18 Oktober 2023
08:00 WIB
Penulis: Fitriana Monica Sari
JAKARTA - Adanya perang Israel dan Hamas yang tak kunjung mereda disebut bisa berdampak pada sebagian saham. Lantas, apakah konflik ini juga berpengaruh ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengungkapkan, konflik antara Israel dan Hamas memberikan pengaruh yang relatif terbatas kepada IHSG.
Menurutnya, pengaruh perang tersebut relatif terbatas selama tidak menyebar ke negara-negara di sekitarnya yang menjadi produsen minyak.
"Karena kelihatannya kalau di berita juga yang diinginkan atau yang dituju itu adalah tentu saja perdamaian," kata Martha dalam Media Day di Jakarta, Selasa (17/10).
Dengan demikian, perdamaian akan terus dituju dan terus dikejar. Jadi, konflik akan diusahakan untuk diredam agar tidak menyebabkan kenaikan harga minyak.
Harga Energi Picu Inflasi
Martha mengingatkan bahwa yang perlu diwaspadai adalah ketika konflik tersebut terus meluas dan dapat memengaruhi harga minyak yang bisa mengalami kenaikan secara signifikan.
“Kalau konfliknya meluas kemudian nanti membuat harga minyak itu melonjak ke level tertingginya US$100 per barel, itu yang mungkin kita perlu waspada,” imbuhnya.
Pasalnya, jika harga minyak meningkat pesat, maka akan memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri yang bakal terancam naik. Hal ini pun akan memicu adanya peningkatan inflasi.
Seperti diketahui, banyak sekali negara di dunia ini sedang berperang dengan inflasi. Memang, salah satu penyebab inflasi itu adalah dari harga energi.
Baca Juga: Ada Perang Israel-Hamas, Saham Sektor Apa yang Bisa Dicermati?
Kendati demikian, untuk saat ini, belum terlihat tanda-tanda harga minyak akan meningkat secara signifikan. Hal ini karena secara fundamental dari sisi demand belum menunjukkan sesuatu yang signifikan.
“Kalau memang akan naik sampai US$100 per barel, itu harus ada dari sisi suplai. Entah itu pembatasan atau gangguan dari sisi suplai,” pungkas Martha.
Terpisah, harga minyak sedikit turun pada Selasa (10/10) setelah naik lebih dari 4% pada sesi sebelumnya. Sebab, pasar mempertimbangkan potensi gangguan pasokan seiring berlanjutnya konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas.
Minyak mentah Brent turun 18 sen, atau 0,2%, menjadi US$87,97 per barel pada 00:17 GMT. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 16 sen atau 0,2% menjadi US$86,22 per barel.
Kedua benchmark tersebut telah menguat lebih dari US$3,50 pada Senin di tengah berita konflik, setelah sebelumnya jatuh tajam dalam perdagangan yang bergejolak pada minggu lalu.