26 September 2025
08:38 WIB
Menperin Belum Happy Dengan Ranking Indonesia Dalam Ekosistem Industri Halal
Posisi Indonesia dalam ekosistem industri halal di bawah Malaysia dan Saudi Arabia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh SGIER (State of the Global Islamic Economy Report) tahun 2024-2025.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Halal Indo 2025 di BSD, Tangerang Selatan pada Kamis (25/9). ValidNewsID/Ahmad Farhan Faris
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku heran Indonesia sebagai penduduk mayoritas umat Islam terbesar hanya menempati posisi ketiga dalam ekosistem industri halal.
Menurut dia, posisi Indonesia dalam ekosistem industri halal di bawah Malaysia dan Saudi Arabia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh SGIER (State of the Global Islamic Economy Report) tahun 2024-2025.
“Secara umum, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam ekosistem industri halal. Ini catatan kita. Indonesia populasi muslim terbesar di dunia tetapi hanya peringkat ketiga dalam pengembangan ekosistem industri halal,” kata Agus saat acara Halal Indo 2025 di BSD, Tangerang Selatan pada Kamis (25/9).
Untuk itu, Agus menegaskan Kementerian Perindustrian mengawal terus-menerus agar industri halal ini bisa tumbuh dan bisa lebih cepat. Harusnya, kata dia, melihat populasi umat Islam terbesar itu bisa menempatkan Indonesia pada posisi pertama.
“Harusnya, kita easily bisa menjadi ranking satu. Easily, bisa jadi ranking satu. Ranking empat diikuti oleh UEA dan Bahrain ranking kelima,” ungkapnya.
Kata Agus, pemeringkatan ekosistem halal SGIER ini didasarkan pada indikator Global Islamic Economy yang terdiri dari 5 komponen, yaitu finansial yang betul-betul harus dibangun dan diperkuat, regulasi atau regulatory framework, kesadaran masyarakat, sosial, dan inovasi.
Baca Juga: Menperin Proyeksi Potensi Industri Halal 2028 Tembus US$3,36 T
Secara sektoral dalam penilaian ekosistem halal dari 6 sektor ekonomi syariah, lanjut dia, Indonesia menjadi negara paling unggul pada 3 subsektor utama. Ketiganya relevan dengan bidang yang digeluti Kementerian Perindustrian yaitu bidang manufaktur.
Pertama, modest fashion yang berada di peringkat pertama dengan skor 106. Kemudian, farmasi dan kosmetik halal peringkat kedua 89,8. Ketiga, makanan halal yang berada di peringkat keempat. Sehingga, membuat Agus menyoroti posisi makanan halal yang berada di bawah Malaysia, Singapura dan UEA tersebut.
“Makanan halal peringkat keempat. Bayangin, ini unacceptable untuk industri makanan halal kita peringkat keempat,” ujarnya.
Selain itu, Agus juga menyampaikan total investasi di sektor-sektor yang berkaitan dengan industri halal termasuk keuangan syariah pada periode 2023 sampai 2024, yakni sebesar US$5,8 miliar dalam dua tahun.
“Ini masih belum menggembirakan. To be honest, Indonesia merupakan negara dengan investasi terbesar di sektor industri halal dengan nilai US$1,6 miliar pada tahun 2023,” imbuhnya.
Selanjutnya, Agus mengatakan total ekspor produk halal Indonesia tahun 2023 juga mencapai angka US$12,33 miliar. Indonesia menempatkan urutan ke-9 negara eksportir produk halal ke negara-negara OKI.
“Ke-9 enggak boleh tepuk tangan. Kalau udah ke-2, tepuk tangan keras-keras. Ke-9 kita harus bersedih. Kita harus kejar ke-3, ke-2, kalau bisa ke-1,” tegasnya.
Pekerjaan Rumah
Karena itu, Agus menyadari bahwa pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk memperkuat kapasitas produk-produk halal dalam negeri. Namun, kata dia, kondisi ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai refleksi dan movitasi bagi semua, apalagi Indonesia memiliki sumber daya alam yang begitu kaya basis industri yang terus tumbuh, serta pasar domestiknya juga bukan hanya besar, tapi makin lama itu makin kuat.
“Dan Indonesia memiliki comparative advantage yang kuat untuk kita bisa bangkit sebagai produsen dan pengekspor utama dari produk-produk halal di masa depan. Momentum inilah yang harus kita kelola bersama agar Indonesia tidak boleh hanya dijadikan pasar bagi produk-produk halal dunia, tapi kita harus bisa menjadi pusat produksi dan inovasi produk halal global,” bebernya.
Baca Juga: Halal Indo Expo 2025, Kemenperin: Perkuat Hilirisasi Halal ke Pasar Global
Pada kesempatan terpisah, Kepala Pusat Industri Halal Kementerian Perindustrian, Kris Sasono Ngudi Wibowo mengatakan banyak strategi untuk ke depannya menaikkan posisi Indonesia dalam ekosistem industri halal. Salah satunya, kata dia, peningkatan daya saing untuk industri halal harus memperkuat pasokan bahan baku.
“Lalu menambah SDM tentang bagaimana produksi halal, memperkuat infrastrukturnya, mempermudah atau menyederhakanan terkait sertifikasinya,” singkat Kris saat ditemui Validnews di BSD.