c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

21 Agustus 2023

14:47 WIB

Mendag RI Usul ASEAN Kaji Impor Gandum Rusia Lewat China-India

ASEAN menyumbang 15% impor gandum global pada tahun 2021.

Editor: Fin Harini

Mendag RI Usul ASEAN Kaji Impor Gandum Rusia Lewat China-India
Mendag RI Usul ASEAN Kaji Impor Gandum Rusia Lewat China-India
Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam pertemuan konsultasi Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dan Rusia di Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/8/2023). (ANTARA/Indra Arief Pribadi)

SEMARANG - Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan mengusulkan kepada negara-negara di Asia Tenggara untuk mempertimbangkan impor gandum dari Rusia melalui China atau India.

“Tadi kami mendiskusikan kalau mau lebih mudah bisa melalui India atau melalui Tiongkok. Itu bisa lebih mudah,” kata Zulhas, sapaan Mendag, saat ditemui seusai pertemuan konsultasi Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) dan Rusia di Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/8), dilansir dari Antara.

Menurut Zulhas, yang juga Ketua Menteri Ekonomi ASEAN 2023, impor gandum dari Rusia melalui India dan China akan lebih mudah karena ASEAN tidak memiliki hambatan distribusi logistik ke dua negara tersebut.

Dilansir dari East Asia Forum, ASEAN menyumbang 15% dari impor gandum global pada tahun 2021. Impor gandum melebihi produksi di ASEAN dengan rasio 244:1. Mayoritas impor gandum berasal dari Ukraina, sehingga perang Rusia-Ukraina secara mengejutkan telah mengganggu ekspor gandum ke Asia Tenggara dan menyebabkan harga melonjak.

Baca Juga: FAO: Di 2023, Biaya Impor Pangan Global Akan Naik Menjadi US$1,98 T

Indonesia merupakan importir gandum terbesar di ASEAN. Pada 2021, Indonesia mengimpor gandum senilai US$3,5 miliar. Impor gandum digunakan untuk memproduksi makanan pokok Indonesia, antara lain mi, roti, dan makanan yang dipanggang. Indonesia sangat bergantung pada impor gandum untuk makanan dan pakan ternaknya.

Usai perang pecah, Turki dan PBB menginisiasi Black Sea Grain Initiative yang memungkinkan Ukraina mengekspor gandum, jagung dan biji-bijian lainnya. Namun, pada 17 Juli 2023, Rusia meninggalkan kesepakatan itu lantaran merasa Black Sea Grain Initiative tidak bisa mengakomodasi kepentingannya. 

Ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia tetap terkendala. Rusia merupakan salah satu eksportir biji-bijian terbesar di dunia.

Ekspor pangan via Laut Hitam telah merosot dari puncaknya, yakni 4,2 juta metrik ton, pada Oktober 2022 menjadi 1,3 juta metrik ton pada Mei 2023, yang merupakan volume terendah sejak kesepakatan biji-bijian tersebut mulai diberlakukan.

Namun, sebut Zulhas, pemerintah Indonesia tidak khawatir soal hambatan impor gandum Rusia. Pasalnya, terdapat pasokan dari negara-negara di Benua Amerika seperti Kanada dan Amerika Serikat yang bisa mencukupi ketersediaan nasional.

Rusia Mitra Dagang Penting ASEAN
Dalam pertemuan konsultasi itu, Zulhas menyebut ASEAN dan Rusia memang membahas pasokan pertanian dari Rusia ke ASEAN.

Beberapa bidang lain yang dibahas ASEAN dan Rusia, antara lain, implementasi kerja sama perdagangan dan investasi ASEAN-Rusia seperti workshop perdagangan daring ASEAN-Rusia, sektor pariwisata, konektivitas via penerbangan langsung, keamanan digital khususnya pembayaran elektronik dan animasi kreatif.

Dalam kesempatan itu, Zulhas menyebut Rusia merupakan mitra dagang dan investasi penting bagi ASEAN yang mana saat ini menempati peringkat kesembilan sebagai investor di kawasan Asia Tenggara dan di posisi yang sama untuk neraca perdagangan.

"Rusia merupakan mitra dagang yang penting bagi ASEAN, Rusia peringkat ke-9 investasi terbesar di ASEAN pada 2022, di antara mitra dialog ASEAN," kata Zulhas.

Zulhas mengatakan, blok Asia Tenggara memerlukan dukungan Rusia untuk memperkuat kesatuan dalam menghadapi berbagai tantangan global ke depan.

Dalam pertemuan konsultasi itu, delegasi Rusia dipimpin oleh Direktur Jenderal Departemen Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Proyek Khusus Kementerian Kerja Sama Ekonomi Federasi Rusia Nikita Kondratyev.

Baca Juga: FAO: El Nino 2023 Ancam Ketahanan Pangan Global

Di depan delegasi Rusia, Zulhas memaparkan bahwa peran ASEAN sangat penting dan relevan. Asia Tenggara juga menjadi tempat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan bertekad untuk menciptakan arsitektur pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

"Pertemuan ini jadi momentum penting untuk memperkuat ekonomi ASEAN dan Rusia," kata dia.

Sementara itu, Kondratyev menjelaskan omzet perdagangan ASEAN dan Rusia telah meningkat 20% mencapai US$20 miliar, yang merupakan tertinggi sejak 2014.

Karena itu, Rusia ingin memperdalam hubungan perdagangan dengan ASEAN. "Kita perlu memperdalam dan memperluas dialog kita di sejumlah bidang utama yang harus kita fokuskan pada menjaga rantai pasokan yang stabil dan mengembangkan keberlanjutan," kata Kondratyev.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar