04 September 2023
16:45 WIB
NFA: Stok Cadangan Beras Pemerintah Aman Hingga Akhir Tahun
Hingga 4 September, stok cadangan beras pemerintah mencapai 1,54 juta ton.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Pengunjung melihat produk beras di Transmart Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (29/8/2023). ValidNews ID/Fikhri Fathoni
JAKARTA – Kepala Bapanas/NFA, Arief Prasetyo Adi mengaku optimis harga beras bisa terkendali, asalkan seluruh pihak bisa bersinergi dan berkolaborasi. Adapun stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menurutnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pemerintah hingga akhir tahun 2023.
"Saat ini secured stok 1,54 juta ton, dalam proses pemenuhan 400 ribu ton lagi sebagai bagian dari penugasan ke Bulog dua juta ton," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Senin (4/9).
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga beras per 4 September meningkat hampir di semua kualitas. Kualitas Super I naik menjadi Rp15.200, dari Rp15.150 pada 1 September. Lalu, kualitas super II naik menjadi Rp14.650 dari Rp14.600.
Kelas medium masing-masing naik Rp50 dibandingkan posisi 1 September, menjadi Rp13.950 untuk medium I dan Rp13.700 untuk medium II. Lalu kualitas bawah II juga naik Rp50 menjadi Rp2.400 per kg. hanya beras kualitas bawah I yang harganya tetap yakni Rp12.700.
Sebelumnya, pada 25 Agustus, harga beras berturut-turut adalah Rp15.050 untuk kualitas super I, Rp14.500 untuk kualitas super II, Rp13.750 untuk kualitas medium I dan Rp13.550 untuk kualitas medium II. Untuk kelas bawah, masing-masing Rp12.600 di kualitas bawah I dan Rp12.250 untuk kualitas bawah II.
Baca Juga: Inflasi Beras 13,76%, BPS: Tertinggi Sejak 2015
Arief menyebutkan, NFA mengupayakan stabilisasi harga dan pasokan beras melalui beberapa cara. Pertama adalah melalui kegiatan operasi pasar dengan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang juga terus dilakukan melalui jalur ganda, yaitu pasar rakyat dan ritel modern. Tujuannya, agar Beras SPHP dapat mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Upaya kedua yaitu memasifkan kampanye Stop Boros Pangan untuk mengurangi food loss and waste. Secara global 1,3 miliar makanan terbuang setiap tahun, setara dengan sepertiga dari makanan yang diproduksi setiap tahun.
Sesuai data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), tumpukan food loss dan waste di Indonesia tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton, sehingga apabila dapat diminimalkan, gerakan ini akan dapat memberikan dampak yang besar bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
Di samping segala upaya tersebut, Arief juga mengajak masyarakat untuk Belanja Bijak. Apabila seluruh masyarakat bisa menerapkan belanja sesuai dengan kebutuhan, tentunya itu akan mengurangi meningkatnya permintaan pasar secara berlebih terhadap pangan pokok seperti beras.
"Mari kita Belanja Bijak karena pemerintah menjamin stok pangan yang tersedia, cukup untuk memenuhi kebutuhan kita bersama," ucap Arief mengajak.
Naikkan Produksi
Pada saat yang sama, dia mendorong seluruh stakeholder perberasan untuk meningkatkan produksi pada semester II/2023 hingga penghujung tahun. Hal ini bertujuan salah satunya untuk menjaga stabilitas pangan nasional.
"Demi menjaga stabilitas pangan dan pemulihan ekonomi nasional, kami mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengupayakan peningkatan produksi gabah dan beras di semester kedua ini," tutur Arief.
Secara umum di akhir tahun, Arief menilai tren produksi gabah cenderung menurun, sehingga berpotensi meningkatkan tensi persaingan usaha di lapangan. Sejumlah langkah antisipasi seperti peningkatan produksi dalam negeri pun perlu segera dilakukan, sehingga risiko kenaikan harga gabah dan beras diminimalkan.
Di level penggilingan, para pelaku usaha memerlukan Gabah Kering Panen (GKP) untuk diolah menjadi beras. Sedangkan berdasar pengakuan beberapa pelaku usaha penggilingan padi, GKP yang tersedia saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan operasional, sehingga pabrik tidak bisa beroperasi optimal. Hal ini juga mendorong harga GKP terus merangkak naik.
Baca Juga: Bapanas Jaga Daya Ungkit Komoditas Pangan Dengan Hilirisasi Produk
Melihat hal tersebut, Arief berpandangan, seharusnya petani memanfaatkan peluang yang ada dengan meningkatkan produksi dan produktivitasnya.
"Potensi bangsa kita sebenarnya untuk meningkatkan produksi karena saat ini tidak seimbangnya jumlah kebutuhan GKP penggiling padi, baik skala kecil, menengah, hingga besar. Utamanya semester dua sampai dengan akhir tahun. Jadi mari kita dorong produksi dalam negeri bersama-sama," kata Arief.
Lebih lanjut, Arief juga menyatakan Indonesia sebagai negara agraris sudah seharusnya memiliki surplus beras yang besar, sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan pasar beras regional.
Setidaknya melalui produksi dalam negeri yang jumlahnya cukup, idealnya Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan harga yang wajar.
Kedepan, Arief berharap dengan stabilnya pasokan dan harga beras, petani dan pelaku usaha penggilingan padi bisa semakin bersemangat untuk berproduksi, sebab kepastian usaha menjadi salah satu faktor utama dalam menjaga keberlangsungan dunia usaha, termasuk peningkatan kesejahteraan petani.
"Utamanya kita dorong semangat petani dan penggilingan untuk berproduksi dan meningkatkan produktivitasnya selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo, sehingga pengadaan dan pemenuhan cadangan beras kedepannya bisa dimaksimalkan dari dalam negeri," ucap Arief.