c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

21 Januari 2023

18:00 WIB

Mendag Pimpin Delegasi Misi Dagang Indonesia Ke Arab Saudi

Salah satu agenda misi dagang ini membuka ritel modern untuk memasarkan produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM) Indonesia

Mendag Pimpin Delegasi Misi Dagang Indonesia Ke Arab Saudi
Mendag Pimpin Delegasi Misi Dagang Indonesia Ke Arab Saudi
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. dok.Antara Foto/Aprillio Akbar

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan bertolak ke Arab Saudi untuk memimpin delegasi misi dagang Indonesia, demi meningkatkan perdagangan kedua negara.

Misi dagang ke Arab Saudi kali ini dijadwalkan berlangsung pada 21—23 Januari 2023. Salah satu agendanya membuka ritel modern untuk memasarkan produk-produk usaha kecil dan menengah (UKM) Indonesia.
 
"Pada misi dagang ini, kami meninjau peluang untuk membuka ritel modern Indonesia di Madinah, Mekkah, dan Jeddah oleh para pelaku usaha Indonesia. Dengan adanya gerai modern di Arab Saudi, maka upaya pelaku UKM untuk memasarkan produknya akan semakin mudah. Ini tentunya juga akan mendorong kinerja ekspor nasional," ujar Zulkifli dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (21/1).
 
Menurut Zulkifli, kunjungan warga negara Indonesia (WNI) ke Arab Saudi terus mengalami peningkatan. Saat ini kunjungan WNI ke Arab Saudi tercatat sekitar dua juta orang dan diperkirakan beberapa tahun mendatang akan meningkat menjadi lima juta orang.
 
"Ini merupakan pasar yang sangat besar yang harus dapat dimanfaatkan dengan optimal. Oleh karena itu, kami terus berupaya agar hubungan dagang dapat terus ditingkatkan," tuturnya.
 
Misi dagang ke Arab Saudi merupakan salah satu bagian dari program pengembangan pasar baru, khususnya pasar ekspor non-tradisional. Ini adalah tindak lanjut misi datang ke pasar non-tradisional yang sebelumnya dilakukan di Uni Emirat Arab dan India.
 
"Setelah Arab Saudi, juga akan dilakukan misi dagang ke Eropa Timur, Asia Selatan, Asia Tengah, dan Amerika Latin. Kalau kita ingin menjadi negara maju 2045 memang harus menguasai belahan dunia. Kalau kita tidak masuk sekarang tentu kita akan terlambat," ujar Zulkifli.
 
Selain upaya penjajakan pembukaan gerai ritel modern, Zulkifli dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Kerajaan Arab Saudi Majid Bin Abdullah Al Qasabi. Lalu, melakukan pertemuan dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Arab Saudi, pertemuan dengan Otoritas Pangan dan Obat-obatan (SFDA) Arab Saudi, serta pertemuan dengan Dewan Kerja Sama bagi negara Arab di Teluk (GCC).
 
Zulkifli juga dijadwalkan membuka kegiatan forum bisnis Indonesia-Arab Saudi dan penjajakan kesepakatan dagang (business matching) yang dihadiri oleh pelaku usaha Indonesia dan Arab Saudi. Sekaligus menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama antara pelaku usaha Indonesia dan Arab Saudi di Riyadh.
 
Sebanyak 24 pelaku usaha turut serta pada misi dagang ke Arab Saudi. Pelaku usaha tersebut terdiri atas sektor produk makanan dan minuman, perawatan tubuh dan kulit, arang, resin, dan aneka produk lainnya. Selain pelaku usaha, misi dagang juga diikuti asosiasi pelaku usaha di antaranya Kadin Indonesia, Aspirasi Pengusaha Kreatif Indonesia (APKI), dan Kamar Entrepreneur Indonesia (Keind).
 
Pada periode Januari-November 2022 perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi tercatat sebesar US$7 miliar, naik 45,42% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$4,82 miliar. Di periode ini ekspor Indonesia ke Arab Saudi tercatat sebesar US$1,84 miliar, dengan ekspor migas sebesar US$200 ribu dan sisanya merupakan ekspor non-migas.
 
Sedangkan impor Indonesia dari Arab Saudi tercatat sebesar US$5,17 miliar yang terdiri atas impor migas sebesar US$4,33 miliar dan impor non-migas sebesar US$842,30 juta. Arab Saudi merupakan negara tujuan ekspor peringkat ke-24 bagi Indonesia.
 
Produk ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi di antaranya kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit dan turunannya, perhiasan, produk kertas, serta produk tekstil. Sedangkan impor utama Indonesia dari Arab Saudi di antaranya minyak mentah, bahan bakar gas, minyak bumi, besi, dan alkohol asiklik.

Asal tahu aja, Indonesia dan Arab Saudi memiliki hubungan yang dekat. Tapi untuk sektor perdagangan, Arab Saudi lebih banyak menjalin perjanjian dengan Vietnam dan Thailand.

Tetap Waspada
Sebelumnya, Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian mengatakan, Indonesia dinilai harus tetap waspada meski laporan neraca perdagangan mencatat surplus pada Desember 2022. Pasalnya, tidak ada jaminan hal tersebut akan berlangsung terus sampai akhir tahun 2023 nanti.

"Dalam perdagangan itu kita mesti waspada. Bukan berarti dia (neraca perdagangan) keluar di Januari 2023 berarti tahun 2023 nanti perdagangan global akan baik-baik saja, karena ini kan ada jedanya. Itu datanya akhir tahun," ucapnya. 

Dzulfian mengatakan, kondisi perekonomian global yang melemah telah mempengaruhi laporan neraca perdagangan Indonesia pada akhir 2022. Hal ini bisa saja berbeda ketika memasuki 2023. Oleh karenanya, Dzulfian berpendapat, Indonesia harus tetap melakukan antisipasi agar tidak ikut terperosok.

Di antaranya, lanjut Dzulfian, dengan melakukan pemetaan terhadap negara dan komoditas untuk ekspor, serta memperkuat atase perdagangan melalui duta besar Indonesia di luar negeri.

"Satu diversifikasi mitra dagang kita, khususnya di luar dari Eropa, dan kedua itu memperkuat trade intellegence, khususnya peran atase perdagangan kita di luar negeri. Dua hal itu," ujar Dzulfian.

Dzulfian menyarankan, sebisa mungkin Indoensia bisa mencari pasar alternatif untuk tujuan ekspor. Sehingga tidak terpaku pada wilayah negara tertentu saja seperti Eropa yang saat ini kondisi perekonomiannya menurun.

"Strategi perdagangan kita minimal dalam jangka pendek ini cari pasar alternatif lain. Karena Eropa lagi mandek, ya kita cari negeri lain untuk kita jual beli dan saling dagang. Itu sih kunci utamanya," kata Dzulfian.

 



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar