06 Desember 2022
18:14 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa kredit perbankan pada Oktober 2022 tumbuh meningkat menjadi 11,95% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan utamanya ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,65% yoy.
"Adapun, secara month to month (mtm), nominal kredit perbankan naik sebesar Rp58,61 triliun menjadi Rp6.333,51 triliun," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Bulan November secara virtual di Jakarta, Selasa (6/12).
Sementara itu, lanjut dia, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Oktober 2022 tercatat tumbuh 9,41% yoy menjadi Rp7.927 triliun. Angka ini meningkat dari laju pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,77% yoy, utamanya didorong peningkatan giro.
Selain itu, likuiditas industri perbankan pada Oktober 2022 disebutnya dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga.
Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 130,17% dari sebelumnya pada September 2022 sebesar 121,62%. Sedangkan, Alat Likuid/DPK (AL/DPK) sebesar 29,46% dari sebelumnya pada September 2022 sebesar 27,35%. Angka tersebut jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Risiko kredit juga melanjutkan penurunan dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,78% dan NPL gross 2,72%.
Di sisi lain, kredit restrukturisasi covid-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp5,57 triliun menjadi Rp514,07 triliun. Begitu pula dengan jumlah nasabah yang turut menurun menjadi 2,55 juta nasabah dari sebelumnya pada September 2022 sebesar 2,63 juta nasabah.
Sementara, Posisi Devisa Neto (PDN) Oktober 2022 tercatat sebesar 2,01%, jauh di bawah threshold 20%. Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan pada Oktober 2022 tercatat meningkat menjadi 25,13% dari posisi September 2022 yang sebesar 25,09%.
Perkembangan Sektor IKNB
Di sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK, Ogi Prastomiyono mengatakan, akumulasi pendapatan premi sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan Oktober 2022 mencapai Rp255,20 triliun, atau tumbuh sebesar 1,81% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Demikian pula halnya dengan akumulasi premi asuransi umum yang tumbuh sebesar 16,93% yoy selama periode yang sama, hingga mencapai Rp97,78 triliun per Oktober 2022.
"Namun demikian, akumulasi premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar minus 5,76% yoy dibanding periode sebelumnya, dengan nilai sebesar Rp157,42 triliun per Oktober 2022," ungkap Ogi.
Ia melanjutkan, nilai outstanding piutang pembiayaan tumbuh 12,17% yoy pada Oktober 2022 menjadi sebesar Rp402,6 triliun. Hal itu didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 31,6% yoy dan 23,7% yoy.
Profil risiko Perusahaan Pembiayaan pun masih terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) tercatat turun menjadi sebesar 2,54% dari sebelumnya pada September 2022 sebesar 2,58%.
Sedangkan, sektor dana pensiun tercatat mengalami pertumbuhan aset sebesar 4,20% yoy, dengan nilai aset mencapai Rp338,71 triliun.
Ogi mengungkapkan, kinerja Fintech peer to peer (P2P) Lending pada Oktober 2022 masih mencatatkan pertumbuhan dengan outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 76,8% yoy, meningkat Rp0,60 triliun menjadi Rp49,34 triliun.
Sementara itu, tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) tercatat menurun menjadi 2,90% dari sebelumnya pada September 2022 sebesar 3,07%.
"Namun demikian, OJK mencermati tren kenaikan risiko kredit dan penurunan kinerja di beberapa Fintech P2P Lending," imbuhnya.
Sementara itu, permodalan di sektor IKNB terjaga dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan Risk Based Capital (RBC) sebesar 464,24% dan 313,71%.
Meskipun RBC dalam tren yang menurun dan RBC beberapa perusahaan asuransi dimonitor ketat, kata Ogi, namun secara agregat RBC industri asuransi masih berada di atas threshold sebesar 120%.
Begitu pula pada gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 2,01 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Perkembangan Pasar Modal
Terkait perkembangan pasar modal, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi menuturkan, pasar saham hingga akhir November 2022 melemah 0,25% month to date (mtd) ke level 7.081,31 dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp0,74 triliun mtd.
"Secara year to date (ytd), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat sebesar 7,59% dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp81,49 triliun," tutur Inarno.
Di pasar obligasi, lanjut dia, indeks pasar obligasi ICBI menguat 3,24% mtd dan 2,75% ytd ke level 341,96. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp40 miliar mtd atau Rp530 miliar ytd.
Sementara di pasar SBN, non-resident mencatatkan inflow Rp23,70 triliun mtd, sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 43,32 bps mtd di seluruh tenor.
Secara ytd, yield SBN telah meningkat rata-rata sebesar 57,54 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp154,41 triliun.
Berdasarkan data yang dimilikinya, kinerja reksa dana mengalami penurunan. Tercermin dari penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar 1,26% mtd di Rp512,17 triliun dan tercatat net redemption sebesar Rp9,75 triliun mtd.
Secara ytd, NAB turun sebesar 11,46% dan masih tercatat net redemption sebesar Rp78,35 triliun. Namun, dirinya menilai, minat masyarakat untuk melakukan pembelian reksa dana masih tinggi, ditandai nilai subscription sebesar Rp849,88 triliun.
"Minat untuk penghimpunan dana di pasar modal masih terjaga tinggi, yaitu sebesar Rp226,49 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 61 emiten. Di pipeline, masih terdapat 91 rencana Penawaran Umum dengan nilai sebesar Rp96,29 triliun dengan rencana Penawaran Umum oleh emiten baru sebanyak 57 perusahaan," pungkas Inarno.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UMKM, hingga 25 November 2022, telah terdapat 11 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 314 Penerbit, 129.958 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp661,32 miliar.