c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

08 September 2022

13:00 WIB

MenkopUKM Ajak Perusahaan Besar Bangun UMKM Masuk Rantai Pasok

Korporasi besar harus menjalankan bisnis dengan menciptakan nilai bersama, menghasilkan nilai ekonomi, sekaligus menghasilkan nilai bagi masyarakat

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Dian Kusumo Hapsari

MenkopUKM Ajak Perusahaan Besar Bangun UMKM Masuk Rantai Pasok
MenkopUKM Ajak Perusahaan Besar Bangun UMKM Masuk Rantai Pasok
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. ANTARA FOTO/Maulana Surya

BALI – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak korporasi besar untuk menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR) ke dalam kemitraan dengan usaha kecil agar mereka bisa masuk dalam rantai pasok industrialisasi demi penguatan struktur ekonomi Indonesia.

Dalam Indonesian SDGs Corporate Summit (ISCOS) 2022, Menteri Teten mengakui bahwa 99% struktur ekonomi dikuasai oleh usaha mikro dengan serapan tenaga kerja yang mencapai 97%. Karena itu, kolaborasi banyak pihak sangat diperlukan untuk mengembangkan UMKM mengingat kapasitas kementerian yang masih kecil.

Teten menyebutkan meski UMKM sejatinya bisa menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, namun Bank Dunia telah mengingatkan krisis moneter yang mengakibatkan deindustrialisasi justru menciptakan UMKM yang berorientasi pada ekonomi subsisten.

"Sehingga kami mendorong dan berharap peran CSR perusahaan bisa mendukung pemberdayaan ekonomi, khususnya koperasi dan UMKM agar mampu mengentaskan masalah kemiskinan," ujarnya di Bali, Kamis (8/9).

Teten mengingatkan bahwa setiap perusahaan punya kewajiban tanggung jawab dengan radius 5 km dari wilayah operasi untuk memperhatikan masyarakat miskin. Untuk itu, dia menyarankan CSR perusahaan sebaiknya diarahkan untuk pemberdayaan ekonomi untuk wilayah dengan kategori kemiskinannya ekstrem.

Apalagi, riset yang dipublikasikan UNDP menunjukkan sebagian besar UMKM, yakni di kisaran 94-95% mulai tertarik dengan gagasan praktik usaha ramah lingkungan dan 86-90% tertarik untuk melakukan praktik usaha yang inklusif.

"Aktivitas perekonomian harus mengedepankan peningkatan kualitas hidup manusia untuk jangka panjang tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan harus seimbang agar kesejahteraan tetap tercapai dan alam tetap terjaga," tegasnya.

Karena itu, korporasi besar harus menjalankan bisnis dengan menciptakan nilai bersama, menghasilkan nilai ekonomi, sekaligus menghasilkan nilai bagi masyarakat dengan mengatasi tantangannya.

Langkah itu dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, mulai dari memahami kembali produk dan pasar, mendefinisikan ulang produktivitas dalam mata rantai, hingga membuka kemungkinan pengembangan klaster lokal.

Sebagai contoh, Nestle sudah melakukan desain ulang proses pengadaan kopi. Dalam hal ini, perusahaan tersebut secara intensif melibatkan petani kecil di daerah miskin yang terjebak dalam siklus produktivitas rendah, kualitas buruk, dan degradasi lingkungan.

"Nestle sudah memberi pendampingan terkait praktik pertanian, membantu petani mengamankan stok tanaman, pupuk, dan pestisida, serta membeli produk petani dengan harga yang lebih baik," tandas Teten Masduki.

Lebih lanjut, Menteri Teten menyebut kemajuan UMKM menjadi penentu keberlanjutan ekonomi nasional dengan syarat struktur ekonomi yang didominasi usaha mikro harus segera naik kelas. 

Akselerasi usaha mikro naik kelas itu butuh sinergi yang matang antarpihak terkait sehingga fondasi UMKM semakin kokoh dan siap menghadapi krisis-krisis mendatang.

"Memang bukan hanya Indonesia, tetapi Korea Selatan juga hampir 90% dikuasai UMKM. Bedanya, UMKM mereka sudah cukup matang, bukan lagi tradisional melainkan berbasis kreativitas," kata MenkopUKM.

Tak hanya itu, China pun bisa melakukan ekspor produk UMKM hingga 70%. Menurut Teten, hal itu tak lepas dari UMKM asal Negeri Panda yang berhasil masuk ke rantai pasok global, sedangkan di Indonesia baru sekitar 40% usaha yang menjadi rantai pasok industri.

"Indonesia baru sekitar 40 persen usaha yang menjadi rantai pasok industri. Jika tidak memperkuat UMKM di rantai pasok industri, selamanya UMKM sulit untuk berkembang," jabarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar