10 Juni 2022
18:36 WIB
Editor: Fin Harini
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia berharap para ahli ekonomi syariah mengembangkan kemampuan analitik di bidang makro ekonomi agar bisa memecahkan masalah ekonomi baik nasional maupun global.
“Critical thinking dan intellectual deepening diperlukan agar IAEI memiliki peran nyata dan terbukti memiliki solusi bagi perekonomian kontemporer,” katanya dalam Halalbihalal IAEI yang dipantau di Jakarta, Jumat (10/6), dilansir dari Antara.
Ia menambahkan, anggota IAEI diharapkan memahami dinamika ekonomi baik dari makro global, nasional, maupun hingga yang mikro sektoral dan transaksional.
SDM yang memiliki keahlian ekonomi syariah juga perlu terus beradaptasi dengan mengembangkan konten edukasi. Termasuk untuk meningkatkan literasi ekonomi syariah yang masih terbatas di Indonesia.
“Oleh karena itu diperlukan sinergi pemangku kepentingan dalam memajukan ekonomi syariah Indonesia. Secara internal Dewan Pengurus Pusat IAEI akan bersinergi dengan dewan pengurus di daerah,” katanya.
Sementara secara eksternal IAEI akan terus merangkul seluruh pihak seperti masyarakat ekonomi syariah, komite nasional ekonomi dan keuangan syariah, kementerian dan lembaga, industri, serta perguruan tinggi.
"Kita dapat terus dukung dan satukan visi dan orkestrasi seluruh elemen potensi ekonomi kita dalam mewujudkan cita-cita perekonomian yang adil sesuai prinsip syariah," ucapnya.
Adapun saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan perekonomian nasional dan global setelah pandemi covid-19, antara lain berupa potensi krisis pangan, energi, dan keuangan serta konflik geopolitik.
“Kita baru tiba dari pertemuan anggota Islamic Development Bank (IsDB) di Mesir, di sana kita mengetahui terdapat 57 negara anggota IsDB di luar yang menikmati commodity boom, mereka dalam situasi sangat tidak mudah. Untuk itu, kami menyampaikan bagaimana IAEI terus berkontribusi,” ujarnya.
Sumbangan IAEI
Ia melanjutkan, IAEI terus mengarusutamakan ekonomi syariah untuk menjawab tantangan strategis global dan nasional.
Hal itu dilakukan melalui keterlibatan IAEI dalam sejumlah agenda global dan nasional penting seperti COP26, Presidensi G20 Indonesia, pembuatan kebijakan seperti RUU Ekonomi Syariah, Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan pencapaian sustainable development goals (SDGs).
"Kegiatan IAEI juga mendorong peningkatan kapasitas SDM dan riset ekonomi dan solusi mismatch antara industri syariah dan perguruan tinggi," katanya.
IAEI terus meluruskan persepsi masyarakat yang kurang tepat terkait praktik ekonomi syariah seperti pengelolaan dana haji, mendorong pembangunan ekosistem industri halal, dan mendorong riset serta pengembangan pasar modal syariah Indonesia.
Sepanjang 2021, Menkeu menyebutkan bahwa IAEI menyelenggarakan sejumlah program unggulan, antara lain Syariah Business and Academic Synergy (SBAS), The 5th Annual Islamic Finance Conference, dan International Islamic Fiqh Academy (IIFA) Conference.
"IAEI juga berhasil menerbitkan satu International Journal of Islamic Multifinance, dua buku. 7 program dan buletin ilmiah, dan 96 karya ilmiah terindeks scopus yang dipublikasikan oleh Penulis DPP IAEI," katanya.
IAEI juga berhasil menyelenggarakan program Buletin Riset Ekonomi Keuangan Syariah (BREAKS), meluncurkan Buku Bunga Rampai 30 Tahun Ekonomi Syariah Indonesia, dan penandatanganan kerja sama strategis manajemen perbankan syariah bersama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
"Adapun capaian internasional IAEI antara lain berhasil menyelenggarakan 1st Economics Education Summit, menjadi tuan rumah The 13st International Conference on Islamic Economics, dan melaksanakan audiensi dengan sekretaris jenderal International Islamic Fiqh Academy (IIFQ)," ucapnya.