c

Selamat

Kamis, 28 Maret 2024

EKONOMI

08 November 2021

21:00 WIB

Mendulang Maslahat Dari Plastik Yang Terbuang

Novita Tan dan Ovy Sabrina memproduksi bata dari serpihan sampah plastik yang tertolak

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Dian Kusumo Hapsari

Mendulang Maslahat Dari Plastik Yang Terbuang
Mendulang Maslahat Dari Plastik Yang Terbuang
Proses Produksi Pembuatan Rebricks Pavers . Instagram/@rebricks.id

JAKARTA – Sampah plastik diolah menjadi pot atau wadah tanaman, tas belanja, hingga pajangan atau hiasan di rumah. Itu biasa, kan. Namun di tangan Novita Tan dan Ovy Sabrina, sampah plastik justru diolah menjadi paving block dan batako. Produk ini dinamakan Rebricks atau dalam bahasa Indonesia berarti bata daur ulang.

Bisnis yang masuk kategori ramah lingkungan itu didirikan kedua sahabat itu setelah melihat fakta banyaknya sampah plastik yang terbuang ke laut, dari gunungan sampah yang harusnya terolah di darat.

Pendirian Rebricks dilatarbelakangi keinginan Novita untuk menyediakan bahan bangunan ramah lingkungan yang tahan lama, andal, dan aman bagi masyarakat. Sekaligus memaksimalkan pemanfaatan sampah plastik dengan tidak hanya menjaganya dari tempat pembuangan akhir, tetapi secara proaktif menggunakan limbah ini secara konstruktif.

Sumber Sampah
Sampah plastik yang diolah Rebricks bukan sampah asal plastik yang digunakan justru yang biasanya ditolak dari sistem daur ulang tradisional, yakni saset dan banyak jenis plastik kemasan serupa. Dari banyak jenis sampah plastik yang bisa didaur ulang meliputi PET, PE, plastik keras, tutup botol, gelas plastik dan sebagainya, hanya sachet dan plastik kemasan serupa yang tidak diterima oleh Bank Sampah.

Jadi bisa dibayangkan, kumpulan sampah plastik seperti bekas kemasan beras, mi instan, kopi, gula, serta kemasan isi ulang minyak goreng dan sabun cuci–yang menjadi konsumsi sehari-hari–hanya akan mencemari lingkungan. Dengan tertanam di tanah atau hanyut di laut, jenis sampah ini takkan terurai hingga ratusan tahun sebagaimana umumnya masa plastik terurai secara alami.

“Sebenarnya tidak sachet saja, kami juga terima sampah plastik lembaran atau lunak yang ditolak oleh bank sampah. Kami sebutnya sih sampah tertolak. Di dalamnya ada multilayer, seperti saset, plastik keresek, kemasan plastik lunak untuk produk isi ulang minyak goreng. Jadi kami terima jenis seperti itu,” jelas Chief Operating Officer Rebricks, Ovy melalui keterangan yang diterima Validnews, Senin (8/11).

Pada masa awal pendirian Rebricks, Novita dan Ovy turun tangan mencari sampah plastik kemasan di warung-warung makanan sekitar Jakarta. Warteg hingga warkop mereka sambangi untuk mendapatkan bahan baku pembuatan batako dan balok daur ulang itu.

Seiring berjalannya waktu, Rebricks menerima sampah dari rumah tangga, yang digaungkan melalui media sosial. Mereka menerima sampah dari rumah karena kapasitas mesin produksi bata daur ulang masih terbatas.

“Kenapa kita fokus ke rumah tangga, awalnya itu kita bingung kan mau ambil sampah dari mana sebenernya. Pertama kita launching pada November 2019, mulai ngajakin orang-orang kirim ke drop point kita,” sambung Ovy yang juga menjabat sebagai co-founder Rebricks.

Tak disangka, jumlah sampah yang diterima hanya dari kalangan rumah tangga, sudah banyak dan mencukupi kebutuhan bahan baku untuk memproduksi bata. Ide Rebricks diterima baik oleh masyarakat. Ini terbukti dari banyaknya jumlah sampah yang datang dalam keadaan sudah dipilah dan bersih.

“Di sisi lain, kami harus mengimbangi antara sampah yang kita terima atau supply, dengan permintaan barangnya atau demand,” papar Ovy soal alasan Rebricks fokus pada sampah rumah tangga.

Sebagai informasi, satu mesin daur ulang milik Rebricks dapat menghasilkan 100 m2 bata per hari, mengolah setara 88.000 sampah sachet. Sementara, hingga 7 November 2021, Rebricks telah menerima 17,500 kilogram sampah plastik. Dari materi ini, mereka telah memproduksi 10.000 kg sampah tersebut menjadi produk bata daur ulang. Artinya, ada masih ada surplus bahan baku sampah sekitar 75%.

Chief Executive Officer, Novita Tan bahkan mengaku bahwa sampah plastik yang mereka terima sejak pandemi tahun lalu, meningkat tajam. Hal ini semakin menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat untuk memilah sampah rumah tangganya sebenarnya juga meningkat. Antusiasme ini juga terlihat dari adanya 1.210 orang yang disebut rebrickers pada 2020. Mereka adalah yang menyumbangkan sampah dari 14 kota melalui 14 penyedia jasa ekspedisi.

“Sejak pandemi tahun lalu, meningkat sekali jumlah sampah yang dikirimkan ke drop point, kita punya tiga drop point. Dimana setiap drop point bisa dibilang lebih dari 50kg sampah diterima setiap harinya, dalam keadaan bersih dan sudah terpilah,” terang Novita, Jumat (5/11).

Meski demikian, Rebricks tak menutup diri untuk bersinergi dengan penghasil sampah skala besar, seperti perusahaan. Mereka menegaskan, sampah dari perusahaan bisa diterima dalam bentuk kerja sama, dimana perusahaan memberikan sampah sekaligus menyerap kembali produk bata dari sampah yang diberikan.

Kelahiran Rebricks
Lahirnya bisnis ini berihwal dari Ovy dan Novita yang sedari kuliah berteman dan punya kepedulian sama terhadap masalah lingkungan. Kesamaan pandangan ini membawa keduanya fokus menciptakan bisnis yang lebih ramah lingkungan.

Dengan bantuan keluarga Ovy yang telah berkecimpung di industri konstruksi selama lebih dari 30 tahun, muncullah ide untuk membuat bahan bangunan dari sampah plastik. Rebricks memilih untuk memroduksi bahan bangunan dengan asumsi masyarakat selalu membutuhkan bahan bangunan dalam jumlah banyak. Hal ini jika diasumsikan dengan menggunakan Rebricks, banyak sampah plastik yang akan terolah.

Selama hampir dua tahun, Novita dan Ovy meneliti jenis bahan apa yang perlu ditangani. Mereka mengkaji, bagaimana bahan tersebut bisa diubah menjadi barang seperti paving block dan menciptakan teknologi untuk itu.

“Kami ingin Rebricks menjadi berpengaruh. Kami menolak banyak peluang bisnis yang tidak memenuhi misi kami berkali-kali. Itu membuat kami sangat fokus pada pengembangan produk Rebricks dan menciptakan dampak yang kami bayangkan,” jelasnya.

Di sisi kapasitas produksi, saat ini Rebricks dapat mendaur ulang sampah dari 88.000 plastik sachet per hari dan 33 juta saset  menjadi bahan bangunan per tahun. Kemudian, lebih dari 100.000 bata ramah lingkungan telah dibuat oleh Rebricks, dari sampah-sampah plastik yang berhasil dikumpulkan. 

Keduanya pun menginspirasi banyak orang dengan gerakan membantu memperbaiki lingkungan. Yang dilakukan keduanya, sejalan dengan target pemerintah menekan jumlah sampah plastik sekitar 75% dalam empat tahun ke depan. Sejumlah kota di Indonesia juga telah menerapkan larangan penggunaan plastik sekali pakai.

Dari bisnis daur ulang tersebut, tak jarang Novita dan Ovy masuk dalam nominasi sejumlah penghargaan. Salah satunya masuk tiga besar Circular Innovation Jam dari 430 peserta dan 25 finalis yang berasal dari Indonesia, Vietnam, Filipina, Thailand, dan India.

Produk Dijual
Hingga saat ini, Rebricks telah memiliki dua produk bahan bangunan daur ulang, yakni paving block yang diberi nama Rebricks Paving, serta Batako Rebricks

Rebricks Pavers sendiri terbuat dari kombinasi bahan-bahan paving block tradisional dan sampah plastik. Pavers merupakan salah satu bahan bangunan sebagai alternatif penutup permukaan tanah.

Produk ini memiliki berat 2 kg dengan kekuatan tekan hingga 250 kg per cm2. Fungsi Rebricks Pavers setara paving block tradisional. Fungsinya adalah agar tidak menimbulkan genangan air di permukaan jalan karena berpori-pori, tidak menutup area resapan air sehingga ramah lingkungan karena, serta tidak membuat permukaan jalan menjadi licin.

Rebricks Pavers juga dianggap bernilai estetika dengan berbagai variasi bentuk yakni persegi, kubus, dan hexagonal. Dalam klaim produknya paving block buatan Rebricks dijamin awet, jika direnovasi bisa dipindah ke lokasi lain.

Salah satu produk Rebricks yang pertama lahir ini, dapat digunakan di taman, lahan parkir, dan lapangan. Paving block tersebut dibanderol dengan harga Rp110.000 per m2. Luas tersebut, setara 44 paving block persegi, 22 paving block kubus ukuran 21, 88 paving block kubus ukuran 10,5, dan 25 paving block hexagonal. Dalam tiap block, terdapat 20 sampah saset. Bahkan, dalam 1m2 Rebricks Pavers, terdapat 880 sampah plastik sachet.

Produk selanjutnya adalah Batako Rebricks yang diberi nama Hollow Blocks, batako berlubang yang dibuat dari campuran sampah plastik sachet. Batako adalah salah satu bahan material untuk membangun dinding. Produk ini baru dirilis pada Kuartal I 2021, dengan ukuran sama seperti batako standard yakni 9x19x39 cm.

Diinformasikan bahwa Hollow Blocks memiliki beragam kekuatan sesuai SNI yakni 65-75 kg per cm2. Produk ini berfungsi sebagai isolasi udara, sekaligus menguntungkan lingkungan karena dalam satu Rebricks Hollow Blocks mengandung 80 sampah plastik sachet. Sementara, dalam 1m2 Rebricks Hollow Blocks berhasil mendaur ulang 960 sampah plastik sachet.

Ovy menambahkan, selain menggunakan metode ramah lingkungan dengan sampah plastik diparut dan dicetak, tidak ada pembakaran plastik pada pembuatannya. Kemudian, produk Rebricks dirancang dan dikunci untuk mencegah kebocoran mikroplastik.

“Kami juga mempraktikkan ekonomi sirkular. Dimana produk Rebricks mampu bertahan hingga 20 tahun lebih. Dapat digunakan kembali, didaur ulang kembali, serta diproduksi ulang,” tandasnya.

Perlu diketahui, Rebricks telah mengantongi sejumlah sertifikat, seperti uji tekan berdasarkan SNI 01-06-1993 dari Kementerian Perindustrian untuk penggunaan produk pada lahan parkir, trotoar, dan taman. Ada pula Combusting Test, British Standard 476 : Part 4 1970 : Fire test on building material and structure.

Dalam sebuah testimoni, seorang Arsitek sekaligus pembeli Rebricks, Andi Subagio mengakui keunggulan produk bata daur ulang asal Indonesia tersebut. Menurutnya, Rebricks tidak hanya berinovasi di produk tetapi juga mampu bersaing dengan bahan bangunan yang sudah ada sebelumnya.

“Contoh paving versi lama atau konvensional yang tidak ada plastiknya, ternyata tidak lebih murah dibandingkan paving yang ada plastiknya. Sedangkan kalau yang sekarang ada, kita kalau mau beli material-material yang sudah bersertifikasi misalnya kayu yang bersertifikasi itu biasanya lebih mahal ketimbang kayu-kayu yang belum bersertifikasi,” terang Andi seperti disimak Validnews, Senin (8/10).

Hingga kini, perusahaan besutan kedua sahabat itu masih membuka terhadap kontribusi pemasokan sampah. Jika Anda berminat, bisa mendaftarkan diri menjadi Rebrickers. Ingat, plastik yang Rebricks terima hanya sampah dari rumah tangga dengan maksimal berat 5 kg. Jenis sampahnya antara lain, sachet atau plastik kemasan isi ulang, bungkus toko online atau bubble wrap, dan label kemasan botol.

Sebelum dikirim melalui drop box, masyarakat harus terlebih dulu memilah sampah plastik yang akan disumbangkan, serta membersihkan plastik dimaksud untuk dikirim dalam keadaan kering. 

Sampah plastik dapat dikirim ke tiga drop point, yakni Rebricks (PD. Serba Guna) di Ciputat, Tujutiga Suite di Setiabudi, dan Mom Hub Kelapa Dua Tangerang. Informasi lain yang dibutuhkan, juga tertera padalaman Rebricks Involved.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER