c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

27 Desember 2024

21:00 WIB

Menyulap Pelepah Jadi Produk Yang Wah

Bermula dari iseng, pelepah pisang karya Rudi Hermawan (47) kini telah menjamah Nigeria, Argentina, Belgia, hingga Amerika Serikat.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Menyulap Pelepah Jadi Produk Yang <em>Wah</em></p>
<p>Menyulap Pelepah Jadi Produk Yang <em>Wah</em></p>

Perajin Agrominafiber sedang mengayam pelepah pisang menjadi kriya. Dok Instagram/@agrominafiber

KEBUMEN - Tak perlu diperdebatkan, pisang merupakan salah satu buah favorit bagi hampir seluruh umat manusia. Selain kandungan gizi berlimpah, mulai dari kalium, vitamin, serat, dan sebagainya, pisang juga mudah dikonsumsi.

Tak hanya dimakan utuh sebagai buah, beberapa orang juga membuat beragam makanan olahan berbahan baku pisang, mulai dari pisang goreng, pisang coklat, keripik pisang, dan masih banyak lagi.

Makanan olahan pisang memang sudah umum disantap oleh masyarakat. Namun, belum banyak yang tahu pelepah pisang rupanya juga dapat diolah menjadi produk kerajinan.

Adalah Rudi Hermawan (47), salah satu orang yang berhasil mengolah pelepah pisang menjadi beragam produk kerajinan, mulai dari tas, dompet, keranjang, dan lain-lain.

Rudi memulai bisnis kerajinan berbahan baku pelepah pisang pada 2021. Sejak saat itu, dia membubuhkan nama Agrominafiber sebagai brand atas produk yang ia ciptakan.

Rudi mengakui jenama Agrominafiber lahir secara tidak disengaja. Bahkan mungkin, akunya, dia tak pernah terpikir untuk menjadi pengusaha kerajinan pelepah pisang seperti sekarang.

Cerita asal muasal Agrominafiber sejatinya dimulai pada kisaran 2019-2020 silam. Saat itu, tak ada sangkut-paut sama sekali mengenai bisnis perpisangan, lantaran Rudi tengah merintis bisnis ternak ikan nila di Kebumen, Jawa Tengah.

Pada satu waktu, dia merasa suntuk di empang dan melihat ada pohon pisang yang sudah tak lagi berbuah. Keisengan pun dimulai dengan mengotak-atik pelepahnya menjadi sebuah produk keranjang sederhana.

"Awalnya itu saya malah ternak ikan nila. Di sekitar kolam atau empang saya itu banyak pohon pisang. Nah, itu saya iseng menganyam kecil-kecil untuk keranjang," ucap Rudi saat berbincang dengan Validnews, Jakarta, Kamis (19/12).

Memang bukan nasibnya, sepak terjang di sektor perikanan yang diimpikannya tak berjalan semulus yang diharapkan. Mulanya, dia berekspektasi bisa panen dalam tiga bulan setelah melepas 15 ribu benih ikan nila.

Namun nyatanya, panen sangat sulit Rudi dapatkan. Bahkan, hingga enam bulan pertama berkiprah sebagai peternak ikan nila. Untungnya, seiring berjalan waktu, ada beberapa ikan yang layak dihidangkan di meja makan.

Kembali ke kerajinan, keisengan jemari Rudi membuat keranjang awalnya bertujuan supaya produk itu bisa digunakan untuk membawa ikan nila yang sudah siap panen.

"Waktu itu keranjang saja karena sesuai kebutuhan saya untuk menangkap kan gitu. Dari hasil tangkapan, ikan saya taruh di keranjang," katanya.

Melihat ada peluang yang cukup menjanjikan, Rudi rela mengeluarkan modal tak kurang dari Rp20 juta untuk banting setir merintis kriya pelepah pisang. Dana sebesar ini digunakan untuk biaya operasional dan lain sebagainya saat awal menghidupi Agrominafiber.

"Rp20 juta untuk macam-macam, tidak hanya modal, tapi ya buat semuanya lah," terangnya.

Jadi Pemain Pengganti

Jalan kejutan pun kembali Rudi tapaki. Setelah tiba-tiba menciptakan produk kerajinan pelepah pisang dari hasil iseng, produk itu kemudian diikutkan mendapat sertifikasi dari Dinas Koperasi Provinsi Jawa Tengah.

Sedianya, proses sertifikasi tersebut bukanlah jadwal yang harus Rudi ikuti. Karena mulanya, rekan Rudi yang mendapat undangan dari Dinas Koperasi Provinsi Jateng. Namun, rekannya berhalangan hadir dan menawarkan Rudi untuk menggantikan.

"Kebetulan teman saya yang dapat undangan, tapi dia tidak bisa hadir. Lalu, menawarkan saya mau atau tidak, saya bilang boleh lah, akhirnya saya ikutan," tuturnya.

Dari tahapan itu, Rudi berlanjut mengikutkan produk pelepah pisang buatannya ke pameran yang digelar PT Pertamina di Kebumen pada 2022.

Pada tahun yang sama, Bupati Kebumen meminta Rudi untuk bertolak ke BSD mengikuti Trade Expo International (TEI). Buat yang belum tahu, TEI merupakan pameran dagang internasional terbesar di Indonesia yang berfokus pada business to business (B2B) yang diselenggarakan oleh Kemendag.

Setelahnya, Rudi mencatat pesanan terhadap produk kriya Agrominafiber langsung melonjak.

"Dari TEI 2022 ini bersama Kemendag, mulailah order-nya banyak, ke luar negeri, dan segala macam," ungkap Rudi.

Hilirisasi Pelepah Pisang

Berbicara soal sumber bahan baku, Rudi membentuk tiga kelompok pengolah pelepah pisang. Dua dari tiga kelompok itu bisa dibilang sebagai implementasi hilirisasi untuk komoditas pelepah pisang.

Untuk kelompok pertama, Rudi membeli pelepah pisang kering untuk diolah sendiri menjadi produk setengah jadi. Dia sampai mencari bahan baku pelepah pisang ke berbagai desa di Kebumen. 

Kelompok kedua, ada beberapa orang desa yang sudah mengolah pelepah pisang menjadi produk setengah jadi dalam bentuk tali. Nantinya, produk tali itulah yang diolah menjadi produk kerajinan baru.

"Nah itu nanti tali-talinya itu saya ambil, saya beli gitu," sambung Rudi.

Kemudian, kelompok ketiga, ialah orang-orang desa dengan kreativitas tinggi dan mampu mengolah pelepah pisang langsung menjadi produk kerajinan. Hasil kreasi ini pun Rudi beli dan dipasarkan dengan cap Agrominafiber.

"Ada yang memang kreativitasnya bagus, dia (masyarakat) memproduksinya (kriya). Jadi ada tiga kelompok (pengolah pelepah pisang), itu di Kebumen semua," jabarnya.

Pemberdayaan Masyarakat

Dalam menjalankan operasional produksi, Rudi Hermawan turut memberdayakan masyarakat setempat sebagai pengrajin lepas. Bahkan jika orderan menumpuk, dia terpaksa mencari 'pengrajin cabutan' dari desa sebelah, bahkan hingga lintas kabupaten.

Meski begitu, Rudi juga sudah memiliki tujuh pekerja inti yang terbagi pada beberapa job desk, mulai dari pemasaran digital di e-commerce, admin, hingga quality control.

"Tenaga kerja intinya hanya tujuh. Tapi kalau kita butuh produksi banyak, saya harus berdayakan masyarakat, itu di atas 50 (orang), tergantung kebutuhan produksinya," jabar Rudi.

Di lain sisi, memberdayakan masyarakat sebagai pekerja lepas Agrominafiber menjadi salah satu tantangan tersendiri. Pasalnya, dari 20-25 orang yang dikumpulkan dari suatu desa pada sebuah momen produksi, hanya ada 2-3 orang yang dinilainya serius.

"(Kalau) ada pesanan produk baru saya harus belajar tiga hari, mereka baru bisa itu (produksi) 1,5 minggu," urainya.

Manfaatkan Pameran

Ajang pameran UMKM menjadi sarana bagi Rudi Hermawan untuk menggaet pembeli. Tak hanya TEI, Agrominafiber diketahui juga sempat mengikuti ajang Inacraft.

Rudi menyebut dapat menjaring banyak pembeli ketika Agrominafiber mengikuti pameran. Adapun peluang ekspor juga muncul dari menghadiri banyak pameran.

"Waktu itu saya juga dapat undangan dari Kemendag untuk pameran di luar negeri. Masalahnya, hanya booth saja yang difasilitasi, sedangkan ongkosnya saya hitung-hitung hampir Rp100 juta, waduh itu kendala juga," sebutnya.

Tapi, ekspor tetap dijalankan oleh Agrominafiber. Tercatat hingga saat ini, produk kerajinan pelepah pisang hasil karya Rudi Hermawan sudah menjamah Nigeria, Dubai, Belgia, Amerika Serikat, Argentina, hingga Cile.

Dia mengenang, kali pertama produk Agrominafiber diekspor terjadi pada 2022 ke sebuah hotel di Nigeria. Kala itu, pesanan langsung datang dari istri Duta Besar Nigeria untuk Indonesia.

"Itu pertama kali. Kebetulan yang datang itu istrinya Dubes Nigeria. Itu sering banget tuh kalau saya pameran di Jakarta, pasti ada dia lagi," imbuh Rudi.

Sementara itu, untuk pasar dalam negeri, produk Agrominafiber sudah tersebar nyaris ke seluruh wilayah Nusantara, kecuali Papua, Halmahera, serta Nusa Tenggara.

"Papua kayaknya saya belum. Kalau Sumatra sudah, Kalimantan sudah, Sulawesi sudah, Bali juga sudah," ucapnya.

Dia pun bangga, keisengannya di empang nila sudah berhasil memberikan omzet hingga kisaran Rp150-300 juta setiap tahun, dari menjual produk kerajinan berbahan baku pelepah pisang. 

"(Omzet) dalam setahun itu belum ditambah kalau misalnya ada ekspor-ekspor yang beda lagi," ucap Rudi.

Dari pengalaman ini, Rudi berpesan, anak-anak muda dengan jiwa bisnis yang besar harus banyak belajar untuk bisa membuka potensi bisnis dari sekitarnya. Menurutnya, bisnis apapun akan selalu menjanjikan seandainya dijalani dengan tekun, serius, dan fokus.

"Sebetulnya bisnis apapun juga kalau dijalaninya dengan serius gitu, fokus, ya semua pasti ada saja jalannya, ada hasilnya juga," pesannya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar