15 April 2025
17:31 WIB
Menteri ESDM Kulik Peluang Pengembangan Hidrogen
Indonesia dinilai punya bahan baku hidrogen yang melimpah, mulai dari air, gas, hingga batu bara.
Penulis: Yoseph Krishna
Ilustrasi tanki green hydrogen plant atau pembangkit listrik tenaga hidrogen. Shutterstock/r.classen
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meyakini Indonesia punya peluang besar untuk mengembangkan ekosistem hidrogen.
Pasalnya, bahan baku pembuatan hidrogen tersedia melimpah di Nusantara, mulai dari gas, air, hingga batu bara. Khusus batu bara, Indonesia punya predikat sebagai negara dengan cadangan terbesar nomor enam di dunia.
"Indonesia itu adalah cadangan terbesar nomor enam batu bara di dunia. Jadi bagi teman-teman investor, apa yang teman-teman harus lakukan, tidak perlu ragu, kita mempunyai nomor enam di dunia," ucap Menteri Bahlil dalam gelaran Global Hydrogen Ecosystem Summit and Exhibition 2025 di Jakarta, Selasa (15/4).
Kemudian untuk gas, Eks-Ketua Umum HIPMI itu menekankan produksinya bakal meningkat dua kali lipat dalam kurun 10 tahun yang akan datang berkat masifnya kegitan eksplorasi yang dilakukan selama ini.
Bahlil pun bakal mendorong sumur-sumur gas baru agar hasil produksinya diprioritaskan untuk pasar dalam negeri dan proyek hilirisasi, termasuk pengembangan hidrogen.
"Ketiga, kita punya air yang cukup. Negara kita negara kepulauan. Menurut saya tidak banyak negara di dunia yang Allah berikan seperti Indonesia, ada gas, batu bara, air," jelas dia.
Saat ini, Bahlil menilai teknologi pengembangan hidrogen sudah lebih murah dan kompetitif ketimbang beberapa tahun lalu ketika pemerintah memasifkan adopsi kendaraan listrik.
Pasalnya, kala itu teknologi untuk produksi hidrogen masih relatif baru, sehingga harganya belum begitu kompetitif di Indonesia.
"Saya juga pernah ke Timur Tengah, beberapa negara di Eropa, memperkenalkan teknologinya, ini sebenarnya cukup bagus. Dari waktu ke waktu, kekinian, pasti kan biaya overhead-nya itu akan lebih murah, pasti akan lebih kompetitif," jabar Bahlil.
Karena itu, dia meminta agar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi membuat regulasi khusus seputar pengembangan hidrogen.
Pengembangan hidrogen pun diharapkannya bisa menjadi bagian penting dalam agenda transisi energi yang dijalankan oleh Indonesia.
Terlebih, biaya bahan bakar mobil hidrogen bisa lebih murah akibat suplai hidrogen PT PLN. Perusahaan pelat merah itu memperkirakan mobil hidrogen hanya butuh biaya sekitar Rp550 per kilometer (km), sedangkan mobil berbahan bakar minyak atau bensin butuh lebih dari Rp1.000 per km.
"Saya menunggu agar ini bisa menjadi bagian terpenting dalam kontribusi kita kepada bumi, untuk mendorong energi baru terbarukan," pungkas Menteri Bahlil Lahadalia.