24 Oktober 2024
16:08 WIB
Mitratel Fokus Kembangkan Bisnis Ramah Lingkungan
Fokus Mitratel ke depan adalah menciptakan berbagai inovasi baru yang relevan dengan kebutuhan para pelanggan. Termasuk menerapkan konsep green tower guna mencapai target net zero emission
Site menara atau tower telekomunikasi milik Mitratel di Batu Cermin, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). dok-Mitratel
JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) menyatakan, bakal fokus mengembangkan bisnis ramah lingkungan, setelah agresif membangun jaringan menara di berbagai wilayah Indonesia.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (24/10) mengatakan, fokus manajemen ke depan adalah menciptakan berbagai inovasi baru yang relevan dengan kebutuhan para pelanggan. Termasuk menerapkan konsep green tower guna mencapai target netral karbon (net zero emission).
“Kami meyakini bisnis yang baik bukan hanya bisa bertumbuh secara kinerja keuangan, juga harus berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan,” kata pria yang akrab disapa Teddy itu.
Komitmen terhadap kelestarian lingkungan, lanjutnya, menjadi salah satu spirit perayaan hari ulang tahun ke 16 Mitratel yang kali ini mengambil tema “Bright to the Future”. Teddy menjelaskan tema ini menyiratkan harapan atau optimisme terhadap masa depan.
“Tujuannya adalah membangun infrastruktur yang mendukung masa depan lebih baik di mana manusia, teknologi dan alam dapat hidup dalam harmoni, menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” ujarnya.
Sekadar mengingatkan, Mitratel telah menjadi perusahaan publik usai melaksanakan initial public offering (IPO) pada November 2021. Terhitung sejak Mitratel melaksanakan IPO hingga 2023, MTEL telah membagikan dividen senilai Rp2,733 triliun (total selama tiga tahun).
Pada semester I-2024, perseroan membukukan pendapatan Rp4,45 triliun, tumbuh 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). EBITDA tercatat Rp3,69 triliun, tumbuh 10,2 %. Ada pun laba bersih mencapai Rp1,06 triliun, naik 4,1% (yoy).
Dari sisi operasional, Mitratel mencatat tambahan 567 menara baru sehingga total menjadi 38.581 menara. Kenaikan jumlah menara disertai tambahan 1.189 penyewa baru atau 7,1%, sehingga total mencapai 58.598 penyewa. Dengan capaian ini, Mitratel mendominasi pasar penyewaan menara dengan porsi 54%.
Sementara bisnis fiber tumbuh sebesar 37,9% dari 27.269 km menjadi 37.602 km pada akhir Juni 2024. Dari 38.581 menara, sebanyak 15.974 menara atau setara 41 % berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya, atau setara 59%, berada di luar Pulau Jawa.
Zephyr HAPS
Sebelumnya, Mitratel menargetkan adopsi teknologi Zephyr High Altitude Platform Station (Zephyr HAPS) dari AALTO untuk flying tower system siap untuk beroperasi secara komersial di tahun 2026.
“Teknologi ini masih dalam bentuk research and development. Kami targetkan di tahun 2025, itu (research and development) sudah bisa selesai dan commercially ready di tahun 2026,” kata Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, pada awal Agustus ini, Mitratel menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan anak usaha Airbus yakni AALTO HAPS Ltd untuk menjajaki penyediaan solusi HAPS komersial di Indonesia. Zephyr HAPS merupakan terobosan baru dalam teknologi telekomunikasi yang menyediakan sistem layanan komunikasi dan pengawasan beroperasi di ketinggian stratosfer atau sekitar 20 kilometer di atas permukaan bumi.
HAPS mirip dengan satelit, tetapi dengan biaya operasional yang lebih rendah dan fleksibilitas yang lebih tinggi. Teddy mengatakan, penggunaan HAPS untuk flying tower system tidak akan sepenuhnya menggantikan teknologi terrestrial network (sistem komunikasi nirkabel yang beroperasi di permukaan bumi), terutama terrestrial network yang telah ada di daerah daratan di kota-kota besar.
Dengan area cakupan sekitar 7.500 kilometer persegi, HAPS dinilai sebagai solusi ideal untuk memperluas cakupan jaringan di daerah yang jarang penduduknya atau medan yang menantang terutama wilayah-wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Maka nantinya kehadiran teknologi non-terrestrial, seperti HAPS ini, dapat menjadi pelengkap jaringan terrestrial yang telah ada sebelumnya.
Selain mampu memberikan layanan komunikasi yang stabil dan berkualitas tinggi di area yang luas, flying tower system dengan penggunaan HAPS memiliki keunggulan dalam hal biaya operasional yang lebih murah serta fleksibel atau mudah digerakkan dan diposisikan ulang sesuai kebutuhan.
Direktur Bisnis Mitratel Agus Winarno menambahkan, HAPS bahkan tidak hanya dimanfaatkan oleh operator telekomunikasi untuk penyediaan kebutuhan komunikasi seluler, melainkan juga berpotensi dimanfaatkan oleh segmen lainnya. Seperti pemerintah, dunia usaha, hingga konsumen ritel.
“Flying tower system kami pastikan bukan hanya untuk para operator atau MNO. Tapi banyak sekali kebutuhan. Pemerintah misalnya butuh surveillance, pemetaan atau mapping, sensor-sensor untuk IoT, dan sebagainya. Setelah kami dalami, tentu use case-nya banyak sekali di luar kebutuhan untuk berkomunikasi seluler,” kata Agus.
Mengingat saat ini penggunaan HAPS masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, Mitratel akan mempertimbangkan skema bisnis yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Mitratel juga terus melakukan kajian teknis, eksplorasi market, mendorong aspek regulasi, serta membuka peluang kerja sama tidak hanya dengan AALTO melainkan juga perusahaan potensial lainnya untuk mengembangkan HAPS di Indonesia.