c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

10 November 2021

08:00 WIB

Minyak Naik Dipicu Prospek Permintaan Lebih Tinggi

Permintaan global untuk minyak pada November sudah hampir kembali ke tingkat pra-pandemi

Editor: Fin Harini

Minyak Naik Dipicu Prospek Permintaan Lebih Tinggi
Minyak Naik Dipicu Prospek Permintaan Lebih Tinggi
Pengeboran minyak lepas pantai. Shutterstock/Dok

NEW YORK – Harga minyak capai level tertinggi dalam dua minggu terakhir pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, setelah Amerika Serikat mencabut pembatasan perjalanan dan tanda-tanda lain dari pemulihan global pascapandemi mendorong prospek permintaan lebih tinggi, sedangkan pasokan tetap ketat.

Dikutip dari Antara, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik US$1,35 atau 1,6%, menjadi US$84,78 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember menguat US$2,22 atau 2,7% dan ditutup di US$84,15 per barel.

Itu adalah penutupan tertinggi untuk kedua harga acuan sejak 26 Oktober. Harga Brent telah naik lebih dari 60% tahun ini dan mencapai level tertinggi tiga tahun di US$86,70 pada 25 Oktober. Brent didukung oleh pulihnya permintaan dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.

Harga minyak reli setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek (Short Term Energy Outlook/STEO) pada Selasa (9/11/2021) memproyeksikan harga bensin eceran akan turun selama beberapa bulan ke depan.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengatakan akan menggunakan perkiraan harga dalam laporan STEO untuk menentukan apakah akan melepaskan minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu.

Analis mengatakan jika STEO telah menunjukkan kenaikan besar dalam proyeksi harga bensin, pemerintahan Biden kemungkinan akan melepaskan banyak minyak dari SPR dengan cepat, yang akan menekan harga.

"STEO dari EIA memberi Presiden Biden banyak perlindungan untuk tidak melakukan apa-apa, dan mengklaim dia sedang menunggu perkiraan bearish untuk dimainkan," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Dalam STEO, EIA memproyeksikan harga rata-rata untuk bensin kelas reguler eceran akan turun dari US$3,32 per galon pada November menjadi US$3,16 pada Desember dan US$3,00 pada kuartal pertama 2022.

Di sisi pasokan, OPEC+ menambahkan 400.000 barel per hari minyak mentah ke pasokan global pada pertemuan OPEC+ minggu lalu. Keputusan OPEC+ ini mengabaikan permintaan Presiden Biden yang menginginkan lebih banyak minyak dilepas ke pasar. OPEC+ dijadwalkan menambah 400.000 barel per hari hingga Juni 2022.

"Setiap rilis dari SPR AS, meskipun kemungkinan akan memiliki efek bearish sementara yang cepat pada harga, bukanlah solusi yang bertahan lama untuk ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.

Kapasitas produksi cadangan minyak global dapat berkurang tahun depan karena penumpang udara kembali mengangkasa, menghilangkan bantalan penting yang saat ini dinikmati pasar, kata Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser.

Para wisatawan berangkat ke Amerika Serikat lagi, sementara pengesahan RUU infrastruktur Biden senilai US$1 triliun dan ekspor China yang lebih baik dari perkiraan membantu melukiskan gambaran pemulihan ekonomi global.

JPMorgan Chase mengatakan, permintaan global untuk minyak pada November sudah hampir kembali ke tingkat pra-pandemi 100 juta barel per hari. Di India, permintaan bahan bakar naik pada Oktober ke puncak tujuh bulan, dengan penjualan bensin melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.

Meskipun pasar global ketat, analis memperkirakan persediaan minyak mentah AS naik untuk minggu ketiga berturut-turut, mungkin membantu membatasi kenaikan harga lebih lanjut.

Para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts memperkirakan publikasi EIA akan menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik satu juta barel untuk pekan yang berakhir 5 November.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar