutnya, fenomena ini membuat generasi muda tidak ingin berinvestasi.
"Kalau YOLO (you only live once) ini menyebabkan kita enggak mau investasi, karena semua yang kita miliki kita habisin hari ini, karena toh ngapain, we only live once. Nanti tugasnya Pak Jeffrey, Pak Irwan ya dari sisi investasi di pasar modal syariah," ujarnya.
Baca Juga: FOMO dan Ingin Cepat Kaya Jadi Sebab Masyarakat Kena Investasi Bodong
Kemudian, lanjut dia, FOMO (fear missing out), artinya fokus pada tren di media sosial. Dia menjelaskan, fenomena ini membuat generasi muda takut jika tidak ikut-ikutan temannya. Alhasil, banyak anak muda yang akhirnya menjadi korban kasus penipuan.
"Banyak anak muda menjadi korban kasus penipuan karena ikut-ikutan crazy rich, yang kemudian bikin anak-anak muda 'terinspirasi'. Mereka ini kerja apa sih, masih muda sudah beli mobil sport, bisa beli private jet, kira-kira seperti itu karena fenomena FOMO ini," terang dia.
Fenomena terakhir adalah FOPO (fear of the other people opinion), artinya fokus pada pikiran dan perkataan orang lain. Fenomena ini membuat generasi muda berakhir dengan terjerat utang.
"Ini membuat adik-adik katanya takut kalau diomongin temannya barang-barangnya nggak kekinian, nggak nonton konser, kemudian handphone-nya nggak terbaru, dan lain-lain. Ini yang menyebabkan terjerat utang," tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Kiki, fenomena ini harus disikapi dengan positif agar hasilnya juga positif.
Baca Juga: Mengenal Skema Ponzi Yang Digunakan Rihana-Rihani
Selain itu, seluruh pihak memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi agar generasi muda melek keuangan ekonomi syariah, tidak menjadi korban pinjaman online (pinjol) ilegal dan lain-lain, serta mempersiapkannya menjadi penerus.
Sekadar informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, generasi Z mendominasi populasi Indonesia dan sebagian besar masih duduk di bangku sekolah.
Tercatat, generasi X sebesar 21,88%, kemudian diikuti oleh milenial 25,87%, gen Z 27,94%, post gen Z 10,88%, Pre Boomer 1,87%, serta Baby Boomers 11,56%.
Sementara itu, menurut hasil Survei Nasional Literasi Inklusi Keuangan (SNLIK) pada tahun 2023, indeks literasi keuangan syariah sudah mencapai 39,11% dan indeks inklusi keuangan syariah 12,88%. Akan tetapi, menurut hasil SNLIK 2023, generasi muda masih di bawah indeks nasional.