11 November 2025
20:44 WIB
Menperin Tak Masalah Relokasi Pabrik Alas Kaki Ke Jawa Tengah
Menperin Agus mengatakan relokasi oleh perusahaan bertujuan menekan biaya produksi supaya produknya bisa lebih kompetitif.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meninjau salah satu produk sepatu lokal yang dipamerkan pada peresmian Gedung Perkantoran Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo, Rabu (5/11/2025). Kemenperin/Dok
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menyoroti soal relokasi industri alas kaki dari Tangerang, Banten ke Jawa Tengah. Ia mengaku tak mempermasalahkan relokasi pabrik, selama masih di wilayah Indonesia.
“Kalau relokasi pabrik, saya harus menyampaikan dengan segala hormat dan mohon maaf, bagi kami di Kemenperin, relokasi pabrik asal dia tidak ada pengurangan kapasitas, enggak ada masalah. Asal di relokasinya di wilayah NKRI, saya tidak masalah,” kata Agus di Kantor Kementerian Perindustrian pada Selasa (11/11).
Agus menambahkan, salah satu alasan relokasi adalah perusahaan bertujuan menekan biaya produksi supaya produknya bisa lebih kompetitif.
“Cost of production itu detailnya ada berapa biaya untuk tenaga kerja, berapa biaya untuk bahan baku. Paling penting untuk pengusaha yang pasti dia cari caranya bagaimana untuk menekan cost of production, sehingga produk mereka bisa lebih kompetitif,” ujarnya.
Dilansir Antara, Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Septian Hario Seto mengatakan 27 pabrik baru akan dibuka di Jawa Tengah pada sektor garmen dan industri alas kaki (footwear).
“Kalau dari studi kita di DEN, ada sekitar 27 pabrik yang baru buka, ini sektornya garmen dan footwear yang penyerapan tenaga kerjanya besar itu memang di Jawa Tengah (Jateng),” katanya di Jakarta, Jumat (24/10).
Berdasarkan catatan DEN, terdapat lebih dari 130 ribu lowongan kerja yang akan dibuka di Jawa Tengah. Secara spesifik, pabrik-pabrik baru tersebut berlokasi di empat kota di Jawa Tengah yakni Brebes, Pekalongan, Tegal dan Pemalang. Pabrik-pabrik tersebut ada yang baru mulai produksi hingga ekspansi.
Pengusaha dinilai memperoleh keuntungan dari segi tenaga kerja karena belum banyak kompetisi antar industri, dan segi logistik karena bisa memanfaatkan Tol Trans Jawa. DEN melihat hal ini menjadi satu peluang untuk membentuk ekosistem di industri garmen dan alas kaki.
“Jadi kalau di baterai kan kita mulainya dari hulu, terus ke hilir ya, dari nikelnya dulu ke hilir. Nah, untuk yang garmen ini kita sudah ada hilirnya, sekarang bagaimana kita develop midstream (tahap tengah antara hulu dan hilir) dan upstream-nya (hulu). Midstream dan upstream-nya, ini akan lebih less labor intensive, tapi kalau ini gak ada, hilirnya juga nanti akan ketergantungan terhadap impor,” ujar dia.
Adapun, tantangan yang dihadapi ialah perusahaan-perusahaan di daerah tersebut kekurangan tenaga kerja, karena 78% para pekerja cenderung keluar masuk (turn over) dari satu pabrik ke pabrik lainnya. Di sisi lain, terdapat kesulitan dalam mengurus perizinan mengingat pabrik-pabrik baru yang ada dibangun di luar kawasan industri seperti di Kendal atau Batang.