22 Agustus 2025
19:25 WIB
Melirik Cuan Dari Pernikahan Ala Jingga Seserahan Mahar
Pengalaman bekerja di industri pernikahan jadi modal berarti untuk Gina Rainissa (32) mengembangkan bisnis Jingga Seserahan Mahar.
Penulis: Yoseph Krishna, Erlinda Puspita
Editor: Fin Harini
Produk frameless Mahar spesial request dari Jingga Seserahan Mahar. Instagram/ jingga_seserahanmahar
JAKARTA - Bagi banyak orang, pernikahan merupakan momen sakral yang dilakukan dengan harapan hanya satu kali seumur hidup mereka. Tak heran, banyak yang jor-joran dalam hal pengeluaran supaya momen tersebut jadi amat berkesan dan dapat dikenang bersama anak cucu kelak.
Di Indonesia, ada beberapa hajat yang digelar sebelum hari-H pernikahan. Mulai dari pertemuan awal kedua keluarga, acara lamaran, midodareni, sampai puncaknya di hari pernikahan. Ada pula yang menggelar pesta berhari-hari.
Pada salah satu tahapan sebelum pernikahan, ada momen keluarga calon pengantin pria memberikan seserahan ataupun mahar untuk calon pengantin wanita. Seserahan itu biasanya terdiri dari barang-barang yang kerap digunakan oleh calon pengantin wanita, mulai dari sepatu, pakaian, skincare, hingga satu set perhiasan.
Gina Rainissa (32) pun melihat peluang bisnis yang cukup menjanjikan pada proses serah-serahan antardua keluarga mempelai. Buat Gina, jasa merias kotak seserahan, agar berbagai barang pemberian calon pengantin pria tampak lebih cantik dan wah, adalah sebuah peluang.
Tahun 2019 silam, Gina akhirnya memutuskan keluar dari pekerjaan formalnya dan mulai mendirikan Jingga Seserahan Mahar untuk membantu calon pengantin menghias seserahan.
"Jadi 2018 akhir itu aku sudah mulai cari semuanya, bahan-bahan segala macam. Setelah resign, aku fokus membangun bisnis dan alhamdulilah terus berkembang sampai saat ini," ucapnya saat dihubungi Validnews, Kamis (14/8).
Berawal Dari Keresahan
Salah satu hal yang mendasari berdirinya Jingga Seserahan Mahar, ialah pengalaman Gina sendiri. Dia harus merogoh kocek yang menurutnya cukup dalam untuk sekadar boks seserahan. Kala itu tahun 2018, dia harus merogoh kocek di kisaran ratusan ribu rupiah hanya untuk menyewa 1 boks basic untuk kemasan seserahan.
"Yang menurut aku basic itu harganya sudah cukup tinggi. Aku nggak ngerti apakah aku salah vendor atau gimana, tapi beberapa kali aku tanya harganya wah ini sih overpriced buat aku," jelas Gina.
Mengurus dan menyelenggarakan pernikahan bukanlah hal baru bagi Gina. Bukan karena ia sering menikah, tapi karena sebelumnya ia bekerja di industri wedding. Jadi, dia bisa menilai mana vendor yang memberi harga murah dan mana yang mahal.
Pengalaman boks seserahan yang terlalu mahal itu membuat Gina mengendus potensi cuan dari ajang seserahan calon pengantin. Ini pula yang mendorongnya mendirikan bisnis seserahan dan mahar sendiri.
Alasan lainnya adalah kesibukan industri wedding tempatnya bekerja. Saat itu Gina tengah berencana untuk membangun keluarga. Hitungannya, waktunya akan tersita untuk bekerja dan tidak sempat mengurus keluarga.
Ia pun memutuskan untuk keluar sesaat sebelum melahirkan dan memilih menjadi bos dengan membangun Jingga Seserahan Mahar.
Waktu itu, Gina merogoh kocek sekitar Rp7 juta-Rp10 juta sebagai modal awal membeli aneka boks untuk kemasan seserahan. Tapi, dia mengatakan modal sampai saat ini terus berjalan karena mau tidak mau harus ada pembaharuan desain seserahan.
"Sebenarnya sampai sekarang pun tidak pernah berhenti modal ya karena memang pertama, kita mau mengembangkan usaha. Kedua, renovasi-renovasi segala macam, dan yang ketiga ya karena mengikuti perkembangan tren wedding yang sangat dinamis," sambung dia.
"Di pekerjaan sebelumnya, itu cukup menyita banyak waktu, kebetulan saat itu aku sudah menikah dan hamil, kayaknya nggak bisa nih kerja kayak gini terus, jadi akhirnya menjelang lahiran aku resign dan bikin usaha sendiri. Dan sebetulnya punya ide usaha inipun terinspirasi karena setiap weekend lihat seserahan," tuturnya lagi.
Pengalaman itu ia padukan dengan kemampuan merangkai bunga yang berguna untuk mempercantik kotak seserahan. Gina memang memiliki ketertarikan tersendiri terhadap kegiatan merangkai bunga. Ketika mengurus pernikahan saat masih bekerja di kantor lama, dirinya suka membawa pulang bunga segar selepas acara, lalu membuat karangan bunga sendiri di kantornya.
"Biasanya fresh flower dibuang sama vendor dekor karena tidak dipakai lagi. Nah, itu biasanya aku ambil, nanti aku rangkai untuk vas di kantor dan di rumah. Jadi, basic-nya udah suka merangkai bunga," kata Gina.
Produk Rias Seserahan dari Jingga Seserahan Mahar. Instagram/ jingga_seserahanmahar
Pekerjaan Yang Menyenangkan
Memasuki tahun keenam Jingga Seserahan Mahar berdiri, Gina masih tetap menikmati bisnisnya tersebut. Semuanya tak lepas dari hobi dasarnya di lingkup kerajinan tangan, dan merangkai bunga.
Lantaran sudah memiliki basic skill merangkai bunga, Gina tak pernah merogoh kocek untuk les, kursus, atau kelas online apapun. Dari awal, semua ia pelajari secara otodidak.
Kini semua imajinasi desain seserahan dan mahar sudah tergambar jelas di kepalanya ketika ada permintaan dari klien. Mengeksekusi permintaan klien justru menjadi semacam ajang bersenang-senang baginya.
"Jadi ketika ada klien 'Kak, bisa seperti ini gak?', kayaknya sih bisa ya kalau dilihat-lihat. Tapi untuk memulai satu jenis design mahar yang baru memang jadi sebuah challenge tersendiri ya, karena harus mengulik bahannya dari apa, bunganya apa saja, dan supaya bentuknya seperti itu harus seperti apa triknya," ucap Gina.
Tahun pertama Jingga Seserahan Mahar, Gina benar-benar mengerjakan semuanya sendirian karena saat itu dia belum bisa menyerap tenaga bantuan. Tapi, ketika pesanan sudah semakin pasti jumlahnya setiap bulan, Gina pun merekrut tenaga tambahan untuk ikut 'bersenang-senang' di Jingga Seserahan Mahar.
"Aku akhirnya rekrut orang dan sampai sekarang ada tiga orang lah," tambahnya.
Enam tahun berdiri bukanlah tanpa gocangan. Gina bahkan sempat merasa khawatir bisnisnya akan runtuh saat masih seumur jagung, akibat dari merebaknya pandemi covid-19 di Indonesia pada tahun 2020 lalu. Masih melekat di ingatan, virus corona membuat semua mobilitas dihentikan, hingga keramaian yang terpaksa dilarang keras oleh pemerintah. Banyak acara yang dibatalkan atau ditunda kala pandemi merebak di Indonesia, tak terkecuali pernikahan.
Banyak rekanan Gina yang bergerak di industri wedding merasakan pil pahit. Padahal, kelancaran bisnis Gina tak lepas dari peranan karib-karibnya yang bergerak di industri perkawinan.
"Kebetulan teman-teman aku banyak WO, mereka punnya klien dikirim ke aku 'Kak Gina, aku ada klien tolong di-handle', jadi banyak terbantu dari mereka itu," ungkap Gina menceritakan perjalanan bisnisnya sebelum pandemi.
Tapi dia bersyukur, pandemi bagi Jingga Seserahan Mahar hanya sekadar angin lalu. Terbukti, brand tersebut sampai kini masih tetap eksis dan bahkan semakin sibuk melayani pesanan calon pengantin.
Bila diingat-ingat, kala itu pembatasan hanya dilakukan pada aktivitas yang menimbulkan keramaian. Artinya, kegiatan pernikahan di tengah pandemi masih tetap berlangsung dengan suasana yang lebih intim. "Misalnya seperti di KUA, karena orangnya sedikit, ya sudah tadinya pesan 10 boks jadi hanya 5 boks, didikitin atau dari yang tadinya 6 boks jadi 3 boks karena ada pembatasan ya waktu itu," kata dia.

Jingga Semakin Sibuk
Sekarang, bisnis yang dibangun Gina semakin berkembang. Dari yang awalnya bermodal sekitar 8-10 boks seserahan, saat ini Gina sudah memiliki stok 110 boks seserahan yang bervariatif untuk disewakan kepada calon pengantin. Sebagian besar boks-boks itu merupakan model kaca dan kristal yang notabene banyak dicari oleh calon pengantin.
"Ada satu tipe yang sudah kita simpan, sudah tidak dipakai lagi itu yang bawahnya kayu, lalu alasnya rumput, itu sudah tidak kita pakai lagi," ungkapnya.
Jingga Seserahan Mahar dewasa ini lebih fokus menjajakan glass box dan crystal box. Sementara untuk boks yang basic, merupakan boks yang berbahan fiber.
Keseluruhan model boks itu dipamerkan Gina salah satunya lewat akun Instagram @jingga_seserahanmahar sebagai medium pemasarannya. "Boks seserahan paling favorit di Jingga ada crystal tray dan glass box. Kalau fiber tray biasanya untuk klien yang mau simple dan minimalis," tambah dia.
Gina mematok tarif penyewaan boks termurah di angka Rp70 ribu dan yang premium atau yang termahal sebesar Rp125 ribu. Itu pun dia masih suka memberi promo pada saat-saat tertentu.
Misalnya untuk glass box dari yang awalnya dipatok Rp110 ribu, Gina suka memberi diskon menjadi hanya sekitar Rp75 ribu-Rp80 ribu. Glass box sendiri sudah masuk kategori produk premium Jingga Seserahan Mahar.
"Lalu yang paling atasnya lagi itu crystal Rp125 ribu, kalau promo juga variatif sih, kadang kita kasih Rp100 ribu, Rp110 ribu," sebut Gina.
Lain halnya dengan seserahan, tarif yang dipatok gina untuk mahar jauh lebih variatif. Termurah, ada di angka Rp389 ribu untuk ukuran 20x25 cm dan termahal ialah tak terbatas.
"Sebenarnya (mahar) tidak ada maksimal karena tergantung kebutuhan buyer. Tapi sejauh ini yang paling mahal Rp1,3 juta, Rp1,5 juta lah, kadang di-adjust sama klien akhirnya harga agak lebih tinggi," katanya.
Tak ada batasan jumlah sewa boks seserahan. Pesanan yang ia terima pun bervariatif, mulai dari 1-10 boks, bahkan ada yang sampai 20-25 boks dalam sekali acara serah-serahan calon manten.
Menurut Gina, seluruh boks yang dimiliki pun laku disewa hampir setiap minggu. Karena itu, ia mewanti calon klien untuk memesan dari jauh-jauh hari jika ingin banyak pilihan boks.
"Booking seserahan sebaiknya as soon as possible, karena kalau mepet calon pengantin tidak bisa banyak pilihan atau bahkan tidak bisa sewa karena full booked," kata Gina.
Sedangkan untuk pesanan mahar, tak ada batasan yang ditetapkan oleh Gina. Selama klien tidak memesan desain mahar dadakan, Jingga Seserahan Mahar bakal tetap menggarap serumit apapun permintaannya.
"Kita proses membuat mahar itu 2-4 minggu. Kalau misalnya klien minta seminggu ke kita, lalu kita sedang membludak (pesanan), ya itu kita tolak pasti," jelasnya.
Boks yang dimiliki Jingga Seserahan Mahar kian bertambah seiring pasar yang semakin luas. Dari mulanya hanya di lingkup tetangga sekitaran Depok, Jawa Barat, Gina kemudian terus meluas ke Jakarta, Bogor, Tangerang, hingga Bekasi. Bahkan, pesanan mahar datang dari luar negeri.
Tapi, pesanan luar negeri hanya khusus produk mahar. Sedangkan seserahan, sampai saat ini masih terfokus di sekitaran Jabodetabek supaya pengembalian boks bisa langsung dilakukan selepas acara serah-serahan.
Sementara mahar, sifatnya hak milik dan bukan menyewa. Jadi, produk itu bisa dikirim ke mana pun, termasuk ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, sampai India.
"Jadi kemarin itu start-nya Singapura, Malaysia, terus merambah lagi Australia, India, Riyadh, Abu Dhabi. Ke Jepang juga pernah, baik warga Jepang itu sendiri ataupun warga Indonesia yang tinggal di sana," sambung Gina.
Perlahan tapi pasti, bisnis yang dibangun Gina dengan modal sekitar Rp7 juta-Rp10 juta itu terus berkembang. Membanjirnya pesanan memang kadang membuatnya kewalahan, tapi di lain sisi cuan yang ia dapat juga lumayan.
Dia memperkirakan, omzet yang didapat setiap pekan sudah mencapai belasan juta rupiah dari menyewakan 110 boks seserahan dan menggarap replika mahar untuk calon pengantin.
"Penghasilan itu kadang seminggu belasan (juta rupiah) sih kak bisa, itu dalam seminggu bulan-bulan biasa," ujar Gina.
Tapi, ada beberapa momen pendapatannya sedikit menurun. Pasalnya, terdapat bulan-bulan yang kurang baik untuk melakukan hajat kawinan pada beberapa kepercayaan.
Misalnya kepercayaan Orang Jawa, tidak diperkenankan melakukan pernikahan saat Bulan Suro, atau mendekati Tahun Baru Cina (Imlek) bagi suku Tionghoa.
"Jadinya tidak terlalu banyak dan aku kan banyak teman di WO juga, mereka tuh sama. Jadi, pemasukannya lumayan seret, atau mendekati hari lebaran gitu. Tapi ketika habis lebaran, siap-siap deh," tandas Gina.
Produk Rias Seserahan dari Jingga Seserahan Mahar. Instagram/ jingga_seserahanmahar
Tren Yang Sangat Dinamis
Enam tahun menggeluti bisnis, Gina mengakui dirinya harus terus belajar dan mengeksplorasi tiada henti untuk menjaga bisnis tetap berkibar. Pasalnya, perubahan tren pernikahan sangat dinamis, sehingga harus ada inovasi dan pembaharuan terus menerus.
Dinamika tren pernikahan itu menjadi tantangan tersendiri bagi Gina. Dalam setahun saja, ada lebih dari 1 kali perubahan tren dalam acara pernikahan yang membuat Jingga Seserahan Mahar cukup kewalahan.
"Kadang kita sudah menguasai tren, kita pelajari, lalu kita udah oke dan sudah running, udah banyak orderan, lalu tiba-tiba muncul tren baru lagi dan kita harus mulai dari nol lagi," imbuh Gina.
Sebagai contoh, tren yang menjamur sebelum pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier adalah perpaduan dari berbagai macam warna, mulai dari maroon, ungu, oranye, hingga terakota yang ditabrak-tabrakkan sehingga memunculkan kesan yang ramai.
Lalu, menikahlah Luna Maya dan Maxime Bouttier dengan suasana yang serba tenang, dipenuhi perpaduan harmonis warna putih dan warna-warna soft. Kemudian, berlanjut ke pernikahan Al Ghazali dan Alyssa Daguise yang menggunakan konsep serupa dengan Luna Maya dan Maxime Bouttier.
"Nah, aku melihat oke jadi soft lagi nih. Jadi, kita kembali lagi ke warna putih, warna gold. Jadi menurut aku seberapapun dinamisnya warna di tema pernikahan, ujung-ujungnya akan kembali ke warna netral karena pada hakikatnya itu kan momen hangat, harmonis, dan sakral," terangnya.
Memperhatikan perkembangan model, hingga peka pada model yang akan booming, terus menjadi pegangan Gina dan Jingga Seserahan Mahar.