c

Selamat

Sabtu, 27 April 2024

EKONOMI

12 Juli 2021

21:00 WIB

Melentingnya Pamor Wisata Hening

Ditopang pemasaran mulut ke mulut yang autentik, bisnis ini bisa melesat

Penulis: Zsasya Senorita

Editor: Fin Harini

Melentingnya Pamor Wisata Hening
Melentingnya Pamor Wisata Hening
Swafoto beberapa pengguna jasa Happy Trekking Sentul. Sumberfoto: Instagram/(@happy_trekking_sentul)

JAKARTA – Memesan pemandu wisata di Borobudur, Garuda Wisnu Kencana, atau museum kecil di beberapa wilayah mungkin telah menjadi hal lumrah.

Namun, pernahkah Anda memesan pemandu wisata untuk perjalanan alam sekadar mencari air terjun atau ingin mengarungi sawah dan kaki pegunungan?

Jenis wisata tersebut ternyata telah menjadi alternatif sebagian orang untuk mencari hiburan di tengah pandemi, yang melarang aktivitas dengan kerumunan. Trekking atau lintas alam, kegiatan menyusuri jalan bernuansa alami, dipercaya dapat melepas stress.

Kegiatan ini juga cukup aman pada masa pandemi karena dilakukan pada ruang terbuka dan bukan di lokasi dengan banyak orang.

Seorang pemuda mengambil peluang ini untuk dijadikan profesi dan mata pencarian. Jujun Junaidi namanya. Melalui akun Instagram Happy Trekking Sentul, Jujun bisa meraup untung bersih sekitar Rp450.000 per rombongan yang ia pandu.

Mereka menyusuri sawah maupun air terjun. Dalam satu pekan, Jujun bisa mendapat pesanan guide tour hingga 15 rombongan.

Namun, animo besar dari para pengunjung, baru menguntungkan Jujun dalam satu bulan terakhir. Happy Trekking Sentul terbilang beruntung karena ‘ditandai’ dalam sebuah unggahan Instagram Story seorang pesohor, yakni Zaskia Mecca.

Unggahan pada sekira bulan Mei 2021 itu, mendatangkan rezeki nomplok. Walhasil, Jujun bisa mempekerjakan 5 orang pemandu wisata tambahan. Semula, bisnis ini ia jalani sendiri.

Merintis usaha pemandu wisata sejak 2018, Jujun telah melalui pasang surutnya bisnis pada sektor pariwisata.

Hingga 2020, pria ini mengaku hanya menerima pesanan memandu wisata hanya di kisaran satu kali per minggu. Paling banter, hanya dua kali dalam sepekan.

“Kalau dulu ya standar lah, paling seminggu dua kali ada pesanan memandu wisata. Kadang tidak ada sama sekali,” imbuhnya kepada Validnews, beberapa waktu lalu.

Namun setelah akun instagramnya ditandai dalam unggahan seorang artis, pesanan jasa Jujun pun membludak. Pengikut di akun instagramnya naik dari sekitar 1.200 menjadi 3.500 akun Instagram.

“Jadi banyak yang menghubungi saya untuk pesan jasa guide trekking,” seru dia.

Bermula dari Hobi
Bagi Jujun, profesi sebagai pemandu wisata alam merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Bagaimana tidak, pekerjaan ini ia tekuni karena kesukaannya pada olahraga dan wisata alam.

“Maka dari itu, saya pikir, sepertinya jadi pemandu enak nih, karena bisa olahraga tapi menghasilkan uang,” imbuhnya.

Kemampuannya menguasai jalur perjalanan menuju air terjun maupun kaki gunung dimulai saat ia bekerja menjadi pengelola suatu lokasi wisata alam; Curug Cibingbin. Ide menjadi pemandu wisata juga ia temukan saat menjalani pekerjaan tersebut.

Memanfaatkan peluang yang terbuka, dia sering memperkenalkan diri kepada pengunjung dan membagikan nomor kontak.

Tujuannya, agar kerabat atau kenalan dari pengunjung tadi bisa memakai jasanya juga ketika ingin berwisata alam. Marketing word by mouth, istilah kerennya.

“Dari tamu yang pertama, dia ajak teman, terus ajak teman lagi. Dari situ deh, berjalan terus,” ungkapnya.

Happy Trekking Sentul semakin diseriusainya saat pandemi sontak membuat sepi Curug Cibingbin. Jasa guide tour Happy Trekking Sentul, yakni menyusuri sawah, kaki gunung, hingga ke air terjun, yang ia pasarkan menjadi kelebihan utama.

Dia meyakini ada peluangnya. Orang-orang ingin berwisata dengan lokasi asri dan sepi.

Namun dalam perjalanannya, usaha mandiri ini ternyata tidak berkembang mudah seperti perkiraan. Pelan-pelan muncul saingan.  Salah satu faktor yang paling berpengaruh pada persaingan di antaranya adalah cara promosi pada media sosial.

Jujun mendapati bahwa usaha yang ia bangun, cukup tertinggal dari segi promosi pada media sosial.

“Sempet lama banget waktu itu tidak dapat tamu sama sekali berbulan-bulan pada 2020. Dirasakan orang lain, harus sering upload foto, supaya orang tahu bahwa ternyata ada wisata di lokasi ini. Dari situ lah saya mulai rajin,” ceritanya lebih lanjut.

Bosan dengan rute trekking ke Curug Cibingbing, pria berusia 25 tahun ini kemudian menggunakan waktunya saat sepi order, untuk merancang rute perjalanan baru ke destinasi wisata alam lainnya di Sentul.  

Word of Mouth
Fenomena meningkatnya usaha Happy Trekking Sentul akibat Zaskia Mecca ini ternyata masuk kategori pemasaran ‘dari mulut ke mulut’ atau word of mouth alias WoM versi digital.

Lakunya suatu usaha atau produk akibat testimoni orang terkenal yang berpengaruh besar pada audiensnya saat ini sudah menjadi lumrah, terutama pada dunia digital. Pakar Pemasaran Yuswohady menyebutkan, fenomena ini turut menandai pergeseran pola pemasaran dari vertikal ke horizontal.

Pria yang akrab disapa Hady ini menjelaskan, pola marketing vertikal adalah dari pengusaha atau produk ke pelanggan, seperti iklan di TV atau radio yang sifatnya satu arah.

Sementara, pola horizontal adalah pemasaran yang sejajar antara pelanggan dan bersifat dua arah.

“Pemasangan iklan di media mainstream hanya mengirimkan pesan yang sifatnya menjual tanpa ada ruang bagi pembeli untuk merespons. Sementara marketing horizontal, sifatnya dua arah dan lebih dipercaya audiens karena testimoni yang diberikan orisinal. Zaskia Mecca sebagai pemberi informasi tidak dibayar oleh pemilik produk,” jelasnya kepada Validnews, Minggu (11/7).

Ia pun menerangkan kehadiran media sosial yang menjangkau banyak audiens telah membuka peluang bagi banyak UMKM untuk memasarkan produknya. Pasalnya, pada era Internet of Things (IoT) sekarang, pelaku usaha atau pemilik merek tidak lagi membutuhkan anggaran pemasaran yang besar untuk memasang iklan di media mainstream, yang biasanya hanya ramah pada produsen besar.

“Media itu jadi milik semua orang sekarang. Kita bisa punya channel tv sendiri melalui YouTube gratis. Maka dari itu acara talkshow sekarang yang terkenal rata-rata YouTube milik influencer atau personal karena media itu jadi murah. Produksi dan distribusi konten menjadi gampang dan murah,” urainya.

Karena itu, Hady menyimpulkan setiap orang, pengusaha, atau penjual bisa memiliki medianya sendiri dan bisa menjadi influencer untuk merek atau produk yang dijual. 

Hady menguraikan, yang dilakukan Zaskia Mecca pada Happy Trekking Sentul jauh berbeda dengan endorse.

Sebab pola pemasaran dengan endorse masih menggunakan pola pikir vertikal karena seseorang dibayar untuk bicara bagus tentang produk yang diperbincangkan.

Tipe pemasaran dengan endorse, Hady yakini kurang efektif. Audiens belakangan lebih paham melihat influencer yang disimak sedang melakukan endorse

Pemasaran melalui WoM dengan testimoni autentik, bisa berujung viral dan menguntungkan pengusaha atau pemilik merek. Namun, diakui Hady, hal ini tak mudah dicapai.

Dia menerangkan, pola pemasaran horizontal ditentukan oleh authenticity pesan yang didistribusikan secara independen.   

“Konsumen itu lebih percaya konsumen lain daripada pemilik brand. Pemasaran horizontal itu elemennya hanya dua, yakni komunitas dan WoM. Komunitas bisa dibentuk tetapi kalau WoM saya bilang, seperti bonuslah,” pungkasnya.


 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar