05 Mei 2025
11:23 WIB
Merosot, Ekonomi Indonesia Kuartal I/2025 Hanya Tumbuh 4,87%
Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 4,94% dengan rentang estimasi 4,93%-4,95% pada kuartal-I 2025.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Fin Harini
Tangkapan layar Youtube BPS. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/4). ValidNewsID/ Siti Nur Arifa
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,87% secara tahunan (yoy) pada kuartal I/2025. Capaian ini lebih rendah daripada kuartal sebelumnya yang mencapai 5,02% (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I/2025 adalah sebesar 4,87% bila dibandingkan dengan Triwulan I/2024 atau secara year on year. Bila dibandingkan dengan triwulan IV/2024 atau secara q-to-q ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 0,98%," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/5).
Pada Kuartal I/2025 besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku tercatat sebesar Rp5.665,9 triliun, sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan mencapai Rp3.264,5 triliun.
Pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan proyeksi ekonom. Sebelumnya, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2025 akan mencapai 4,94%, sedangkan secara keseluruhan tahun 2025 berada pada kisaran 4,9%-5%.
"Pertumbuhan ekonomi diperkirakan tumbuh 4,94% dengan rentang estimasi 4,93%-4,95% pada kuartal-I 2025," ungkap Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam Analisis Makroekonomi Indonesia Economic Outlook 2025 yang diterima, Minggu (4/5).
Baca Juga: BI Pede Pertumbuhan Ekonomi 2025 Bisa Capai 5,5%
Riefky menyebutkan dalam beberapa tahun terakhir mesin pertumbuhan struktural ekonomi Indonesia cenderung melemah, yang ditunjukkan oleh penurunan daya beli, menyusutnya jumlah kelas menengah, dan melemahnya produktivitas sektoral secara persisten.
Menurutnya, perekonomian Indonesia sebelumnya masih bisa mengandalkan faktor musiman seperti Ramadan dan Idulfitri serta libur akhir tahun untuk mendorong kinerja ekonominya. Meski masih mampu tumbuh 5% pada kuartal akhir 2024, namun dampak faktor musiman dinilai semakin melemah.
Riefky menyorot kondisi pada periode libur akhir tahun lalu, di manamasyarakat cenderung memilih untuk berlibur dan melakukan aktivitas wisata ke destinasi yang lebih dekat secara jarak. Hal tersebut, menurutnya menyiratkan pelemahan daya beli seiring dengan mengecilnya pengeluaran untuk kebutuhan tersier.
“Apabila tidak dimitigasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpeluang akan terus melemah seiring dengan semakin kecilnya dorongan dari faktor musiman dan masih belum mampunya melakukan revitalisasi mesin pertumbuhan ekonomi struktural,” ucap Riefky.
Bukan hanya itu, Riefky juga menyorot kerentanan kondisi ekonomi domestik yang saat ini diperparah oleh tekanan eksternal, yakni adanya eskalasi perang dagang secara agresif dipicu oleh Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump, dengan pengenaan tarif impor terhadap 90 negara.
Baca Juga: Relevansi Pertumbuhan Ekonomi Di Tengah Efisensi Anggaran
Meskipun kebijakan tarif yang dimaksud saat ini masih ditangguhkan, dan berbagai negara termasuk Indonesia intens melakukan negosiasi terkait perjanjian dagang.
Namun menurutnya, potensi perang dagang berskala global masih mungkin terjadi dan memicu berbagai risiko negatif terhadap Indonesia, seperti arus investasi, perdagangan internasional, depresiasi mata uang, tekanan di postur fiskal, serta perlambatan ekonomi secara menyeluruh.
“Menimbang perkembangan terkini terkait kondisi ekonomi domestik dan tekanan ekonomi global, Indonesia tidak berada pada posisi yang baik untuk meraup potensi manfaat dari perang dagang yang akan terjadi,” imbuh Riefky.
Terpisah, Samuel Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Kuartal I/2025 akan mencapai 4,93% year on year (yoy), lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, di tengah lemahnya permintaan rumah tangga dan investasi.
“Data ini menunjukkan perlunya stimulus struktural dan peningkatan kepercayaan domestik,” sebut Samuel Sekuritas dalam laporan riset harian, Senin (5/5).
Senada, jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat sedikit pada Kuartal I/2025 karena konsumsi swasta melemah dan permintaan yang lebih lemah dari Tiongkok mengurangi ekspor.
Indonesia terus mengalami perlambatan belanja rumah tangga, bahkan setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga sebesar total 50 basis poin dalam siklus pelonggaran saat ini - termasuk pengurangan mengejutkan sebesar 25 basis poin pada bulan Januari untuk mendorong pertumbuhan.