c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

04 Agustus 2023

17:07 WIB

Merger Bank Nobu-MNC Bank Molor, Ini Kata Pengamat dan OJK

Menurut pengamat, bank hasil merger antara Bank Nobu dan MNC Bank akan lebih mampu bersaing nantinya, apalagi didukung oleh dua konglomerasi.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

Merger Bank Nobu-MNC Bank Molor, Ini Kata Pengamat dan OJK
Merger Bank Nobu-MNC Bank Molor, Ini Kata Pengamat dan OJK
Para petugas MNC Bank tengah melayani para nasabah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. (ANTARA/HO-MNC Bank)

JAKARTA - Proses penggabungan usaha (merger) antara PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) dan PT Bank MNC International Tbk (BABP) molor dari perkiraan. Padahal sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut merger dua bank tersebut bakal rampung pada bulan ini. Lantas, apa kata pengamat dan OJK?

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono mengamini bahwa jauh sebelumnya memang dikabarkan merger kedua bank itu akan selesai pada Agustus 2023. Tetapi ternyata, hingga kini belum tuntas.

Dia menilai bahwa proses merger memanglah tidak mudah. Selain itu, aksi korporasi ini juga memerlukan proses yang cukup panjang.

"Sungguh memang merger itu tidak mudah. Artinya, merger memerlukan proses cukup panjang. Terutama untuk menyatukan visi dan misi yang kemungkinan berbeda satu sama lain," kata Paul saat dihubungi Validnews, Kamis (4/8).

Belum lagi, sambung Paul, menentukan fokus bisnis pascamerger. Apalagi, proses penyatuan dua budaya kerja (corporate culture) yang pasti juga berbeda.

"Upaya itu makan waktu cukup lama karena harus diikuti dengan sosialisasi budaya kerja baru pascamerger," imbuh dia.

Oleh karena itu, langkah merger itu disebutnya membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.

Namun demikian, Paul optimistis, dengan adanya merger bukan hanya meningkatkan kepercayaan bank, namun juga kepercayaan masyarakat terutama nasabah. Sebab, dengan adanya merger, maka modal kedua bank akan makin kokoh.

"Ingat bahwa modal itu amat penting dalam menepis dan menyerap aneka risiko, seperti risiko kredit, pasar, operasional dan likuiditas," tegasnya.

Ke depan pascamerger, menurut Paul, bank akan tetap fokus ke perbankan ritel (retail banking). Juga, fokus pada perbankan konsumsi (consumer banking).

Sesuai Harapan Regulator
Sementara itu, kepada Validnews, Jumat (4/8), Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa regulator perbankan sejak masih di Bank Indonesia (BI) hingga sekarang di OJK, terus mendorong bank melakukan merger. Hal itu dilakukan agar terjadi konsolidasi perbankan.

Dengan demikian, diharapkan jumlah bank dengan permodalan dan aset yang besar akan terus bertambah. Sehingga, bank-bank akan lebih mampu bersaing.

"Jadi merger-nya NOBU dan MNC menurut saya adalah sesuatu yang sangat baik, sesuai harapan dari regulator. Dengan merger ini, maka perbankan di Indonesia bisa semakin kuat. Bank-bank kecil semakin berkurang, persaingan perbankan lebih sehat dan produktif," ujarnya.

Bank hasil merger, menurut Piter, akan lebih mampu bersaing nantinya, apalagi didukung oleh dua konglomerasi. Bank yang kuat pun akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional.

"Saya kira Lippo tidak melepas bisnis mereka di sektor keuangan. Mereka mengubah strategi saja. Mereka masih memiliki bank hasil merger walaupun mungkin tidak menjadi pemegang saham pengendali," jelas Piter.

Bukan Paksaan
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menegaskan bahwa merger kedua bank milik konglomerat James Riady dan Harry Tanoe ini bukan paksaan dari otoritas, melainkan dilakukan secara sukarela.

Dian menilai bahwa ini merupakan suatu contoh yang sangat baik bahwa konsolidasi tidak hanya dilakukan oleh bank yang kurang modal, namun juga bank yang memiliki permodalan yang cukup. Sehingga diharapkan konsolidasi dua bank ini bisa memberikan kontribusi yang lebih baik dalam sektor keuangan, serta meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat.

"Mengenai masa jangka waktu yang masih merupakan isu, saya kira memang bisa saja terjadi keterlambatan, tetapi ini bukan merupakan berkurangnya komitmen mereka,” tandas Dian dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan Juli 2023 secara daring, Kamis (3/8).

Dari komunikasi yang dilakukan, kedua belah pihak memiliki komitmen untuk mewujudkan merger ini secara optimal.

Berbagai diskusi yang tengah dilakukan justru akan memperkuat bank hasil merger nantinya.

“Karena kita juga mengatakan bahwa ini adalah poin of no return. Kita tidak bisa mundur dan mungkin isu-isu yang masih menjadi pembicaraan memang bisa memperlambat, tetapi itu tidak, justru menurut saya akan semakin memantapkan merger lebih baik, bukan soal porsi kepemilikan saja," imbuhnya.

Menurut Dian, selain menentukan pemegang saham pengendali (PSP) antara James Riady ataupun Harry Tanoe, kedua belah pihak juga pasti mempersiapkan merger dengan matang. Dengan begitu, tentu memerlukan waktu lebih lama dari yang telah diperkirakan di awal. 

Kesepakatan kedua belah pihak juga dibicarakan secara komprehensif, dan mereka menyelesaikan masalah sebelum merampungkan proses penggabungan usaha tersebut.

"Bukan soal porsi kepemilikan saja, tapi yang memerlukan waktu itu penetapan prioritas dalam konteks, misalnya fokus usaha. Banyak hal teknis yang perlu dibicarakan, saya rasa walau perlu waktu, pada akhirnya proses merger semakin baik," ungkap Dian.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar