07 Mei 2024
17:14 WIB
Menperin: Pabrik Sepatu Bata Tutup Karena Transformasi Bisnis
Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Ilustrasi toko sepatu merk Bata. Shutterstock/GeorginaCaptures
JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, penutupan pabrik sepatu milik PT Sepatu Bata Tbk adalah upaya perusahaan untuk melakukan transformasi bisnis. Harapannya, perseroan dapat kembali sehat dan efisien.
"Mereka sedang melakukan transformasi bisnis dan menyesuaikan kegiatan bisnisnya agar lebih efisien. Kita ketahui bersama mereka telah menjual aset dalam rangka menjadikan perusahaan kembali sehat dan efisien," ujar Agus di Jakarta, Selasa (7/5).
Untuk diketahui, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 1994 dan resmi ditutup per 30 April 2024. Penghentian produksi pabrik sepatu yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta itu telah diumumkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada 2 Mei 2024.
Director and Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko dalam keterangannya kepada BEI pada 2 Mei 2024 menjelaskan, penutupan pabrik di Purwakarta dilakukan karena perusahaan tak mampu lagi melanjutkan produksi di pabrik sepatu Purwakarta.
Hatta menjelaskan permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik juga terus menurun. Selanjutnya, kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia sehingga pabrik pun terpaksa ditutup.
"Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," kata Hatta.
Presiden Joko Widodo pun ikut mengomentari tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta. Dia melihat hal tersebut merupakan pertimbangan perusahaan yang harus melakukan efisiensi atau kalah bersaing dengan produk baru.
"Kalau masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kondisi, karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," kata Presiden Jokowi saat ditemui usai meresmikan IDTH di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa.
Di sisi lain, Presiden menekankan, tutupnya pabrik perusahaan dalam negeri bernama PT Sepatu Bata Tbk itu tidak menggambarkan kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Apalagi, lanjutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I-2024.
Sepi Order
Sebelumnya, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta Didi Garnadi dalam kesempatan terpisah mengatakan, akibat sepi order, PT Sepatu Bata melakukan PHK para karyawannya secara bertahap. Jumlah karyawannya yang terkena PHK sebanyak 233 orang.
Dia menyampaikan, sebelum resmi ditutup, sekitar akhir Maret lalu, pihak perusahaan sepatu Bata melaporkan rencana penghentian produksi di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Purwakarta. Dia pun menyebutkan selama empat tahun terakhir, pabrik sepatu Bata ini mengalami kerugian akibat sepi order.
"Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan terjadinya PHK, karena perusahaannya tutup. Pihak perusahaan telah melaporkan akan menyelesaikan seluruh hak-hak karyawannya yang di PHK, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata dia.
Kebijakan Lartas
Kementerian Perindustrian sendiri mengaku akan memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk. terkait penutupan pabrik tersebut “Kami akan panggil industri alas kaki Bata,” ujar Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif ketika ditemui di Jakarta, Senin.
Adapun hal yang ingin disampaikan oleh Kemenperin ketika bertemu dengan manajemen PT Sepatu Bata, yakni saran untuk memperkuat pabrik sepatu tersebut di Indonesia. Hal tersebut, kata Febri, terkait dengan kebijakan larangan terbatas atau lartas yang bertujuan untuk mengendalikan barang impor yang masuk ke Indonesia, terutama alas kaki.
“Kebijakan lartas ini kan mendorong agar investasi di industri alas kaki atau di sektor-sektor industri yang terkena lartas itu agar masuk, membangun pabrik di Indonesia,” ujar Febri.
Febri menjelaskan, setelah Kemenperin melihat komposisi bisnis PT Sepatu Bata, sebagian besar berada di bidang retail yang diisi dari produk impor. “Manufaktur Bata sendiri hanya sebagian kecil yang memproduksi sepatu, itu pun bahan bakunya berasal dari impor,” kata dia.
Melalui kebijakan lartas, Febri berharap agar industri alas kaki bisa mulai membangun dan memaksimalkan pabrik mereka di Indonesia. Lartas, kata dia, bertujuan untuk mengendalikan impor produk jadi ke Indonesia.
“Untuk (impor) bahan baku kan tetap lancar. Supaya pasar dalam negeri diisi oleh industri dalam negeri,” kata Febri.