10 November 2025
20:44 WIB
Oatelier: Sarapan Sehat Dengan Overnight Oats
Kebiasaan mengonsumsi overnight oats menjadi sumber ide Gladys Nathania membuka bisnis. Dengan jenama Oatelier, kini Gladys mengumpulkan omzet dari sarapan bergizi.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Rikando Somba
Beragam produk dari Oatelier. Sumber: Oatelier
JAKARTA - Sobat Valid apa termasuk orang yang suka sarapan? Ternyata ada segudang manfaat sarapan bagi tubuh, lho. Mulai dari memberi nutrisi yang dibutuhkan tubuh, melindungi tubuh dari serangan penyakit, meningkatkan kemampuan kognitif otak, hingga menjaga dan menurunkan bobot tubuh.
Di sisi lain, ada beberapa bahaya yang diakibatkan jika melewatkan sarapan. Di antaranya meningkatkan risiko obestitas, meningkatkan risiko masalah jantung, tidak produktif, dan meningkatnya hormon kortisol. Jadi, jangan lagi ya melewatkan sarapan, ya!
Masyarakat Indonesia punya banyak menu sarapan. Umumnya mereka lebih memilih sarapan berat, seperti bubur, nasi uduk, dan nasi goreng. Memang pilihan sarapan ini cepat mengenyangkan, tapi tahu enggak kalau menu sarapan ini justru bikin cepat lapar lagi?
Kok bisa? Ya, karena tubuh mencerna karbohidrat sederhana dengan cepat, yang otomatis menyebabkan gula darah naik lalu turun drastis, sehingga memicu rasa lapar lebih cepat.
Lantas, sarapan apa yang praktis tapi tetap sehat dan bergizi? Salah satunya adalah overnight oats! Sesuai namanya, overnight oats atau bubur oat adalah hidangan dari oatmeal yang direndam susu atau yoghurt selama satu malam di dalam lemari es. Proses ini membuat tekstur oatmeal jadi lembut seperti bubur dan bisa langsung disantap tanpa perlu dimasak.
Overnight oats dapat dikonsumsi dengan berbagai pelengkap yang menggugah selera sesuai selera penikmatnya. Mulai dari buah-buahan segar, kacang-kacangan, biji-bijian, atau pemanis alami. Sarapan sehat ini mengandung serat, protein, vitamin A, vitamin D, serta beberapa vitamin B kompleks. Santapan ini juga mengandung beragam mineral, termasuk kalsium, zat besi, magnesium, dan seng.
Akan tetapi, tak semua orang memiliki waktu untuk mempersiapkan berbagai bahan dan meracik overnight oats yang enak. Berangkat dari hal itu, Gladys Nathania (30 tahun) melihat peluang tersebut. Berada di bawah bendera Oatelier, Gladys berhasil memadupadankan overnight oats dengan berbagai pelengkap.
Produk Oatelier yang praktis dan siap untuk dimakan (ready to eat) adalah salah satu keunggulan utamanya. Hal ini tentu tak sama dengan berbagai pesaing yang mesti meraciknya sendiri.
Selain itu, rasa yang ditawarkan produk Oatelier bervariasi. Ada mango lemon sorbet (mango lemon), hale berry (mix berries), hazelnut latte (coffee hazelnut), chocolocco (chocolate banana), cereal milk (cornflakes vanilla), dan lainnya yang berjumlah belasan rasa. Ibaratnya, rasa manis, asam, segar, hingga gurih, semuanya ada.
"Varian (rasa overnight oats) saya banyak. Jadi orang enggak bosen bisa pilih, misalnya kalau mau buat seminggu nih, sudah pasti lebih. Karena saya ada kurang lebih 14 (rasa), seminggu pasti bisa ganti-ganti," ujar Gladys setengah berpromosi kepada Validnews, Sabtu (8/11).
Perempuan kelahiran tahun 1995 ini juga menjamin bahwa produk buatannya hanya menggunakan bahan-bahan premium. Meski bahan-bahan yang digunakannya terjamin, Gladys juga tengah dalam proses untuk mengurus sertifikat HALAL dan BPOM, demi memikat pelanggan lebih banyak.
Secara umum, Gladys menjamin bahwa produk buatannya ini aman dan dapat dikonsumsi oleh ibu hamil, ibu menyusui, hingga anak-anak mulai dari usia 1 tahun. Tapi dia mengingatkan bahwa konsumsi overnight oats ini dapat kembali dikonsultasikan dengan dokter masing-masing.
"Ini direkomendasikan untuk dikonsumsi saat sarapan, pengganti makan malam, dan sebelum atau usai olahraga," imbuhnya.
Dari Kebiasaan
Wanita lulusan SMK Musik Yayasan Musik Jakarta ini sudah terbiasa mengonsumsi overnight oats sebagai sarapan. Alasannya sederhana, karena mudah dibuat, praktis, tapi tetap sehat dan bergizi. Terlebih, kala itu, Gladys masih bekerja penuh waktu (full time). Sehingga, sarapan pagi menjadi sumber energi untuk menjalani aktivitasnya.
Setelah rutin mengonsumsi overnight oats, dia mulai merasakan manfaatnya. Tak ingin sendiri merasakan manfaat dari mengonsumsi overnight oats, Gladys lantas terbesit niat untuk menjajakan overnight oats racikannya.
Dia juga memahami bahwa tidak semua orang dapat meluangkan waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan dan meracik overnight oats. Keinginannya makin mantap karena saat itu belum banyak pesaing dengan usaha yang serupa.
"Biasa saya konsumsi sendiri juga sih dan memang kan buat kayak sarapan gitu ya biar cepat. Karena kan saya kerja juga, saya sudah kerja full time juga, jadi memang bikin ini tuh untuk sarapan biar praktis gitu, biar cepat. Terus akhirnya pikir, ya sudah coba dijualin aja," cerita Gladys.
Pada akhir 2019 silam, atau tepatnya pada saat kabar pandemi mulai berhembus namun belum masuk ke Tanah Air, Gladys mulai menawarkan overnight oats dan peach gum dengan menggunakan resepnya.
Sekadar informasi, peach gum atau yang juga dikenal dengan nama Tao Jiao merupakan getah alami dari pohon persik yang dikeringkan, lalu direndam hingga mengembang dan bertekstur kenyal seperti jeli sebelum dimasak menjadi dessert atau sup. Makanan penutup ini pun populer di Tiongkok dan dipercaya bermanfaat untuk kesehatan, terutama untuk kulit, pencernaan, dan sebagai sumber kolagen.
Namun, karena peach gum membutuhkan waktu cukup lama dalam proses memasaknya, Gladys lantas lebih memilih untuk fokus menjual overnight oats.
"Kita pilih yang simple (overnight oats). Karena kan aku juga kerja, jadi pilih yang simple, yang cepat, yang sat set. Nah ya sudah, jadi akhirnya kita eliminasi peach gum, terus kita fokusin di produk overnight oats," jelas dia.
Terkait modal, perempuan kelahiran tahun 1995 ini mengaku tidak merogoh kocek terlalu dalam. Ia hanya mengeluarkan ratusan ribu rupiah untuk membeli bahan-bahan yang digunakan untuk membuat overnight oats.
Terus Berinovasi
Langkah awal Gladys memasarkan produknya adalah dengan mengenalkannya kepada keluarga. Setelah mendapat dukungan, ia kemudian terjun ke platform online melalui media sosial dan e-commerce. Di luar modal tersebut, dia juga memanfaatkan iklan (ads) pada Instagram.
Gladys awalnya tidak menyangka produk overnight oats buatannya akan mendapatkan sambutan hangat dan antusiasme dari masyarakat Indonesia yang terbiasa sarapan nasi dan roti.
Hal itu pun didukung dengan momen belanja online yang melonjak tajam dan pesanan delivery kian meningkat di tengah pandemi. Alhasil, Gladys dapat tersenyum lega dan dapat segera balik modal dalam waktu singkat.
Mulanya, Oatelier yang merupakan besutan Gladys hanya menawarkan empat varian rasa saja. Yakni, hale berry (mix berries), chocolocco (banana chocolate), pumpkin pie, dan cafe latte (coffee hazelnut). Namun seiring berjalannya waktu, varian rasanya terus bertambah, mengikuti selera pelanggan.
"Begitu saya masukin ke platform di Shopee sama Tokopedia, justru malah cepat (terjual). Saya kira orang-orang kayak agak jarang ya, di Indonesia kan kebanyakan kita tuh sarapan nasi, sebenarnya agak jarang mengonsumsi overnight oats. Cuma mengejutkan, ternyata di media sosial itu sudah banyak yang tahu juga tuh," kata dia.
Gladys menyebut bahwa dirinya tidak menerima sistem pre-order (PO) untuk pesanannya. Tapi begitu ada pesanan masuk, dia akan segera mengerjakan pesanan. Sehingga, overnight oats buatannya dijamin selalu dalam keadaan fresh.
"Bahan-bahan mentahnya semua ready. Cuma memang setelah orang bayar, kita baru bikin gitu. Bukan yang ready stock sudah ada tinggal kirim, enggak sih. Jadi semua tuh fresh dibuat setelah orang bayar, kita baru bikin, jadi bisa langsung kirim aja gitu. Di hari itu kalau misalnya orang pesan yang pakai Grab, instant, atau apa, biasanya aku kirim H+1," terangnya.
Produk overnight oats yang diproduksi dan dikirim dari Batuceper, Tangerang ini bisa bertahan sekitar satu hingga dua minggu jika disimpan di dalam lemari es. Adapun, konsumsi terbaiknya hanya dalam tiga hari setelah diterima.
"Soalnya kan produk fresh, kita ada pakai yoghurt, ada pakai susu. Untuk susunya saya pakai soymilk atau susu kacang kedelai, jadi bukan susu sapi karena kadang ada yang intoleransi laktosa. Nah itu kan produk fresh semua, jadi memang best consume-nya dalam tiga hari," katanya.
Gladys memukul rata harga overnight oats yang dijualnya senilai Rp39.000. Begitu pula untuk produk lainnya seperti chia pudding, greek yogurt parfait, dan kefir super smoothie semua masih ditaksir di Rp39.000.
Menariknya, overnight oats ala Oatelier digandrungi usia muda di kisaran 20-an tahun dan lanjut usia (lansia) di kisaran 50-60 tahun. Produk ini juga biasa dikonsumsi anak kuliahan hingga para pekerja yang sibuk.
"Kurang lebih banyak kan pasti kuliah dan orang kerja. Soalnya banyak kirim ke kantor. Mereka pada pesan buat entar makan siang bareng teman lah. Jadi dari kuliah sama kantoran lah biasanya," ujar Gladys.
Pandemi Menuai Berkah
Sebelum sepenuhnya fokus pada Oatelier, Gladys sempat berprofesi sebagai pengajar piano. Sayangnya, ketika pandemi covid-19 menerpa Tanah Air, pekerjaan Gladys terkena dampaknya dari diberlakukan aturan physical distancing atau pembatasan jarak fisik untuk mencegah penyebarluasan covid-19.
Pasalnya, kelas mengajar piano tidak bisa dilakukan secara online. Imbasnya, dia harus berhenti dari pekerjaan tersebut dan kemudian beralih fokus ke bisnis Oatelier.
Siapa sangka, usaha yang memproduksi overnight oats ini justru menuai sukses kala pagebluk meluluhlantahkan berbagai lini usaha. Pesanan demi pesanan terus berdatangan. Pesanan tersebut utamanya datang dari online dan didukung dengan pengiriman instant melalui Grab.
Bahkan, omzet yang dihasilkan sepanjang pandemi, mampu membuatnya memperoleh penghasilan paling besar. Lantaran, meningkat dua hingga tiga kali lipat dari awal usaha dibangun.
Dalam sebulan, kini Oatelier dapat menerima pesanan rata-rata sebanyak 20 pesanan per hari. Jumlah ini selaras dengan jumlah produksi tiap harinya. Hal itu kembali lagi agar menegaskan bahwa Oatelier memproduksi produk yang fresh.
Bahkan, menurut pengakuan Gladys, pesanan yang masuk dapat membludak jika mendekati momen Natal dan Lebaran. Hal itu didongkrak dengan pesanan hampers. Beda halnya jika momen Imlek yang justru cenderung lebih sepi.
Meski omzetnya tak sebesar saat pandemi, namun omzetnya saat ini diakuinya sudah mendekati saat pandemi. Kini, Gladys dapat meraup rata-rata omzet berkisar belasan juta rupiah per bulan.
Untuk saat ini, Gladys masih mengurus usaha Oatelier secara mandiri. Mulai dari berinteraksi dengan pelanggan, menerima pesanan, membuat pesanan, hingga packing dan mengirim pesanan. Hanya dalam waktu tertentu atau saat ada event perusahaan, dia akan dibantu sang mama untuk bagian packing.
Gladys belum dapat mempekerjakan karyawan karena semua masih bisa dipegang sendiri. Selain itu, usaha yang dilakoninya ini masih berupa pekerjaan sampingan karena pada 2023 hingga saat ini, ia juga telah bekerja secara full time sebagai personal assistant KOL.
Cara menyiasati agar usaha Oatelier dan pekerjaan utama sama-sama berjalan adalah dengan pintar-pintar membagi waktu. Saat jam kerja, Gladys akan melakoni pekerjaan full time. Usai pulang kerja atau ketika sudah sampai di rumah, dia akan mulai membuat overnight oats dan kemudian didiamkan semalaman.
"Jadi ini (Oatelier) sambilan gitu juga sebenarnya. Saya ada kerja full time. Jadi, biasanya bikin ini (overnight oats) tuh malam, karena kan juga overnight ya, harus tidurin semalaman. Paginya saya kirim gitu," kata Gladys menjelaskan.
Adapun saat ini, produk Oatelier sudah bisa didapatkan di berbagai platform. Mulai dari Instagram, WhatsApp (WA), Shopee, dan Tokopedia. Selain itu, produk Oatelier juga sudah bisa didapatkan secara langsung di Bandeja Padel Arena, Ancol.
Belum Semua Teredukasi
Meski Oatelier kini sudah terbilang sukses, namun menurut Gladys untuk dapat sampai hingga ke titik sekarang ini tidaklah instan. Tantangannya selalu terus ada. Salah satunya, Gladys harus tetap memberikan edukasi kepada calon pelanggan yang ingin membeli produk Oatelier. Meski sudah banyak orang yang mengenal overnight oats, namun masih banyak juga orang yang belum terbiasa untuk mengonsumsinya.
Sehingga hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Gladys untuk menjelaskannya secara detail kepada calon pelanggan untuk dapat mencicipi produk buatannya.
Selain dari segi edukasi, tantangan yang sampai saat ini masih harus dipikirkannya matang-matang adalah soal pengiriman ke luar kota. Pasalnya, produk Oatelier adalah produk fresh, sehingga jika dikirim menggunakan ekspedisi ke luar kota, paket bisa ambyar.
Gladys mengaku sempat mencoba mengirim produknya ke Bandung, Bogor, hingga Semarang dengan pengiriman instan. Beberapa di antaranya berhasil mendarat dengan aman dan selamat, tapi beberapa lainnya langsung ambyar. Akibatnya, dia harus melakukan pengembalian uang (refund) kepada pelanggan. Dalam hal ini, tentu dirinya yang paling dirugikan.
"Jadi saya kayak gambling kan. Jadi saya pikir jangan dulu deh keluar kota. Saya bilang untuk sekarang tuh untuk wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi bisa. Depok, Bogor enggak berani. Kendala itu sih di luar kota, padahal banyak yang nanya, cuman saya belum ketemu bagaimana solusinya," ungkap dia.
Secara keseluruhan, Gladys selalu bersyukur mendapatkan pelanggan-pelanggan yang baik dan mau menyambut produknya dengan baik.
Ke depan, dirinya memiliki harapan sederhana. Gladys ingin dapat mengikuti bazar-bazar agar dapat memperkenalkan produknya lebih luas lagi dan dapat berinteraksi dengan calon pelanggan. Sekaligus bisa menerima feedback secara langsung.