14 April 2022
10:45 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Dian Kusumo Hapsari
JAKARTA – Harga emas Antam pada Kamis (14/4) menguat Rp4.000 ke posisi Rp1.006.000/gram. Senada, harga buyback atau pembelian kembali turut naik Rp4.000 ke angka Rp911.000/gram.
Harga emas di situs Logam Mulia pada pekan lalu, tercatat melonjak sebesar Rp9.000. Pada Senin (4/4), harga ditutup Rp985.000/gram, hingga Sabtu (9/4), emas Antam ditutup di posisi Rp994.000/gram.
Kemudian, emas Antam pada Senin (11/4) melemah tipis seceng alias Rp1.000 ke posisi Rp993.000/gram. Pada Selasa (12/4), emas berbalik menguat Rp4.000 menjadi Rp997.000/gram dan naik lagi pada Rabu (13/4) sebesar goceng alias Rp5.000 menjadi Rp1.002.000/gram.
Harga emas Antam sendiri sempat menyentuh titik tertinggi sepanjang masa pada level Rp1.065.000/gram pada Jumat (7/8/2020).
Di Pegadaian, pada Kamis (14/4), harga emas Antam Rp1.042.000/gram, Antam Retro Rp1.013.000/gram. Sementara itu, Antam Batik Rp1.198.000/gram dan emas cetakan UBS Rp1.018.000/gram.
Dikutip dari Antara, harga emas kembali menguat mencapai level tertinggi satu bulan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Karena, kenaikan harga-harga konsumen mendorong daya tariknya sebagai lindung nilai inflasi, dengan investor tampaknya mengabaikan kenaikan suku bunga yang akan datang oleh Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak US$8,6 atau 0,44% menjadi US$1.984,70 per ounce. Emas berjangka melonjak US$27,9 atau 1,43% menjadi US$1.976,10 di sesi sebelumnya.
"Emas tampaknya mengabaikan kenaikan suku bunga AS dan sangat fokus pada inflasi", kata Edward Meir, analis ED&F Man Capital Markets.
Data menunjukkan pada Selasa (12/4) bahwa harga konsumen bulanan AS melonjak pada Maret, memperkuat kasus untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin dari Federal Reserve bulan depan ketika berusaha untuk mengatasi inflasi.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (13/4) bahwa indeks harga produsen AS untuk permintaan akhir pada Maret naik 11,2% dari tahun lalu dan 1,4% dari bulan sebelumnya.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik. Namun, kenaikan suku bunga AS akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil dan meningkatkan greenback, di mana emas dihargakan.
Investor juga mendorong ekuitas setelah kemerosotan selama seminggu, di tengah optimisme pada saham-saham pertumbuhan yang kuat meskipun inflasi tinggi.
Indeks dolar menyentuh level tertinggi dua tahun selama sesi tersebut, didukung oleh komentar hawkish oleh pejabat Fed, sebelum menyerahkan sebagian dari kenaikan tersebut.
"Kami mengimpor inflasi di sini," ujar Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Ia menambahkan bahwa ada ketakutan nyata akan lebih banyak inflasi yang datang dari kurangnya ekspor, kurangnya pengiriman dan pesanan kembali dan semua biaya pengiriman lainnya karena krisis Ukraina.
Menurut analis pasar, investor memahami bahwa inflasi tidak akan segera turun dari level saat ini. Semua gangguan ekonomi terkait yang telah menyebabkan lonjakan inflasi, yaitu konflik geopolitik, penguncian atau lockdown covid, dan gangguan rantai pasokan, tampaknya memiliki dampak yang lebih besar pada emas daripada kenaikan suku bunga.
Juga, meningkatkan daya tarik safe-haven emas, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (12/4), pembicaraan damai dengan Ukraina telah menemui jalan buntu, dalam sinyal terkuat hingga saat ini bahwa perang dapat berlangsung lebih lama.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 29,5 sen atau 1,15% menjadi US$26,03 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turut naik US$17,2 atau 1,77% menjadi US$989,6 per ounce.