c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

05 Mei 2025

08:00 WIB

Mengenal Worldcoin, Proyek Kripto Yang Dibekukan Komdigi

Komdigi membekukan sementara TDPSE proyek kriptp Worldcoin dan WorldID lantaran lantaran aktivitas pengumpulan data biometric yang mencurigakan. 

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">Mengenal Worldcoin, Proyek Kripto Yang Dibekukan Komdigi</p>
<p id="isPasted">Mengenal Worldcoin, Proyek Kripto Yang Dibekukan Komdigi</p>

Chief Information Security Officer Tools for Humanity Adrian Ludwig dan GM Tools for Humanity Indonesia Wafa Taftazani saat memperkenalkan teknologi World dengan perangkat keras Orb di Jakarta, Selasa (11/2/2025). Antara/Muhammad Fadlan Nuril Fahmi

JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) proyek kripto Worldcoin dan WorldID, lantaran aktivitas pengumpulan data biometric yang mencurigakan.

“Langkah ini diambil menyusul laporan masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan yang berkaitan dengan layanan Worldcoin dan WorldID,” sebut Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital, Alexander Sabar, di Jakarta, Minggu (4/5).

Ramai diperbincangkan di media sosial, Worldcoin mengajak warga untuk memindai bola mata melalui perangkat bernama The Orb. Sebagai imbalan untuk data biometric yang diberikan, warga mendapatkan dana hingga Rp800.000.

Sementara itu, dilansir dari laman resminya, World menyebut memudahkan lebih banyak orang Indonesia untuk mengakses dan berpartisipasi dalam ekonomi digital yang berkembang pesat. Ini dimulai dengan mengunduh World App, dompet digital mandiri yang gratis milik World.

“Orang Indonesia yang memverifikasi World ID mereka di Orb, kamera mutakhir dari World, juga memiliki akses ke alokasi gratis opsional 39.063714 token WLD* yang dapat diklaim setiap bulan selama satu tahun,” papar World, diakses pada Senin (5/5) pukul 7.28 WIB.

Alexander menambahkan, Komdigi juga akan segera memanggil PT. Terang Bulan Abadi dan PT. Sandina Abadi Nusantara untuk memberikan klarifikasi atas dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik.

“Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” ujarnya.

Hasil penelusuran awal Komdigi menunjukkan PT. Terang Bulan Abadi belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki TDPSE sebagaimana diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan. Di sisi lain, layanan Worldcoin tercatat menggunakan TDPSE atas nama badan hukum lain, yaitu PT. Sandina Abadi Nusantara.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik serta Peraturan Menteri Kominfo Nomor 10 Tahun 2021 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat, setiap penyelenggara layanan digital wajib terdaftar secara sah dan bertanggung jawab atas operasional layanan kepada publik.

“Ketidakpatuhan terhadap kewajiban pendaftaran dan penggunaan identitas badan hukum lain untuk menjalankan layanan digital merupakan pelanggaran serius,” tegas Alexander.

Worldcoin dan Target Memindai Iris Mata 
Worldcoin adalah proyek kripto yang didukung Tools for Humanity, perusahaan teknologi yang didirikan oleh Sam Altman, Alex Blania dan Max Novendstern. Adapun World merupakan platform open source dari Tools for Humanity.

Tools for Humanity meluncurkan teknologi bernama Proof of Human, sebuah teknologi dengan sistem yang bisa memverifikasi dan membedakan manusia asli dengan identitas artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) tanpa menggunakan identitas privasi pada platform World.

General Manager Tools for Humanity Indonesia Wafa Taftazani di Jakarta, Selasa (11/2) dilansir dari Antara menyebutkan World menjawab kebutuhan masyarakat untuk membedakan manusia asli atau identitas AI secara aman, anonim dan tepercaya.

Pasalnya, World tidak meminta dan menyimpan data pribadi penggunanya. Proses verifikasi dari World tidak memerlukan nama, alamat, NIK, tanggal lahir serta data pribadi lainnya, sehingga menjadi terobosan dalam keamanan digital untuk menjaga privasi seseorang.

"Menurut kami ke depannya harusnya di dunia online yang aman dan private. Orang tidak perlu lagi meng-upload atau memberikan data pribadinya ke pihak lain. Cukup dengan menggunakan World ID sudah bisa membuktikan kalau ini memang manusia asli, bukan bot atau bukan AI. Kira-kira itulah sistem yang kami buat," ucap Wafa.

Proses verifikasi untuk mengenali manusia asli dilakukan dengan menggunakan The Orb, perangkat keras berbentuk bulat yang memanfaatkan neural network AI untuk memverifikasi identitas manusia melalui iris mata manusia dan dikonversi menjadi kode unik. Iris mata memiliki keunikan seperti sidik jari.

Solusi ini dapat melindungi masyarakat dari tindakan pencurian data pribadi, penipuan deepfake, serta ancaman digital lainnya.

Saat ini, World sudah hadir di lebih dari 20 negara. Di Asia, Indonesia menjadi negara selanjutnya setelah diluncurkan di Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura dan Filipina.

Laporan Technology Review pada 6 April 2022 menunjukkan pengumpulan data biometrik iris mata ini sudah pernah dilakukan di Desa Gunungguruh, Sukabumi, Jawa Barat, pada fase pengembangan teknologi ini. Pada saat itu, warga yang memindai bola maa menggunakan Orb mendapatkan imbalan bantuan sosial berupa rupiah.

Kepala Eksekutif Worldcoin Alex Blania mengakui ide mengumpulkan data iris mata dalam jumlah besar terkesan mengerikan. Namun, ia meyakini ini hanyalah semacam persepsi yang pada akhirnya akan teratasi.

"Ada reaksi langsung terhadap biometrik, dan khususnya pemindaian kami," katanya dilansir dari Bloomberg, 7 Agustus 2023. "Namun, teknologi ini sebenarnya menjaga privasi, dan kami yakin ini akan menjadi sangat, sangat penting."

Kemampuan membedakan antara manusia dan bot atau agen AI menjadi alasan. World ID terverifikasi Orb seperti tanda centang biru yang secara anonim memungkinkan situs web dan aplikasi mengetahui bahwa orang yang memegang World ID adalah manusia yang terverifikasi. Ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kepercayaan dan memerangi misinformasi online

Worldcoin bahkan menargetkan memindai mata semua orang di dunia. 

Bukanlah suatu kebetulan bahwa Sam Altman, kepala eksekutif pengembang ChatGPT OpenAI, adalah salah satu pendiri Worldcoin. Jika perusahaan Altman secara tidak sengaja menyebabkan internet dipenuhi dengan misinformasi, Worldcoin dimaksudkan untuk meringankan rasa sakit dengan mempermudah pemblokiran bot.

Jika kemungkinan distopia itu tidak cukup untuk menarik orang untuk memberi Worldcoin akses sementara ke data biometriknya, maka ada kemungkinan kedua. Worldcoin menciptakan mata uang kripto yang diberikan kepada siapa saja yang memindai retina. Pengguna menerima 25 token untuk mengirimkan hasil pemindaian, dan operator Orb, yang merupakan kontraktor independen yang bertugas memindai sebanyak mungkin bola mata, juga mendapatkan token.

Kekhawatiran Keamanan
Worldcoin menjanjikan keamanan data terjaga. World menempatkan masyarakat Indonesia dalam kendali atas data digital mereka, dan jaringan ini dirancang dengan kepercayaan dan privasi sebagai intinya.

Dalam lamannya, World menyebut orang Indonesia bisa mempertahankan kendali penuh atas informasi yang digunakan untuk memverifikasi World ID mereka. Informasi tersebut disimpan dengan aman hanya di perangkat mereka, bukan oleh World atau dengan pihak ketiga mana pun. World juga menggunakan teknologi canggih seperti Komputasi Multi-Pihak Anonim dan bukti tanpa pengetahuan untuk menjaga data peserta tetap pribadi dan tindakan tetap anonim.

Sebagai bagian dari komitmen World untuk Indonesia, kontributor jaringan telah mulai bekerja dengan mitra utama di Indonesia. Ini termasuk bermitra dengan Foreign Policy Community of Indonesia untuk kompetisi esai AI nasional.

World juga menyebut, sebuah diskusi sedang berlangsung dengan Kantor Komunikasi Kepresidenan untuk memastikan keselarasan dengan inisiatif privasi dan digital strategis Indonesia.

Dalam artikel Bloomberg, Worldcoin telah mengumpulkan sekitar 2,2 juta pemindaian retina hingga 7 Agustus 2023. Meskipun para kritikus mempertanyakan alasan orang yang mau memindai bola mata mereka, dan regulator bertanya apakah Worldcoin cukup berhati-hati dengan informasi pribadi pengguna.

Sejauh ini, otoritas di Inggris dan Jerman telah mengumumkan penyelidikan. Begitu pula Prancis. "Legalitas pengumpulan ini tampaknya dipertanyakan," regulator privasi digital negara itu mengatakan kepada Reuters, mengacu pada pemindaian bola mata. Dan pada 2 Agustus, pemerintah Kenya mengatakan untuk sementara melarang Worldcoin beroperasi di negara itu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar