29 Juni 2024
15:45 WIB
Menperin: Lingkungan RI Sangat Mendukung Pengembangan Mikroalga
Penulis: Yoseph Krishna
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (dua dari kiri) saat meninjau proses pembuatan bahan baku dari perusahan yang bergerak di bidang bioteknologi, di Kendal, Jawa Tengah, Jumat (28/6/2024). Dok Kemenperin
JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai mikroalga sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia mengingat ada dukungan lingkungan yang memadai.
Keunggulan yang dimiliki Indonesia untuk pengembangan mikroalga, sambungnya, tak lepas dari banyaknya sinar matahari, suhu yang hangat, serta lahan yang cukup.
Mikroalga sendiri merupakan sumber bahan baku untuk berbagai produk, mulai dari makanan, kosmetik dan suplemen, bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat, hingga crude oil.
"Mikroalga juga menyerap CO2 sehingga dapat dimanfaatkan oleh industri dalam pengelolaan emisi," sebut Agus Gumiwang lewat keterangan tertulis, Sabtu (29/6).
Pengembangan industri pengolahan mikroalga sebagai sumber daya alam juga merupakan bagian dari kebijakan prioritas yang dijalankan oleh Kementerian Perindustrian, yaitu hilirisasi industri berbasis agro.
"Di samping itu, pemanfaatan bioteknologi merupakan kunci untuk mewujudkan konsep keberlanjutan perlu diadaptasi oleh industri untuk menyelaraskan pembangunannya dengan kelestarian lingkungan," tambah Menperin.
Salah satu upaya pengembangan bioteknologi mikroalga di Indonesia telah diinisiasi oleh perusahaan PT Evergen Resources. Perusahaan yang berlokasi di Kendal, Jawa Tengah ini dikabarkan telah mengolah mikroalga Haematococcus pluvialis yang dapat menghasilkan astaxanthin.
Zat tersebut merupakan karotenoid yang berguna sebagai pelindung dari oksidasi polyunsaturated fatty acids (PUFA), dapat meningkatkan respons imun, dan menjaga dari efek negatif sinar ultraviolet.
Astaxanthin, kata Menperin, punya potensi menjanjikan dengan penggerak pasar yang terdiri dari peningkatan jumlah konsumen yang sadar akan kesehatan yang menginginkan produk antisoksidan alami, serta populasi dunia yang semakin berumur panjang sehingga terjadi peningkatan produk anti-aging,
"Penggerak pasar lain ialah meningkatnya diet vegan dan diet berbasis tanaman yang berasal dari produk-produk mikro dan makroalga, serta berkembangnya teknologi kultivasi mikroalga dan proses ekstraksi dalam meningkatkan efisiensi produksi," kata dia.
Sementara itu, Founder sekaligus CEO PT Evergen Resources Siswanto Harjanto menjelaskan, pihaknya fokus pada pengolahan mikroalga karena merupakan bahan yang alami dan berkelanjutan. Sebagai superfood, kekuatan astaxanthin ia katakan dapat mencapai 500 kali dari manfaat vitamin E dan 6.000 kali lebih kuat dari vitamin C.
Saat ini, pabrik Evergen Resources memiliki kapasitas terpasang sebesar 192.000 Liter/bulan dengan utilisasi mencapai 80%.
"Evergen berencana untuk melakukan scale up di tahun depan untuk mengembangkan sulfate polysaccharides serta fukosantin," tegas Siswanto.
Lebih lanjut, Menteri Agus Gumiwang mengungkapkan tantangan dalam pengembangan astaxanthin masih cukup besar. Misalnya, biaya produksi dan R&D yang tinggi sehingga menyebabkan terbatasnya daya beli konsumen dan perluasan pasar.
Selanjutnya, astaxanthin juga rentan terhadap kontaminasi dalam produksi sehingga btuh quality control berlapis dan pasar yang cukup kompetitif dengan pemain kunci perusahaan yang berasal dari negara-negara dengan teknologi maju.
“Karenanya dibutuhkan kolaborasi yang strategis antara pemerintah, institusi pendidikan, lembaga riset, dan industri dalam rangka percepatan pengembangan produk dan kebijakan penetrasi pasar,” jelas Menperin.