25 Oktober 2024
21:00 WIB
Meramu Cuan dari Jahe dan Akar Ginseng
Bisnis GKN Jahe Merah Instan berhasil memadukan tanaman herbal dan rempah, jahe merah dan akar ginseng.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Ilustrasi minuman jahe. Shutterstock/arrowsmith2
JAKARTA - Sobat Valid tentu kenal jahe, tanaman obat tradisional yang sering digunakan sebagai rempah-rempah, bukan. Rasanya dominan pedas, dengan aroma harum segar. Aroma ini yang membuat jahe mampu menghilangkan amis ikan atau ayam.
Tak hanya rempah yang mampu membuat masakan jadi nikmat, tanaman herbal itu punya khasiatnya tokcer untuk tubuh. Kemampuannya menghangatkan tubuh membuat jahe jadi pilihan saat flu menyerang.
Tak heran, di Indonesia, tanaman jahe (Zingiber officinale) banyak diolah menjadi makanan ataupun minuman, seperti bandrek, wedang ronde, hingga kue kering.
Salah satu penikmat wedang jahe adalah Tiurlan Anne Frida Simanjuntak (47). Sedari masa kuliah dulu, dia kerap mengonsumsi minuman penghangat tubuh itu.
Dia gencar menyeruput minuman herbal tersebut setelah divonis memiliki sembilan tumor di bagian leher pada 2018 silam. Seduhan jahe plus akar ginseng membuat kondisinya jauh lebih baik dan berstamina saat melawan tumor.
“Keunikannya minuman jahe ini kita jadi fit, karena tambahan akar ginseng tadi. Saya merasakannya juga, karena kalau ada tumor di badan, kita jadi gampang capek. Begitu juga konsumen yang merasa sakit sendi kaki atau kolesterol gitu, mereka minum produk ini,” tutur Tiurlan kepada Validnews, Jumat (18/10).
Hal ini juga lah yang membuatnya tergerak untuk menyajikan produk minuman jahe ready to drink, terutama bagi orang-orang yang sedang berjuang karena penyakit tertentu.
Dia menyulap jahe menjadi minuman instan yang bisa langsung diseduh air panas. Bukan kaleng-kaleng, dia menyuguhkan produk minuman jahe merah plus akar ginseng, sehingga dobel khasiatnya.
Jahe yang berpadu dengan akar ginseng diyakini mujarab meningkatkan kesehatan tubuh, seperti meningkatkan imun, stamina, melegakan tenggorokan. Kemudian, meredakan nyeri persendian, menghangatkan tubuh, menghilangkan jerawat karena mengandung anti inflamasi.
Keinginan mendirikan usaha minuman jahe ini membuatnya yakin menyudahi karier di salah satu maskapai swasta. Pada April 2020, dia resmi meluncurkan produk minuman jahe instan dengan jenama Good Konsumsi Natural (GKN) Jahe Merah Instan di Medan, Sumatra Utara.
Keseriusan ini ditegaskan pula dengan mengantungi beberapa sertifikat usaha. Di antaranya, halal, izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk merek dagangnya.
“Jahe ini saya buat pakai akar ginseng. Tepat pada 10 April 2020, saya sudah buat produknya lalu saya perkenalkan ke orang-orang, dan waktu itu masih pandemi covid-19,” ujarnya.
GKN Jahe Merah Instan diklaim tidak mengandung bahan kimiawi seperti 3P, pemanis, pengawet dan pewarna buatan. Untuk produk jahe merah, sudah ada kandungan gula, tapi rasionya 2:1, sehingga rasa tetap lebih dominan pedas jahe dan ginseng yang agak pahit, ketimbang manis.
Karena tidak mengandung bahan kimia, minuman rempah praktis ini bisa diminum setiap hari. Produk GKN Jahe Merah Instan yang sudah hampir empat tahun sejak diluncurkan itu menjadi pelopor minuman jahe bubuk di Medan.
Bahan Baku Hingga Perjalanan Produk
Merintis bisnis jahe merah di Medan diakui Tiurlan susah-susah gampang. Sulit bagi UMKM yang baru menetas untuk menemukan pasar produk minuman ready to drink jahe merah plus akar ginseng. Apalagi karena minumannya dicap premium alias dibanderol harga cukup tinggi, dan dengan cita rasanya tak semua orang suka.
Banyak orang yang tidak suka minuman jahe merah dengan rasa jahe yang kuat. Sementara produk GKN hampir semua basisnya adalah jahe, sehingga ini menjadi tantangan sendiri buat Tiurlan. Namun dia bertekad membantu konsumen dengan penyakit tertentu balik ke jalur herbal. Apalagi, jahe Indonesia kaya akan manfaat.
Awalnya sulit mempromosikan produk sendiri, tapi lambat laun khasiat jahe terdengar banyak orang. Apalagi waktu itu masih pandemi, yang notabene masyarakat tiba-tiba gemar mengonsumsi rempah untuk meningkatkan imun tubuh.
“Saya dapat orderan (saat merintis di April.red), dari orang-orang yang sakit covid-19. Waktu itu susah untuk mengantar produk juga, apalagi ke rumah sakit. Pokoknya susah zaman covid, dan waktu itu saya masih sendiri,” kenang Tiurlan.
Di satu sisi, bahan baku untuk produk GKN melimpah. Banyak yang menanam tanaman tradisional itu di Sumatra Utara. Tiurlan mendapatkan pasokan jahe dari pekebun di Kecamatan Pahae Jae, sekitar enam sampai delapan jam dari Kota Medan.
Jahe segar itu dihargai sekitar 60.000 per kilogram. Sementara itu, ginseng dipesan dari supplier di Jakarta, yang mengimpor dari China. Nanti, bagian akar ginseng yang kecil-kecil itu akan diambil untuk dicampur bersama jahe merah dan gula, dan voila, minuman herbal ala GKN siap diseduh.
“Jahe saya ambil dari Pahea, sebelum Padang Sidempuan. Kalau ginsengnya saya ambil dari China, ada supplier-nya di Jakarta, saya pesan dalam bentuk kemasan yang ada air di dalamnya, nanti dia tumbuh akar kecil-kecil tuh,” jelasnya.
Perjalanannya merintis pasar berbuah manis. Tiurlan juga boleh berbangga, pada tahun kedua dan ketiga, produk GKN Jahe Merah Instan ini tidak hanya dikenal lokal. Produknya sudah menjangkau konsumen yang berada di Papua, Sulawesi dan Kalimantan.
Adapun Ada dua produk andalan Tiurlan. Pertama, minuman GKN Jahe Merah Instan Premium dengan volume 500 gr dan dibanderol seharga Rp108.500, serta GKN Jahe Merah plus Red Ginseng dan Habbatussauda 500 gr seharga Rp225.500.
Bahkan beberapa agen penjual atau konsumennya, sudah membawa produk GKN Jahe Merah Instan ke mancanegara, seperti Kazakhstan, New Zealand, dan Korea Selatan. Memang Tiurlan belum ekspor langsung, katanya, dia ingin menjadi macan di dalam negeri dulu.

Modal Ratusan Ribu, Omzet Puluhan Juta
Minuman jahe ala GKN adalah produksi rumahan, dibuat di rumah dengan luas tiga kali empat meter yang berlokasi di Medan. Di awal, dia membeli peralatan sederhana seperi kompor, alat pengaduk, dan alat untuk mengupas jahe. Kira-kira, Tiurlan mengeluarkan modal awal sebesar Rp200.000-Rp500.000.
Seiring produknya makin dikenal dan pesanan melejit, dia mulai memutar uang hasil penjualan untuk membeli mesin produksi. Tidak hanya bergantung pada penjualan, Tiurlan juga rajin ikut kompetisi UMKM atau wirausaha dari tahun 2020 sampai 2023.
Melalui kompetisi, dia mempresentasikan profil bisnisnya sekaligus produk andalannya. Dia seringkali menang hingga membawa pulang hadiah jutaan rupiah. Contohnya seperti kompetisi yang digelar oleh perusahaan swasta dan perbankan.
“Saya mengikuti kompetisi dari 2020 sampai 2023, dan menang terus. Ada dari RC Preneur kalau enggak salah, saya dapat Rp10 juta, dari Bank Mestika Rp8 juta, FTD Rp 5 juta, dan SisBerdaya itu dapat Rp20 juta,” kata Tiurlan.
Membuka bisnis minuman alami saat pandemi justru membawa berkah karena banyak peminatnya. Hal itu membuat omzet GKN melejit pada tahun yang sama. Meski omzet cenderung fluktuatif dalam setahun, pada 2020, minuman jahe mampu mencetak omzet paling tinggi Rp20 juta per bulan.
Pada 2021, omzet Tiurlan naik menjadi Rp22 juta per bulan. Namun, pada 2020 omzet GKN anjlok menjadi hanya Rp12-Rp15 juta saja per bulan. Ternyata, penyebabnya, orang-orang mulai beralih dari jahe ke jenis tanaman herbal lain, seperti bunga telang dan lemon campur jahe.
“Di 2020, satu bulannya (omzet) sampai Rp20 jutaan, justru pas covid benar-benar booming sampai kemana-mana, dibeli sampai Nabire, Papua, dan Sulawesi. Kemudian di 2022 turun drastis, mungkin orang mikirnya sudah bukan minuman covid lagi,” ucapnya.
Setelah merintis, kini saatnya mempertahankan bisnis dengan mengikuti perubahan selera pasar. Produknya tidak terbatas hanya di jahe dan ginseng saja. Sejak merintis bisnis minuman sehat yang instan, dia juga melakukan inovasi dan memproduksi beberapa jenis teh rempah, daun dan bunga yang sedang booming, termasuk di Medan dan sekitarnya.
Contohnya, teh bunga telang, rosella, sereh, lemon, daun kumis kucing, daun kelor. Ini dilakukan Tiurlan guna memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen. Bahan baku pun mudah di dapat karena ada di sekitar, atau paling jauh, harus memasok dari luar Kota Medan, tapi masih di Provinsi Sumut.
Tahun ini, teh bunga telang justru jadi andalan GKN, karena penjualannya lebih tinggi dari minuman jahe.
Target Punya Greenhouse dan Solar Panel
Sepanjang menjalankan bisnis, Tiurlan berhasil menaungi satu pegawai tetap yang bertugas di bagian produksi, serta menggaet beberapa ibu rumah tangga sebagai pekerja lepas. Mereka bekerja mengupas jahe secara manual, mengiris rempah-rempah, atau mengaduk sari-sari jahe yang dimasak menggunakan kuali.
Founder GKN Jahe Merah Instan itu memiliki beberapa target yang ingin dicapai dalam jangka menengah dan panjang. Untuk tahun depan, dia berharap bisa menyabet titel penjual resmi di platform e-commerce, seperti titel Shopee Mall dan Tokopedia Official Store.
Dia juga berencana melebarkan sayap menjual produk besutannya ke hotel, restoran dan kafe (horeka) yang lebih jauh, terutama Jakarta karena belum tembus sampai sekarang. Sementara untuk saat ini, jahe merah instan sudah ada di beberapa horeka yang tersebar di Padang, Sumatra Barat, Pekan Baru, Riau, dan Kota Medan.
“Rencana selanjutnya, saya ingin punya greenhouse, kebun sendiri, dan punya panel surya,” imbuh Tiurlan.
Namun, dia mengaku belum bisa mewujudkan keduanya dalam waktu dekat. Dia memperkirakan mungkin wacana greenhouse dan panel surya baru bisa dieksekusi sekitar lima sampai enam tahun lagi, sekitar tahun 2030. Tanah sebelumnya sudah tersedia, tapi dia masih perlu mengumpulkan modal sekaligus memantapkan strategi untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Di sisi lain, Tiurlan berencana membeli food truck sendiri. Ini ditujukan juga untuk memuaskan jiwa berwisata. Dia ingin bisa memasok berbagai jenis produk minuman herbalnya di dalam satu mobil sambil berkeliling, bisa ke Danau Toba, Jakarta, bahkan Bali. Berniaga sembari menikmati hidup, katanya.