13 Agustus 2022
15:40 WIB
JAKARTA – Nielsen, perusahaan informasi global dan media riset, menyebutkan belanja iklan di semester pertama 2022 mengalami peningkatan. Hal ini menandai ekonomi dan kondisi industri di Tanah Air mulai pulih.
Kenaikan secara keseluruhan tercatat mencapai 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja iklan di TV masih mendominasi disusul dengan iklan di media digital.
“Secara umum peningkatan belanja iklan ini cukup menandakan optimisme pengiklan masih cukup tinggi untuk beriklan di tengah transisi ini. Khususnya untuk saluran televisi dan digital masih dipercaya menjadi kanal yang efektif untuk mempromosikan produknya ke publik,” ujar Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katherina dalam keteranagnnya, Sabtu (13/8).
Lebih lanjut Hellen menyebutkan, untuk belanja iklan di TV masih mendominasi dengan porsi belanja iklan sebesar 79,2%, tumbuh sebesar 8% dari tahun lalu, dengan jumlah pembelian Rp107,5 triliun.
Director Client Lead Nielsen Indonesia Selly Cahyani Putri sebelumnya menuturkan, rate card televisi yang naik sekitar 7%, justru membuat belanja iklan pada media itu tumbuh sebesar 8% dari periode yang sama tahun lalu.
"Jadi 8% kenaikan TV ini lebih didorong karena kenaikan rate card. Jadi stasiun TV nya menaikkan harga rate card sekitar 7%," ujar Selly dalam Nielsen Press Club di Jakarta, Kamis.
Selly mengatakan, belanja iklan pada televisi didominasi oleh industri Fast Moving Consumer Good (FMCG), yakni seperti makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan, produk kebersihan dan lainnya.
Ia mengatakan, jumlah spot iklan di televisi juga terus mengalami kenaikan, yakni pada semester I 2019, spot iklan sebanyak 2,13 juta. Kemudian semester I 2020 naik menjadi 2,34 juta, semester I 2021 naik menjadi 2,88 juta dan semester I tahun ini naik menjadi 2,91 juta.
"Kenaikan spot iklan di TV tahun ini naik sekitar 1%," ujar Selly.
Selain 79,7% diserap oleh televisi, belanja iklan yang sebesar Rp135 triliun pada semester I tahun ini, 15,2% diserap oleh media digital, 4,8% diserap media cetak dan 0,3% diserap radio.
Nielsen melakukan monitoring terhadap 15 stasiun televisi, 161 media cetak, 104 radio, 200 situs dan 3 media sosial. Dalam melakukan perhitungan, Nielsen menggunakan metode gross rate card, yakni tidak memasukkan unsur diskon, promo, paket dan lainnya.
Iklan Digital
Sementara untuk belanja iklan secara digital juga tercatat meningkat 6% dari seluruh total belanja iklan senilai Rp20,5 triliun. Sedangkan untuk belanja iklan di media cetak dan radio tercatat mengalami kontraksi.
"Terlihat belanja iklan didominasi oleh produk FMCG dan e-commerce, dimana FMCG banyak beriklan di saluran televisi sedangkan e-commerce banyak beriklan di saluran digital," kata Hellen.
Pemborong belanja iklan paling banyak dilakukan oleh penyedia layanan daring, dengan nilai pembelian iklan sebesar Rp28,5 triliun. Disusul oleh kategori perawatan rambut yang mengisi posisi kedua dengan total belanja iklan sebesar Rp6,9 triliun.
Secara umum selain dua kategori itu, pengiklan terbanyak yang melakukan pembelian ialah dari kategori bumbu dapur, serta organisasi politik dan pemerintah.
Dalam laporannya yang bertajuk "Nielsen Digital Ad Intel Semester I 2022" itu, didapatkan, peningkatkan jumlah kreatif iklan mencapai 40% didominasi dengan iklan-iklan digital berdurasi pendek.
Jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, 2019, maka pada 2022 Nielsen menemukan, lebih sedikit produk baru yang muncul dibandingkan dengan periode 2019.
“Untuk semester pertama 2022 ini, bisa dikatakan bahwa pengiklan sudah mulai menunjukkan rasa percaya diri untuk kembali beriklan,” serunya.
Hal ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa industri mulai pulih pasca pandemi. Namun, masih ada kehati-hatian untuk meluncurkan produk baru dan juga para pengiklan mulai menggunakan strategi campaign yang lebih pendek untuk tema-tema tertentu,” tandas Hellen.